SURABAYA, BANGSAONLINLIE.com - Kantor HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE kedatangan tamu tokoh militer: Letjen (Purn) Agus Sutomo. Danjen Kopassus ke-26 itu datang ke kantor HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE di Jalan Cipta Menanggal I/35 Surabaya, Senin (30/1/2023
Jenderal Agus – demikian ia akrab disapa - menjabat Komandan Jendral Komando Pasukan Khusus (Danjen Kopassus) pada 2012 hingga 2014. Sebelumnya, perwira tinggi TNI-AD itu menjabat Irjen Kemhan RI. Ia juga pernah menjabat Komandan Sesko TNI.
Baca Juga: Sowan ke Tokoh Agama GKJW di Balewiyata Malang, Khofifah Napak Tilas Perjuangan Gus Dur
Jendral Agus tiba di kantor HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE sekitar pukul 15.00 sore.
“Maaf, telat,” kata Jenderal Agus kepada M Mas’ud Adnan, CEO HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE yang menyambutnya.
“Tidak apa-apa. Kebetulan tadi juga ada tamu,” jawab Mas’ud Adnan sembari mempersilakan Jendral Agus masuk ke ruang kerjanya.
Baca Juga: Aneh, Baca Syahadat 9 Kali Sehari Semalam, Dahlan Iskan Masih Dituding Murtad
Jenderal Agus didampingi seorang guru besar. Prof Sis, demikian sang guru besar itu dipanggil, mengaku mendapat gelar profesor dari Jepang.
"Bidang lingkungan," kata Prof Sis kepada Mas'ud Adnan.
Jenderal Agus cukup lama di kantor HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE. Ia banyak mengobrol tentang situasi nasional dan Indonesia ke depan. Bahkan Jendral Agus sempat salat ashar dan maghrib di mushalla Kantor HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE. Mushalla itu terletak di depan persis ruang kerja Mas’ud Adnan.
Baca Juga: Luncurkan Video Kampanye Bareng Dewa 19, Khofifah-Emil Kompak Nyanyikan Hidup adalah Perjuangan
Saat ngobrol di ruang kerja Mas’ud Adnan, Jenderal Agus bercerita pengalaman kocak saat jadi Paspampres Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Ia mengaku ditanya Gus Dur, ketika kali pertama menuntun tangan presiden RI keempat itu.
“Sampean siapa,” tanya Presiden Gus Dur ketika tangan Jendral Agus menggenggam tangan sang presiden.
“Saya Letkol Agus Sutomo,” jawab Jenderal Agus yang saat itu masih berpangkat Letnan Kolonel.
Baca Juga: Tambah Wawasan soal Dunia Jurnalistik, Siswa SMA AWS Kunjungi Kantor HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE
“O ya terimakasih,” kata Gus Dur.
Jenderal Agus merasa, mungkin tangannya beda dengan tangan paspampres yang biasa menuntun sebelumnya. Pasprampres lain saat itu adalah Jenderal (Pol) Sutarman yang kemudian jadi Kapolri.
Menurut dia, para Pampres punya cara masing-masing untuk membangunkan Gus Dur yang biasanya tidur dalam suatu acara. “Tangan (jari) Gus Dur kan selalu bergerak,” tutur Jenderal Agus sambil memperagakan tangannya menirukan tangan Gus Dur yang bergerak.
Baca Juga: Profil HARIAN BANGSA, Koran Lokal Jawa Timur, Kiai Jadi Pelanggan Setia Sejak Terbit Perdana
“Kalau tangan Gus Dur bergerak berarti tidak tidur,” tuturnya lagi. Kemudian gerakan itu makin melambat. Kalau gerakan tangannya berhenti berarti tidur, meski tak selalu demikian.
Para Paspampres, kata Jenderal Agus, punya cara sendiri-sendiri untuk membangunkan Gus Dur. “Ada yang pakai HP ditaruh di saku (Gus Dur). HP itu kan bergetar kalau dikontak,” katanya. Sehingga Gus Dur bangun.
