Tafsir Al-Kahfi 89-91: Mathli’ Al-Syams

Tafsir Al-Kahfi 89-91: Mathli’ Al-Syams Ilustrasi berhala.

Oleh: Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag*

89. Tsumma atba’a sababaan

Kemudian, dia mengikuti suatu jalan (yang lain).

90. Hattaa idzaa balagha mathli’a alsysyamsi wajadahaa tathlu’u ‘alaa qawmin lam naj’al lahum min duunihaa sitraan

Hingga ketika sampai di posisi terbitnya matahari (arah timur), dia mendapatinya terbit pada suatu kaum yang tidak Kami buatkan suatu pelindung bagi mereka dari (cahaya) matahari itu.

91. Kadzaalika waqad ahathnaa bimaa ladayhi khubraan

Demikianlah (kisahnya). Sungguh, Kami mengetahui segala sesuatu yang ada padanya (Zulqarnain).

TAFSIR AKTUAL

Pada ayat ini disebutkan tempat blusukan kedua, yaitu “mathli’ al-syams”. Tempat matahari terbit dan yang dimaksud adalah daerah bagian paling timur dari wilayah yang dikuasai . Sama misterinya dengan daerah-daerah sebelumnya, di wilayah mana itu sekarang?

Al-Qur’an tidak menjelaskan siapa-siapanya, melainkan menjelaskan sifat-sifatnya. Dikatakan, bahwa masyarakat di daerah tersebut sungguh sangat tertinggal, primitif, dan belum tersentuh perabadan, ilmu, apalagi agama. Mereka dibahasakan dengan “.. Qaum, lam naj’al lahum min duniha sitra”. Masyarakat tak bertutup. Maksudnya:

Pertama, mereka hidup di alam terbuka dan pindah-pindah sesuai kebutuhan. Daerah yang mereka diami sangat luas, berupa padang pasir, bebatuan, maupun pegunungan. Yang jelas, mereka belum mengenal budaya berumah tinggal seperti kita sekarang ini. Tidak punya tempat tinggal khusus, masih terbiasa hidup membelantara.

Kedua, yang dimaksud tak bertutup (sitra) adalah badannya. Yakni, mereka belum mengenal pakaian yang menutup badan sebagai pelindung atau sebagai berbudaya. Mungkin hanya menutupi daerah kemaluannya saja secara apa adanya kayak suku Asmat di pedalaman Papua atau sama sekali, sehingga telanjang bulat. Allah a’lam.

Terhadap masyarakat ini tidak ada penjelasan detail tentang apa yang dilakukan oleh Dzu al-Qarnain. Tidak sama dengan pada blusukan pertama atau yang ketiga nanti, diungkap problem yang terjadi, kemudian dimintakan solusi. Hanya ada bahasa singkat yang penuh arti, “Kadzalik”, ya begitulah. Begitulah itu apanya?

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO