Kabupaten Jember, Daerah Berpotensi Bencana

Kabupaten Jember, Daerah Berpotensi Bencana Kepala BPBD Jember, Drs. Suhanan (nomer tiga dari kiri), foto bersama staf BPBD Jember. foto: Yudi Indrawan/BANGSAONLINE

JEMBER, BANGSAONLINE.com - Kabupaten Jember merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Timur yang masuk dalam zona rawan . Kalau Kabupaten Jember dilihat secara geografis, kota penghasil tembakau ini memiliki tingkat kerawanan cukup tinggi. Berdasarkan data yang ada di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jember, hampir semua potensi berpotensi terjadi di wilayah Kabupaten Jember.

Saat ditemui BANGSAONLINE.com di kantornya, Kepala BPBD Kabupaten Jember Suhanan mengakui, Jember merupakan daerah yang semua berpotensi terjadi. Di Kabupaten Jember berpotensi tsunami, banjir bandang, banjir genangan, erupsi gunung berapi, angin puting beliung yang disertai badai, dan kebakaran.

Baca Juga: Siaga Bencana, Pj Gubernur Jatim Ikuti Rakor Bersama Menko PMK dan Kepala BNPB di Grahadi

“Semua ini akan terjadi sewaktu-waktu. Oleh karena itu, kami meminta kepada seluruh masyarakat untuk mengenali potensi di daerah masing-masing. Karena dengan begitu, masyarakat akan sigap melakukan penyelamatan saat terjadi ,” kata Suhanan.

Menurut Suhanan, tugas BPBD saat ini lebih memokuskan upaya pencegahan, dibanding penanganan saat terjadi , dan pasca. "Ini untuk meminimalisir korban jiwa. Bencana itu tidak bisa dilawan, tapi harus dihindari. Makanya kita atau masyarakat harus mengenal potensi di wilayah masingh-masing,” tandasnya.

Suhanan menyontohkan, potensi tsunami di pantai selatan Jember. Di Jember ada 7 desa di 6 kecamatan, yang di mapping rawan tsunami. Yaitu Kecamatan Puger, Ambulu, Wuluhan, Kencong, Gumukmas dan Tempurejo. Bencana tsunami ini sudah menjadi atensi pemerintah pusat, sehingga tahun ini (2015) di Kecamatan Puger akan dibangun salter bertingkat 3.

Baca Juga: Rawan Terjadi Angin Puting Beliung, Pakar ITS Serukan Kesiapan Mitigasi Bencana

Tujuan dibangunnya salter ini, untuk menampung sekitar 3 ribu sampai 5 ribu pengungsi saat terjadi tsunami. Sementara bagi BPBD (Pemkab) sendiri telah memasang alat pendeteksi tsunami di kecamatan-kecamatan ini.

”Kami telah mamasang tower EWS (Early Warning System) tsunami di 7 desa. Sehingga di saat ada info dari BMKG akan terjadi tsunami, Bupati langsung menekan tombol di kantor BPBD, dan masyarakat langsung melakukan penyelamatan," ungkap Hanan.

Mantan Kepala Dinas Sosial ini mengaku, pihaknya telah melakukan pengukuran dan pemetaan untuk membuka akses jalur evakuasi yang dinilai aman dari tsunami.

Baca Juga: Tingkatkan Kemampuan Penanganan Korban, Personel Polsek Tulang Ikuti Pelatihan PPGD dan TPTKP

”Kami sudah melakukan survey dan pengukuran di masing-masing desa untuk membuka jalur akses evakuasi. Maka akan lebih memudahkan warga untuk melakukan penyelamatan saat tsunami. Selain itu, kami juga sudah melakukan pelatihan kepada masyarakat di daerah rawan tsunami. Saat ini, di masing-masing desa sudah terbentuk 100 satgas tsunami, yang setiap saat membantu dalam upaya penyelamatan,” terangnya .

Seperti halnya erupsi Gunung Raung, yang saat ini mengantui warga di 3 Kecamatan (Sumberjambe, Silo dan Ledokombo). Penanganan dampak erupsi Gunung Raung ini, pihaknya telah melakukan mapping wilayah yang dituangkan dalam Rencana Konsijensi (Rekon).

”Dalam Rekon ini dipetakan ada 14 Desa di 3 Kecamatan yang terkena dampak erupsi Gunung Raung. Di 14 Desa ini, sudah dibentuk desa tangguh. Dalan Rekon ini, sudah ada petunjuk siapa dan bagaimana serta melakukan apa saat terjadi erupsi. Kami sudah membahasnya dengan beberapa instansi TNI, polisi dan instansi pemerintah lain, dan sudah ada MoU, jika terjadi erupsi semua elemen bergerak untuk membantu masyarakat,” ungkapnya pula.

Baca Juga: Gelar Patroli, Satpol PP Jember Pastikan Tempat Hiburan Malam Tak Beroperasi saat Ramadan

Penanganan tanah longsor, Suhanan mengaku telah memasang alat pendeteksi tanah longsor di 3 Kecamatan, yakni Kecamatan Panti, Patrang dan Arjasa. Alat ini bisa mendeteksi sejauh 200 meter dari alat yang dipasang, jika akan akan terjadi tanah longsor.

”Alat ini sangat membantu petugas, sehingga sebelum terjadi tanah longsor masyarakat bisa dievakuasi terlebih dahulu. Seperti kasus tanah longsor di Perkebunan Sentul Panti beberapa waktu lalu. Kurang 500 meter,longsoran akan menimpa pemukiman penduduk, sebelum menelan korban jiwa, kami memerintahkan untuk melakukan evakuasi kepada warga ke tempat yang lebih aman. Semua sarana dan prasarana dan kebutuhan dasar mereka kita cukupi,” pungkasnya.

Oleh karena itu, Suhanan berharap agar masyarakat hidup harmoni dengan . Artinya, masyarakat harus mengenali potensi yang ada, kemudian bagaimana upaya masyarakat untuk menghindarinya.

Baca Juga: Sambut Ramadan, Pj Gubernur Jatim Gelar Pasar Murah di Jember

”Jika kita menentang , jelas akan terjadi banyak korban. Hindari jangan ditentang kemudian kita ambil manfaatnya,” imbaunya. (yud/ros) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO