KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Tim Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Kabupaten Kediri dibantu Tim Siaga Bencana Desa Jati, Kecamatan Tarokan, melakukan giat sosialisasi mitigasi bencana kepada 650 pelajar di SMPN 1 Tarokan, Senin (31/10/2022).
Tidak hanya menyampaikan materi saja, mereka juga mengajak para siswa untuk berinteraksi dengan cara memberi pertanyaan dan ada hadiah bagi mereka yang bisa menjawab. Selain itu, dialog pun dilakukan agar ratusan pelajar ini tidak merasa bosan.
Baca Juga: Usai Mediasi Antara Warga Satak Kediri dan LMDH Budi Daya, Hak Garap Lahan Perhutani Dibagi Rata
Ketua FPRB Kabupaten Kediri, Ari Purnomo Adi, bersama Kepala Sekolah Bencana Kabupaten Kediri, Kamid, dan wakilnya, Siti Fatimah, secara bergiliran menyampaikan materi terkait mitigasi bencana kepada para murid yang duduk lesehan di halaman sekolah.
Ari mengatakan bahwa penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya untuk pencegah terjadinya bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi. Menurut dia, ada 4 langkah dalam penanggulangan bencana, antara lain, kegiatan sebelum bencana terjadi (mitigasi).
Kemudian, kegiatan saat bencana terjadi (perlindungan dan evakuasi) dan kegiatan setelah bencana terjadi (pencarian dan penyelamatan) serta kegiatan pasca bencana (pemulihan/penyembuhan dan perbaikan/rehabilitasi).
Baca Juga: Pimpinan Gereja Ortodok Rusia, Apresiasi Pembangunan Pesantren Jatidiri Bangsa di Kediri
"Sosialisasi terkait mitigasi dan penanggulangan bencana memang sangat penting diberikan kepada para siswa dari tingkat SD SMP sampai SMA. Agar mereka tahu apa yang akan dilakukan bila terjadi bencana," kata Ari.
Menurutnya, materi yang diberikan tidak hanya teori saja, melainkan harus ada praktik. Misalnya, bila terjadi banjir, apa saja yang harus dilakukan, apa saja barang yang harus diselamatkan dan bagaimana cara menyelamatkan diri ke tempat aman.
Sementara itu, Kepala SMPN 1 Tarokan, Ernia Purnamawati, menyebut sekolahnya menjadi langganan banjir sebelum tanggul sungai yang mengalir di dekat sekolahnya diperbaiki dan dinormalisasi oleh pemerintah daerah setempat.
Baca Juga: Ini Hasil Pertemuan Warga yang Tuntut Garap Lahan Perhutani dengan LMDH Budi Daya Satak Kediri
"Terakhir pada tahun 2019 lalu, air banjir sampai menggenangi halaman sekolah bahkan air banjir juga masuk ke dalam ruang kelas. Kalau sudah seperti itu, pihak sekolah pasti meliburkan muridnya," kata Ernia.
"Semoga materi terkait penanggulangan bencana yang disampaikan oleh tim FPRB bisa dimengerti oleh anak-anak. Dan anak-anak manjadi tahu, cara-cara menyelamatkan diri dan keluarganya bila terjadi bencana, khususnya banjir," imbuhnya. (uji/mar)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News