Pertamina pun Mengklaim sebagai NU Agar Lobi Sukses

Pertamina pun Mengklaim sebagai NU Agar Lobi Sukses Ilustrasi: bendera Nahdlatul Ulama (NU)

BANGSAONLINE.com - Peran Nahdlatul Ulama (NU) dalam geopolitik global dinilai sangat penting dan dibutuhkan untuk memediasi konflik di sejumlah negara, maupun untuk memperkuat hubungan bilateral dan multilateral Indonesia di tingkat Internasional. Karenanya, dibutuhkan lebih banyak diplomat dari kader NU.

Hal itu diungkapkan pakar hubungan internasional Universitas Indonesia (UI) Edy Prasetyono dan pakar kajian Eropa UI Mahmoud Syaltout dalam diskusi Pramuktamar NU di Jakarta, Jumat (8/5/2015).

“Sekarang terjadi perubahan tren global dan regional. Rivalitas hegemoni atau kepemimpinan global sedang terjadi antara Amerika dengan Tiongkok. Eropa dan Rusia sedang jenuh. Indonesia, dengan jalur sutra yang diapit oleh berbagai negara satelit dari Amerika dan Tiongkok, mau tidak-mau harus memperkuat diri,” papar Edy.

Sementara geopolitik di Asia Timur dan Asia Tenggara, dalam konteks ekonomi, budaya maupun pertahanan dan keamanan, menurut Edy masih rentan konflik dan menjadi rebutan negara besar ekstra kawasan.

“Dalam hal ini, Islam Nusantara, karakter ideologi keagamaan NU ini sangat dibutuhkan dalam memperkuat hubungan internasional Indonesia. Karenanya NU harus mempertahankan sikap moderat, terbuka, guyub, bersatu dan mampu mengakomodasi berbagai tradisi lokal sebagai jalan diplomasi. Kalau Islam Nusantara ini bersikap ekstrem, menutup salah satu pelabuhan yang masuk jalur sutra misalnya, bisa memicu perang dunia, ” ujarnya.

Pentingnya peran NU dalam diplomasi Indonesia, menurut Edy, bukanlah bualan. Karena dalam sejumlah riset dan forum internasional, Islam Nusantara yang diusung NU ini relatif lebih diterima dan diakui moderasinya oleh negara-negara tetangga di Asia maupun oleh negara-negara di Eropa, Afrika dan Amerika.

Sumber: nuonline

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO