Cerita Kocak saat Jadi Paspampres Gus Dur, Danjen Kopassus ke-26 ke Kantor HARIAN BANGSA

Cerita Kocak saat Jadi Paspampres Gus Dur,  Danjen Kopassus ke-26 ke Kantor HARIAN BANGSA Letjen (purn) Agus Sutomo, Danjen Kopassus ke-26 menerima buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan dari CEO HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com, M Mas'ud Adnan. Foto: bangsaonline.com

SURABAYA, BANGSAONLINLIE.com - Kantor HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE kedatangan tamu tokoh militer: Letjen (Purn) Agus Sutomo. ke-26 itu datang ke kantor HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE di Jalan Cipta Menanggal I/35 Surabaya, Senin (30/1/2023

Jenderal Agus – demikian ia akrab disapa - menjabat Komandan Jendral Komando Pasukan Khusus () pada 2012 hingga 2014. Sebelumnya, perwira tinggi TNI-AD itu menjabat Irjen Kemhan RI. Ia juga pernah menjabat Komandan Sesko TNI.

Baca Juga: Pemimpin Redaksi HARIAN BANGSA Berangkat Umrah Bersama Istrinya

Jendral Agus tiba di kantor HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE sekitar pukul 15.00 sore.

“Maaf, telat,” kata Jenderal Agus kepada M Mas’ud Adnan, CEO HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE yang menyambutnya.

“Tidak apa-apa. Kebetulan tadi juga ada tamu,” jawab Mas’ud Adnan sembari mempersilakan Jendral Agus masuk ke ruang kerjanya.

Baca Juga: Takut PKB Bubar, Khofifah Bakar Surat Pengunduran Diri Gus Dur

Jenderal Agus didampingi seorang guru besar. Prof Sis, demikian sang guru besar itu dipanggil, mengaku mendapat gelar profesor dari Jepang. 

"Bidang lingkungan," kata Prof Sis kepada Mas'ud Adnan.

Jenderal Agus cukup lama di kantor HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE. Ia banyak mengobrol tentang situasi nasional dan Indonesia ke depan. Bahkan Jendral Agus sempat salat ashar dan maghrib di mushalla Kantor HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE. Mushalla itu terletak di depan persis ruang kerja Mas’ud Adnan.

Baca Juga: Mengapa Gus Dur Produktif dan Suka Humor

Saat ngobrol di ruang kerja Mas’ud Adnan, Jenderal Agus bercerita pengalaman kocak saat jadi Paspampres Presiden KH Abdurrahman Wahid (). Ia mengaku ditanya , ketika kali pertama menuntun tangan presiden RI keempat itu.

“Sampean siapa,” tanya Presiden ketika tangan Jendral Agus menggenggam tangan sang presiden.

“Saya Letkol Agus Sutomo,” jawab Jenderal Agus yang saat itu masih berpangkat Letnan Kolonel.

Baca Juga: Gus Dur Ucapkan Selamat Natal, Rocky Gerung Jawab: Saya Gak Serius Beragama

“O ya terimakasih,” kata .

Jenderal Agus merasa, mungkin tangannya beda dengan tangan yang biasa menuntun sebelumnya. Pasprampres lain saat itu adalah Jenderal (Pol) Sutarman yang kemudian jadi Kapolri.

Menurut dia, para Pampres punya cara masing-masing untuk membangunkan yang biasanya tidur dalam suatu acara. “Tangan (jari) kan selalu bergerak,” tutur Jenderal Agus sambil memperagakan tangannya menirukan tangan yang bergerak.

Baca Juga: Puisi Prof Dr 'Abd Al Haris: Pimpin dengan Singkat, Gus Dur Presiden Penuh Berkat

“Kalau tangan bergerak berarti tidak tidur,” tuturnya lagi. Kemudian gerakan itu makin melambat. Kalau gerakan tangannya berhenti berarti tidur, meski tak selalu demikian.

Para Paspampres, kata Jenderal Agus, punya cara sendiri-sendiri untuk membangunkan . “Ada yang pakai HP ditaruh di saku (). HP itu kan bergetar kalau dikontak,” katanya. Sehingga bangun.

