JAMBI, BANGSAONLINE.com – Aula Kantor Kemenag Provinsi Jambi penuh. Para tokoh masyarakat, terutama para kiai pengasuh pesantren dan pimpinan organisasi keagamaan serta Forkopimda Jambi memenuhi ruangan di latai dua itu. Tampak pejabat dari Polda maupun Danrem hadir. Selain itu tentu dari pejabat Kemenag Provinsi Jambi.
Hadir juga Wakil Gubernur Jambi Drs Abdullah Sani, M.Pd.I. Selain Wagub Jambi juga hadir staf ahli Gubernur Jambi, Ariansyah dan Kepala Balitbang Pronvinsi Jambi Azirin.
Baca Juga: Imam Suyono Terpilih Jadi Ketua KONI Kabupaten Mojokerto Periode 2024-2029
Juga hadir Rais Syuriah Tanfidziah NU serta Muslimat NU, banom NU dan para pimpinan organisasi profesi guru serta ormas dari berbagai latar belakang.
Yang menarik, Wagub Jambi Abdullah Sani yang dikenal rendah hati itu langsung mencium tangan Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, begitu tiba di ruangan.
Itulah suasana acara bedah buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan karya M Mas’ud Adnan yang diselengarakan Pengurus Wilayah (PW) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Jambi, Rabu (14/12/2022). Acara bedah buku itu dimoderatori Ketua PW Pergunu Jambi, Sahudi Ramli. Selain bedah buku PergunuJambi juga menggelar gelar seminar internasional tentang pendidikan.
Baca Juga: Doakan Kelancaran Tugas Khofifah-Emil, Kiai Asep Undang Kiai-Kiai dari Berbagai Daerah Jatim
Buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan yang menceritakan kiprah dan perjuangan pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojoketo Jawa Timur itu memang banyak menarik minat masyarkat, terutama para kiai pengasuh pesantren dan pimpinan perguruan tinggi.
Selain itu tentu juga para pejabat. “Semoga kehadiran beliau (kiai Asep) memberikan berkah kepada kita semua,” harap Wagub Jambi Abdullah Sani ketika menyampaikan sambutan singkat dalam acara bedah buku itu.
Baca Juga: Kiai Asep Beri Reward Peserta Tryout di Amanatul Ummah, Ada Uang hingga Koran Harian Bangsa
(Peserta bedah buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan di Aula Kantor Kemenag Provinsi Jambi membludak, Rabu (13/12/2022). Foto: bangsaonline.com)
Acara bedah buku itu diawali pemaparan Dr Eng Fadly Usman, dosen Universitas Brawijaya (UB) Malang Jawa Timur. Kiai Fadly memang yang menemani Kiai Asep sejak awal mendirikan pesantren Amanatul Ummah.
Menurut Fadly Usman, saat kali pertama bertemu Kiai Asep ia terkesan karena sangat sederhana. “Saat itu Pak Yai menanyakan anaknya apakah sudah makan,” kata Fadly Usman sembari menuturkan bahwa saat itu anaknya masih kecil-kecil.
Baca Juga: Klaim Didukung 37 Cabor, Imam Sunyono Optimis Terpilih Ketua KONI Kabupaten Mojokerto
“Masih ingusan,” kata Fadly Usman yang juga Wakil Ketua Rektor Institut Pesantren KH Abdul Chalim Pacet Mojokerto.
Ternyata mereka belum makan. “Karena memang belum ada yang dimakan,” tutur Fadly Usman menggambarkan kehidupan rumah Kiai Asep yang secara ekonomi saat itu pas-pasan. Saat itu, tutur Fadly Usman, Kiai Asep membeli nasi bungkusan.
Kini, tegas Fadly Usman, anaknya jadi dokter spesialis. Bahkan Kiai Asep menjadi ulama kaya raya dengan puluhan ribu santri dan pondoknya besar.
Baca Juga: Gegara Mitos Politik dan Lawan Petahana, Gus Barra-dr Rizal Sempat Diramal Kalah
Fadly Usman juga bercerita bagaimana Kiai Asep mendirikan perguruan tinggi yang dalam waktu singkat sudah punya program S1, S2 dan S3, disamping memberikan beasiswa pada ribuan kader NU.
Menurut dia, Kiai Asep benar-benar ajaib dan mendapat kasih sayang Allah.
“Allah Akbar,” kata Fadly Usman.
Baca Juga: Raih 53,4 Persen di Pilbup Mojokerto 2024, Pasangan Mubarok Kalahkan Petahana
Namun, menurut Mas’ud Adnan, sebenarnya kisah sukses Kiai Asep sangat rasional. Ia mengutip hasil survei Thomas J Stanley yang mewawancari 733 milioner di Amerika Serikat .
“Ada 100 faktor yang membuat seseorang sukses,” kata Mas’ud Adnan, penulis buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan.
Namun yang paling penting 10 faktor utama kenapa orang itu jadi sukses. “Yang menarik, dari 10 faktor utama itu bukan faktor IQ dan lembaga pendidikan bergengsi. Faktor Intelligence Quotient atau IQ menempati rangking 21, sedang lembaga pendidikan rangking ke-23,” kata Mas’ud Adnan.
Baca Juga: Warga Jatim Berjubel Hadiri Kampanye Terakhir Khofifah-Emil, Kiai Asep: Menang 70%
(Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim,MA, M Mas'ud Adnan (tengah) dan Dr Eng fadly Usman. Foto: bangsaonline.com)
Lalu faktor apa yang menjadi penentu utama seseorang sukses. “Petama, faktor kejujuran, kedua, disiplin keras, ketiga mudah bergaul dan keempat faktor pendamping,” kata Mas’ud Adnan memaparkan hasil penelitian Thomas J Stanley.
Baca Juga: Ribuan Warga Padati Mubarok Bersholawat, Paslon 2 Optimis Menang di Ngoro, Mojokerto
“Nah, kalau faktor kejujuran, Kiai Asep nggak usah ditanya. Beliau seorang ulama yang tak diragukan lagi kejujurannya,” tambah Mas’ud Adnan.
Begitu juga faktor-faktor sukses yang lain. “Hampir semua faktor sukses hasil penelitian Thomas Stanley itu ada pada Kiai Asep.Termasuk soal pendamping,” kata alumnus Pesantren Tebuireng dan Pascasarjana Universitas Airlangga (Unair) itu.
Mas’ud Adnan kemudian menyebut Nyai Hj Alif Fadhilah, istri Kiai Asep, sebagai pendamping hidup kiai miliarder tapi dermawan itu.
“Penghasilan Bu Nyai Rp 2 miliar dalam satu bulan,” kata Mas’ud Adnan. Para ibu-ibu Muslimat NU dan semua yang hadir langsung koor bilang wow.
“Dan itu rasional secara ekonomi. Karena Bu Nyai mengelola 24 kantin untuk santri yang jumlahnya puluhan ribu. Jadi posisioning pasarnya jelas, ” jelas Mas’ud Adnan sembari mengatakan bahwa keuntungan orang jual makanan bisa mencapai 50 persen.
“Coba misalnya, ibu-ibu jualan nasi pecel. Tiap hari laku 200 bungkus saja, keuntungannya sudah berapa. Apalagi Bu Nyai, istri Kiai Asep, melayani puluhan ribu santri,” kata Mas’ud Adnan sembari mengatakan bahwa Nyai Alif Fadhilah memiliki manajemen dan insting ekonomi sangat kuat.
(Ketua Muslimat NU Provinsi Jambi dan pengurus lainnya dalam dalam bedah buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan di Aula Kantor Kemenag Provinsi Jambi membludak, Rabu (13/12/2022). Foto: bangsaonline.com)
Kiai Asep mengiyakan. “Istri saya bilang faktor kejujuran itu sangat benar. Kata istri saya, pedagang yang jujur tak usah pakai modal. Karena banyak orang yang mau menitipkan barang,” kata Kiai Asep.
Dalam acara bedah buku yang berakhir pukul 12.30 WIB itu seorang kiai merasa belum puas. Ia bertanya kepada Kiai Asep apa faktor utama sehingga orang bisa sukses. Lagi-lagi Kiai Asep menegaskan bahwa faktor kejujuran adalah faktor utama.
Selain itu, kata Kiai Asep, faktor keberuntungan. Putra pendiri NU, KH Abdul Chalim itu, kemudian bercerita tentang sahabat Sa'ad Ibn Rabiah yang oleh Rasulullah SAW dipersaudarakan dengan Abdurrahman bin Auf ketika peristiwa Hijrah ke Madinah. Sahabat Sa'ad adalah sahabat Anshar dan orang terkaya di Madinah pada masanya. Sedang Abdurrahman bin Auf adalah sahabat Muhajirin yang ikut hijrah Nabi dari Makah ke Madinah.
Menurut Kiai Asep, Sa'ad menawarkan separuh hartanya. “Bahkan Sa’ad menawarkan salah satu istrinya kepada Abdurrahman bin Auf,” kata Kiai Asep.
(Peserta buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan dari Korem dan Polda Jambi, Rabu (13/12/2022). Foto: bangsaonline.com)
Menurut Kiai Asep, jika Abdurrahman bin Auf mau, maka Sa'ad akan menceraikan salah satu istrinya agar dinikahi oleh saudara barunya itu setelah iddah.
Namun Abdurrahman bin Auf menolak secara halus. Ia hanya minta diantar ke lokasi pasar. Sa'ad pun mengantarkan Abdurrahman bin Auf ke pasar Bani Qoinuqa, yaitu tempat kaum Yahudi.
“Di Madinah itu ada tiga kelompok Yahudi. Yaitu Bani Quraidah, Bani Nadzir, dan Bani Qainuqa,” kata Kiai Asep.
Setelah melihat kondisi pasar, Abdurrahman bin Auf memutuskan untuk membuka kios. Tentu modalnya dari Sa'ad.
Ternyata usaha Abdurrahman bin Auf berkembang pesat. “Dari satu kios menjadi dua kios. Akhirnya Nabi memanggail Abdurrahman Bin Auf,” tutur Kiai Asep. Menurut Kiai Asep, melihat potensi Abdurrahman Bin Auf, akhirnya Nabi Muhammad membuatkan pasar. Sehingga Abdurrahman Bin Auf menjadi orang paling kaya di Madinah, melampaui kekayaan Sa'ad Ibnu Rabiah.
Saat itulah Sa'ad mengatakan kepada Abdurrahman bin Auf, “Dulu saya orang terkaya di Madinah. Tapi sekarang panjenengan orang terkaya di Madinah.”
Dengan merendah, Abdurrahman Bin Auf menjawab. “Ya, tapi kan modalnya dibantu panjenengan.”
Menurut Kiai Asep, Abdurrahman Bin Auf seorang pedagang bertangan dingin. “Sampai Sahabat Sa'ad melihat setiap sesuatu yang dipegang Abdurrahman Bin Auf menjadi emas,” kata Kiai Asep.
Kiai Asep menegaskan bahwa Sahabat Abdurrahman Bi Auf adalah contoh orang mujur. Nah, kemujuran itulah yang menjadi salah satu kunci sukses. “Orang bilang, orang bodoh itu kalah dengan orang pandai. Orang pandai kalah dengan orang lihai. Orang lihai kalah dengan orang mujur,” kata Kiai Asep.
Lalu bagaimana agar kita punya kemujuran? Menurut Kiai Asep, harus diupayakan lewat doa. “Berdoa secara maksimal. Saya dulu juga tak punya pekerjaan, akhirnya ya sudah berdoa secara maksimal.” Kata Kiai Asep.
Selain itu, tegas Kiai Asep, kunci sukses adalah sitiqamah atau konsisten. “Istiqomah khoirun min alfi karomah. Istiqomah itu lebih baik dari 1000 karomah,” kata Kiai Asep.
Peserta sangat antusias menigkuti acara bedah buku tersebut. "Sebenarnya mereka masih haus, tapi waktunya kurang," kata Sahudi Ramli, Ketua PW Pergunu Jambi.
Memang banyak yang mengacungkan tangan untuk bertanya. Tapi karena pukul 14.00 Kiai Asep dan rombongan harus sudah berada di Bandara Sultan Thaha Airport untuk kembali ke Surabaya, terpaksa Sahudi Ramli sebagai moderator harus mengakhiri acara tersebut. (MMA)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News