SERANG, BANGSAONLINE.com – Bedah buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan karya M Mas’ud Adnan terus digelar di berbagai provinsi. Kali ini buku yang bercerita tentang kiprah dan sejarah sukses Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, itu dibedah di Pondok Pesantren Bai Mahdi Sholeh Ma’mun, Serang, Banten, Ahad (6/11/2022).
Acara bedah buku itu satu rangkaian dengan Pelantikan PAC Pergunu Kabupaten/Kota Serang Banten yang dikordinasi Ketua PW Pergunu Banten, Humaedi.
Baca Juga: Jualannya Diborong Kiai Asep, Pedagang Pasar Pugeran: Kami Setia Coblos Paslon Mubarok
Pembahasnya dari berbagai latar belakang profesi. Antara lain Wakil Ketua MPR RI, Yandri Susanto, Wali Kota Serang H Syahruddin, Rektor Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Prof Dr Wawan Wahyudin, dan Kepala Dindikbud Banten Tabrani.
Dalam bedah buku yang dimoderatori Ahmad Fauzi dari Radar Banten itu, Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, hadir bersama M Mas’ud Adnan, penulis buku yang juga CEO HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com itu.
Kiai Asep juga didampingi Sekjen Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu), Dr Aris Adi Leksono, Wakil Ketua Umum Pergunu, Ahmad Zuhri, anggota DPRD yang juga Ketua PAN Mojokerto Muhammad Santoso dan juga Wakil DPW Ketua PAN Jawa Timur, Fachruddin.
Baca Juga: Petakan Potensi Desa, Mendes Yandri: Harus Jadi Supplier Bahan Baku Makan Bergizi Gratis
Yang menarik, semua pembahas buku setebal 424 itu mengaku kagum pada Kiai Asep.
“Kalau ada 10 kiai seperti Kiai Asep, Indonesia pasti maju,” kata Yandri Susanto yang juga Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional.
Ia menceritakan pengalamannya saat berkunjung ke Pondok Pesantren Amanatul Ummah Pacet Mojokerto Jawa Timur. Ia berkunjung ke pesantren yang didirikan dan diasuh Kiai Asep itu bersama 8 anggota DPR RI.
Baca Juga: Jelang Debat Kedua Pilgub Jatim 2024, Khofifah Didoakan Kiai Asep
“Seharusnya saya sebagai anggota DPR yang memberi uang pada Pak Kiai Asep. Tapi malah saya dan 8 orang teman saya yang diberi amplop (berisi uang) dan sarung,” kata Yandri sembari tertawa. Tak pelak, semua peserta yang hadir ikut ngakak.
Ia minta agar pengurus dan anggota Pergunu bisa meniru Kiai Asep. “Gak usah jadi miliarder. Cukup jadi jutawan saja tapi yang dermawan,” kata Yandri Susanto. Lagi-lagi disambut tawa hadirin.
Wali Kota Serang H. Syafruddin juga mengaku kagum terhadap Kiai Asep. Menurut dia, Kiai Asep merupakan ulama yang harus diteladani. “Ini pelajaran penting yang tak bisa ditemukan dalam pelajaran di sekolah,” katanya.
Baca Juga: Emil Dardak Puji Gus Barra Berilmu Tinggi, Punya Jejaring Luas, Rubaie: Dekengani Pusat
Ia juga mengapresiasi atas terbitnya buku bersampul warna merah putih bernuansa hijau NU itu.
“Ini sangat istimewa. Judulnya sangat menarik. Di sini (sampul) ada tulisan 9 kehebatan sang kiai. Saya akan baca sampai tuntas,” kata Wali Kota Syafruddin yang mengaku baru kali ini dapat buku tersebut.
Baca Juga: Gus Barra dan Kiai Asep Borong Dagangan, Pedagang Pasar Kutorejo Bersyukur dan Mantap Pilih Mubarok
Rektor UIN Banten, Prof Wawan Wahyudin bahkan nyaris histeris. “Saya merinding baca buku ini,” kata dia.
Menurut dia, keistimewaan buku ini terletak pada judulnya, disamping keikhlasan Kiai Asep dan kehebatan istrinya. Ia mengemukakan bahwa Mas’ud Adnan sebagai penulis berlatar belakang wartawan sukses menarik minat publik untuk membaca buku ini.
“Karena judulnya sangat menarik,” kata Prof Wawan yang tampil bersorban.
Baca Juga: 3.000 Relawan Barra-Rizal Ikuti Bimtek Saksi, 20 Rombong Bakso, Tahu Thek dan Soto Gratis Ludes
Prof Wawan mengaku sangat mengagumi Kiai Asep. Betapa tidak. “Pengukuhan guru besarnya saja dihadiri presiden,” kata Prof Wawan.
Ia tak habis pikir ada seorang kiai kaya raya sekaligus dermawan. “Saya merinding lagi karena Kiai Asep itu orang pesantren,” katanya.
Ia berharap mendapat barokah dari Kiai Asep. Sehingga juga bisa menjadi miliarder yang dermwsan. “Agar ada Wawan yang dermawan,” katanya sembari tertawa.
Baca Juga: Antusias Masyarakat Sambut Gus Barra Borong Dagangan di Pasar Trawas
Sementara Kepala Dindikbud Banten Tabrani mengaku banyak belajar ikhlas kepada Kiai Asep setelah membaca buku ini. Ia berharap mendapat barokah sehingga bisa meneladani.
M Mas’ud Adnan, sang penulis, yang berbicara pertama, memaparkan bahwa Kiai Asep memang ulama banyak keistimewaan. Karena itu wajar, jika banyak yang mengidoalakan.
“Bahkan ketika buku ini dibedah di Pesantren Tahfidzul Quran Ilmul Yaqin, Tompo Bulu, Maros, Sulawesi Selatan, ada seorang peserta yang mantan ketua Muhammadiyah Kabupaten Maros dua periode dan kepala SMA Muhammadiyah tiga periode langsung berikrar bahwa mulai saat ini saya masuk NU karena bertemu Kiai Asep. Ia bilang Kiai Asep menjadi idolanya,” kata Mas’ud Adnan yang langsung disambut riuh peserta bedah buku.
Baca Juga: Kampanye Simpatik Pasangan Mubarok, Kiai Asep Gelorakan Semangat untuk Masyarakat
Mas’ud Adnan juga bercerita bahwa Kiai Asep merupakan putra KH Abdul Chalim, salah seorang ulama pendiri NU. “Bisa dilihat pada dokumentasi PBNU periode pertama. Kiai Abdul Chalim tercatat sebagai Katib Tsani Syuriah PBNU. Jadi Kiai Asep ini dzurriah pendiri NU,” kata alumnus Pesantren Tebuireng dan Pascasarjana Unair itu.
Tapi benarkah Kiai Asep itu miliarder? “Penghasilan istrinya saja tiap bulan Rp 2 miliar. Belum lagi kalau disatukan dengan penghasilan Kiai Asep. Bisa mencapai Rp 6 miliar,” kata Mas’ud Adnan. Peserta bedah buku itu langsung riuh heran. Istri Kiai Asep adalah Nyai Hajjah Alif Fadilah.
Mas’ud kemudian mengutip hasil sulvei Thomas J Stenley yang mewawancari 733 miliarder di Amerika Serikat. “Ada 100 variabel yang menjadi faktor sukses seseorang. Tapi 10 faktor teratas ternyata bukan IQ dan lembaga pendidikan. IQ malah menjadi faktor ke 21, sedang lembaga pedidikan malah menjadi faktor ke 23,” kata Mas’ud Adnan.
Lalu apa faktor pertama yang membuat orang sukses? “Kejujuran atau being honest all people. Nah, kalau soal kejujuran, Kiai Asep sudah tak diragukan lagi,” kata Mas’ud Adnan.
Kedua, tutur Mas’ud, adalah disiplin keras. “Ketiga, mudah bergaul. Kiai Asep selalu mengistilahkan piawai berkomunikasi,” katanya.
Yang menarik, faktor keempat. “Yaitu dukungan pendamping. Nah, faktor pendamping itu bagi Kiai Asep adalah istri,” kata Mas’ud Adnan sembari mengatakan bahwa semua variabel dan faktor itu ada pada diri Kiai Asep.
Acara bedah buku itu kian seru ketika sesi tanya jawab. Seorang ibu bertanya, apakah seorang guru yang gajinya hanya 200 ribu sebulan boleh punya keinginan jadi miliarder. Lalu bagaimana caranya. “Saya sudah berdoa tapi masih tetap seperti ini,” katanya.
Peserta lain bertanya, bagaimana meyakinkan diri terhadap doa sehingga bisa sukses seperti Kiai Asep. Ada juga seorang ibu mengaku menangis tapi tak mengeluarkan air mata dan seterusnya.
Kiai Asep menjawab satu persatu. Menurut dia, siapapun boleh bercita-cita ingin menjadi miliarder. Caranya, kata Kiai Asep, kita harus punya anggota DPR dan kepala daerah yang jujur dan bersih. “Bukan yang menjualbelikan jabatan,” kata Kiai Asep.
Menurut Kiai Asep, jika ibu-ibu punya kepala daerah yang bersih, nanti para guru akan dapat dana BOS dan BOSDA. “Itu kan bisa menjadi kesejahteraan guru,” katanya.
Bahkan semua kebijakan DPR dan kepala daerahnya akan mengarah pada kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya. Yaitu sesuai dengan kaidah tasyarraful imam alar ra’iyah manutun bil maslahah. Bahkan kebijakan seorang pemimpin harus diorientasikan kepada kemaslahatan rakyatnya.
Soal keyakinan terhadap mustajabnya doa, Kiai Asep bercerita ketika awal mendirikan pondok pesantren. Menurut dia, saat itu muridnya hanya 48 orang. Sekolahnya terbuat dari terop tapi diberi nama Madrasah Bertaraf Internasional.
“Tanahnya tak sampai satu hektar. Saya beli dengan cara menyicil,” kata Kiai Asep.
Namun, baru 11 tahun, pesantren yang ia dirikan sudah maju pesat. Santrinya mencapai puluhan ribu dan mendapat berbagai penghargaan.
Kiai Asep kemudian mengijazahkan doa yang ia amalkan. "Doanya ada di bagian akhir buku itu," kata Kiai Asep.
Usai acara pelantikan dan bedah buku Kiai Asep dan rombongan menghadiri peletakan batu pertama dan peresmian Gedung Sekolah Dasar (SD) Al Madina (Inklusif Berkarakter) di Kramatwatu Serang Banten. Sekolah ini berada di bawah Yayasan Al Madina Abdi Nusantara Pergunu.
“Setelah suami saya meninggal, yayasan ini saya serahkan kepada Pergunu yang ditangani Mas Aris Laksono dan Gus Habib,” kata Bu Um, pemilik Yayasan tersebut.
Kiai Asep mengaku terkejut. “Saya baru tahu adanya yayasan ini. Yang membuat saya terkejut, karena selama ini saya tak pernah tahu kalau Mas Habib, anak saya, yang menangani,” kata Kiai Asep.
Kiai Asep mengaku terkesan dan bangga terhadap perjuangan Bu Um dan pengurus yayasan ini.
Dalam acara itu Yandri Susanto dan pejabat Dikbud setempat juga hadir. (mma)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News