Jenderal Sutarman lain lagi. “Pak Sutarman menendang kaki kursi yang diduduki ,” kata Jenderal Agus. Jadi kalau tertidur dalam suatu acara Jenderal Sutarman membangunkan dengan cara menendang sedikit kaki kursi yang didudukinya.

Baca Juga: Hadiri Haul Ke-15 di Ciganjur, Khofifah Kenang Sosok Gus Dur Sebagai Pejuang Kemanusiaan

Nah, suatu ketika ada acara selapan cucu Presiden . Yaitu putri Ning Alissa Qatrunnada Muhawaraoh yang oleh diberi nama .

Acaranya lesehan. “Waktu itu hanya dan Bu Shinta duduk di kursi. Saya ada di belakang ,” kata Jenderal Agus. Ia bersebelahan dengan Pampanpres lain, yaitu Sutarman.

Saat itu budayawan – yang menjabat Ketua LKBN Antara – memberikan uraian tentang Parikesit. Menurut Sobary, Parikesit adalah tokoh dalam pewayangan. Parikesit putra Abimanyu dan Utari. Parikesit adalah cucu Arjuna.

Baca Juga: Tak Ada Data, Keluarga Kiai Besari Minta Gus Miftah Tak Ngaku-Ngaku Keturunan Kiai Besari

Nah, saat Kang Sobary – panggilan akrab – sedang asyik menguraikan tentang kisah Parikesit itu, Jenderal Sutarman mengira tidur. Sutarman pun menendang kursi agar bangun.

Saat Sutarman menendang kali pertama diam. Sutarman menendang lagi. juga diam. Sutarman menendang lagi untuk ketiga kali. juga diam.

Tapi ketika Sutarman menendang keempat kalinya, langsung menggebaskan tangannya kepada Sutarman sambil berkata. “Apa sih, kok saya ditendang-tendang. Saya kan gak tidur. Saya ini Presiden kok ditendang-tendang,” kata .

Baca Juga: Kiai Asep Beri Reward Peserta Tryout di Amanatul Ummah, Ada Uang hingga Koran Harian Bangsa

Semua orang di sekeliling terkejut. Tak ada yang berani tertawa. “Yang tertawa pertama kali Pak Sobary, yang lain gak berani karena presiden. Akhirnya tertawa semua. Bu Shinta juga tertawa,” kata Jenderal Agus sembari tertawa.

Kang Sobary kemudian melanjutkan ceritanya. Suatu ketika, kata Sobary, bayi Parikesit ditinggal sendirian. Tapi di sekelilingnya banyak senjata diletakkan. Tak lama kemudian ada segerombolan musuh jahat menyerang. Ternyata secara refleks Parikesit yang masih bayi, kakinya menendang-nendang dan tangan bergerak ke sana kemari. Tendangan kaki itu mengena senjata sehingga senjata itu meluncur ke musuh-musuh yang datang. Terbunuhlah orang-orang jahat itu.

Artinya, Parikesit sudah sakti sejak bayi. Saat dewasa Parikesit menjadi raja negara Yawastina menggantikan kakeknya, Prabu Kalimataya, dengan gelar Prabu Krisnadwipayana.

Parikesit memerintah secara bijaksana, jujur, dan adil. Parikesit berusaha menyatukan kembali rakyat Yawastina negara yang terpecah-pecah akibat komplik yang terjadi sebelumnya.

Kang Sobary pun kagum pada . Ternyata memberi nama Parkesit tak sembarangan. “Saya baru tahu kenapa memberi nama cucunya Parikesit,” kata Kang Sobary.

langsung menyahut. “Sampean tahu apa,” kata yang disambut tawa semua yang hadir. 

Jendral Agus baru pamit pukul 18.00 WIB. Tapi ketika sampai halaman kantor HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE terdengar suara adzan. Ia kemudian memutuskan masuk lagi untuk salat maghrib.

“Kita salat maghrib di sini saja ya,” kata Jendral Agus yang kini sibuk membantu pencapresan Prabowo Subianto.

Jendral Agus kembali masuk mushalla. Ia salat berjemaah sekaligus jadi imam. (M Mas’ud Adnan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Setahun Tak Ada Kabar, Korban Longsor di Desa Ngetos Nganjuk Tagih Janji Relokasi':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO