MALANG, BANGSAONLINE.com - Panitia Penerimaan Mahasiswa Baru Universitas Muhamadiyah Malang (UMM) menangkap pelaku perjokian saat ujian sedang berlangsung. Para pelaku yang berjumlah lima orang diamankan saat tes sedang berlangsung sekitar 30 menit.
Lima orang tersebut terdiri dari empat orang berjenis kelamin perempuan dan seorang laki-laki. Mereka mengikuti tes penerimaan mahasiswa baru untuk Fakultas Kedokteran. Joki memanfaatkan teknologi canggih ini dikendalikan dari Yogyakarta.
Baca Juga: KPK Ungkap Kasus 5 Mahasiswa Korupsi Dana Bansos Hingga Joki Skripsi
Tarif mereka mencapai Rp 160 juta bagi calon mahasiswa agar bisa diterima di Fakultas Kedokteran UMM. “Mereka berani membayar Rp 120 hingga Rp 160 juta pada operator joki. Padahal jika melalui jalur jujur tanpa joki, biaya masuknya hanya Rp 125 juta,” cetus Wakil Pembantu Rektor II UMM, Fauzan, di gedung kuliah bersama (GKB) 1 UMM Senin (11/5).
Kelima pelaku peserta ujian tes masuk UMM ini ditangkap di ruang yang berbeda dan diinterogasi di ruang khusus. Lima pelaku tersebut berinisial RPL, KN, BPW, R, dan EAS. Mereka menggunakan peralatan canggih yang selalu terhubung dengan pihak luar setiap saat. Peralatan tersebut disembunyikan di tempat-tempat vital yang tidak mungkin digeledah. Untuk pria di alat kelamin, sedangkan untuk wanita diantaranya di bantalan tempat jilbab.
Fauzan, yang juga Koordinator Keamanan Tes di UMM menceritakan modus operandi para joki tersebut. Di antaranya peserta ujian dibekali peralatan kamera kecil nan canggih yang disamarkan dalam pensil. Selain itu, ada speaker magnetik yang ditanam di telinga, juga alat komunikasi mini. Alat komunikasi ini untuk pria diletakkan di tempat kemaluan dan wanita di bawah jilbab sebagai rambut palsu.
Baca Juga: Terbongkarnya Perjokian di UMM Malang, Purek Imbau Mahasiswa atau Ortu tak Paksakan Kehendak
“Cara kerjanya, soal yang diterima difoto terlebih dahulu dengan kamera yang ada. Foto dikirim ke tim di Yogakarta. Tim ini kemudian mengerjakan seluruh soal yang ada,” jlentrehnya. Selanjutnya, jawaban soal dikirim kembali dari Yogyakarta memakai sandi.
Bagi yang menggunakan handy talky (HT) (untuk wanita) sandinya jawaban A dengan kata ayam dan jawaban B kata sandinya bebek. Sedangkan yang menggunakan magnet, menggunakan jumlah getaran. Getaran sekali untuk jawaban A, dua kali untuk jawaban B dan seterusnya.
“Proses penangkapan joki sendiri tergolong dramatis. Kita pancing dulu untuk keluar, seolah-olah kita menjadi konsumen. Setelah berhasil diyakinkan dan mau datang ke kampus baru kita laporkan ke polisi untuk ditangkap,” beber Fauzan.
Fauzan menyatakan, mereka mengaku operator ada di Yogyakarta. "Berdasarkan pengakuan mereka, operator ada di Yogyakarta. Operator mengirimkan jawaban dalam bentuk sinyal dari tempat yang tersembunyi," ujar Fauzan.
Rektor UMM Prof Dr Muhadjir Effendy, MAP, mengaku kampusnya terus mengalami peningkatan peminat setiap tahunnya dan selektif dalam penerimaan mahasiswa. UMM tidak mentoleransi cara-cara curang untuk bisa masuk ke UMM.
“Kami berharap kasus ini menjadi perhatian semua pihak, terutama bagi orang tua calon mahasiswa dan pengelola perguruan tinggi. Modus semacam ini, tentunya sangat tidak terpuji karena dijadikan sebagai jalan pintas bagi calon mahasiswa. Mereka tidak mau mengalami kegagalan serta tidak percaya diri dengan kemampuan yang dimilikinya,” beber Muhajir.
Kabagops Polres Malang, Kompol Suryo Hapsoro menuturkan, dia akan berkoordinasi dengan Polda Jatim, DIY, Kalimantan dan NTT (Nusa Tenggara Timur) untuk membantu mengusut kasus tersebut. Kelima tersangka ini dari daerah yang berbeda-beda. (mlg1/thu/ns/sta)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News