SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Anak yang menyandang disabilitas, acap kali dianggap tidak bisa berhasil karena kekurangnya. Bahkan orang tua sering malu dengan anak mereka sendiri. Padahal, penyandang disabilitas juga punya hak yang sama untuk bisa meraih cita-citanya.
Salah satunya anak dari pasangan Kol. Laut (K) Hisnindarsyah dengan Virly Hisnindarsyah, Azzeldine Aliya Zahira. Gadis 22 tahun ini merupakan disabilitas ADHD atau gangguan konsentrasi yang mampu masuk fakultas kedokteran. Bahkan dirinya juga seorang atlet olahraga anggar.
Baca Juga: Cukup Gunakan KTP dan KK, Pemkot Kediri Salurkan Bantuan Sosial untuk ODKB
"Ini berkat orang tua saya yang selalu mendukung. Karena saya ini susah konsentrasi sehingga kadang ngapa-ngapain malas. Jadi harus didorong dulu supaya malasnya hilang. Biasanya Mama nurutin yang aku pengen jadi akhirnya semangat lagi," ujarnya usai menjadi pembicara Kelas Inspirasi di SDN Gunung Anyar Surabaya, Jumat (6/1).
"Jadi biasanya saya dikasih kesukaan saya seperti boleh makan indomie gitu, langsung terpacu. Orang tua saya sangat membantu sekali, meski tidak bisa sembuh, tapi minimal bisa mengatasinya," imbuhnya.
Virly Hisnindarsyah bercerita awal mula ketahuan bahwa Azzel menderita ADHD. Pada usia 3 tahun, tidak mampu mengenal huruf, tetapi dia bisa merespons lingkungan dan tidak ada tanda-tanda ABK.
Baca Juga: Mensos Ajak Kampus Ciptakan Ruang Setara untuk Disabilitas
"Padahal kakaknya sudah bisa di usia segitu sudah bisa, bahkan punya IQ genius. Karena kami punya basic medis, akhirnya kami cari tahu, dan ternyata dia diagnosa ADHD. Butuh setahun untuk menelusuri. Termasuk tahu kalau dia kidal," jelasnya mendampingi anaknya.
Setelah tahu, Azzel akhirnya melakukan pengobatan, salah satunya terapi dan diet rendah kalori. Fisik tidak terlihat bergerak tapi terlihat secara perilaku lebih gelisah dan tidak fokus.
Terkait mengisi kelas inspirasi di SDN Gunung Anyar ini, Azzel baru pertama kali. Dalam pemaparannya, ia bercerita tentang pengalamannya. Sehingga bisa menginspirasi para siswa dan orang tua yang bernasib sama.
Baca Juga: Bersama YPAC Surabaya, Mahasiswa MM Unair Ajarkan Digital Marketing
"Fungsinya mengubah pandangan orang tua supaya mendukung anaknya yang disabilitas dan jangan malu. Mereka butuh dukungan," terang Azzel.
Ibu Azzel juga menerangkan harapannya. Ia hanya ingin anaknya bisa mencapai cita-citanya dan berguna bagi masyarakat serta bisa memanfaatkan ilmunya.
"Harapan lebih luas lagi ingin mengajak orang tua memberi semagat dan dorongan pada anaknya. Tidak perlu malu saling menguatkan dan banyak berdoa. Saya yakin bukan tidak mungkin, anak yang dia anggap berbeda bisa mencapai cita-citanya. Bisa mencapai kesuksesan," pungkasnya. (diy/ns)
Baca Juga: Satlantas Polrestabes Surabaya Berikan 15 Kruk dan Sembako untuk Korban Kecelakaan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News