Jenderal Sutarman lain lagi. “Pak Sutarman menendang kaki kursi yang diduduki Gus Dur,” kata Jenderal Agus. Jadi kalau Gus Dur tertidur dalam suatu acara Jenderal Sutarman membangunkan Gus Dur dengan cara menendang sedikit kaki kursi yang didudukinya.
Baca Juga: Khofifah Pernah Jadi Bintang Senayan, Prof Kiai Asep: Cagub Paling Lengkap dan Berprestasi
Nah, suatu ketika ada acara selapan cucu Presiden Gus Dur. Yaitu putri Ning Alissa Qatrunnada Muhawaraoh yang oleh Gus Dur diberi nama Parikesit Nuril Azmi.
Acaranya lesehan. “Waktu itu hanya Gus Dur dan Bu Shinta duduk di kursi. Saya ada di belakang Gus Dur,” kata Jenderal Agus. Ia bersebelahan dengan Pampanpres lain, yaitu Sutarman.
Saat itu budayawan Mohammad Sobary – yang menjabat Ketua LKBN Antara – memberikan uraian tentang Parikesit. Menurut Sobary, Parikesit adalah tokoh dalam pewayangan. Parikesit putra Abimanyu dan Utari. Parikesit adalah cucu Arjuna.
Baca Juga: Pemkab Resmi Ganti Beberapa Acara di Gelaran Jombang Fest 2024, Ini Alasannya
Nah, saat Kang Sobary – panggilan akrab Mohammad Sobary – sedang asyik menguraikan tentang kisah Parikesit itu, Jenderal Sutarman mengira Gus Dur tidur. Sutarman pun menendang kursi Gus Dur agar bangun.
Saat Sutarman menendang kali pertama Gus Dur diam. Sutarman menendang lagi. Gus Dur juga diam. Sutarman menendang lagi untuk ketiga kali. Gus Dur juga diam.
Tapi ketika Sutarman menendang keempat kalinya, Gus Dur langsung menggebaskan tangannya kepada Sutarman sambil berkata. “Apa sih, kok saya ditendang-tendang. Saya kan gak tidur. Saya ini Presiden kok ditendang-tendang,” kata Gus Dur.
Baca Juga: Barisan Loyalis Gus Dur Lumajang Deklarasi Dukung Khofifah-Emil di Pilgub Jatim 2024
Semua orang di sekeliling Gus Dur terkejut. Tak ada yang berani tertawa. “Yang tertawa pertama kali Pak Sobary, yang lain gak berani karena presiden. Akhirnya tertawa semua. Bu Shinta juga tertawa,” kata Jenderal Agus sembari tertawa.
Kang Sobary kemudian melanjutkan ceritanya. Suatu ketika, kata Sobary, bayi Parikesit ditinggal sendirian. Tapi di sekelilingnya banyak senjata diletakkan. Tak lama kemudian ada segerombolan musuh jahat menyerang. Ternyata secara refleks Parikesit yang masih bayi, kakinya menendang-nendang dan tangan bergerak ke sana kemari. Tendangan kaki itu mengena senjata sehingga senjata itu meluncur ke musuh-musuh yang datang. Terbunuhlah orang-orang jahat itu.
Artinya, Parikesit sudah sakti sejak bayi. Saat dewasa Parikesit menjadi raja negara Yawastina menggantikan kakeknya, Prabu Kalimataya, dengan gelar Prabu Krisnadwipayana.
Parikesit memerintah secara bijaksana, jujur, dan adil. Parikesit berusaha menyatukan kembali rakyat Yawastina negara yang terpecah-pecah akibat komplik yang terjadi sebelumnya.
Kang Sobary pun kagum pada Gus Dur. Ternyata Gus Dur memberi nama Parkesit tak sembarangan. “Saya baru tahu kenapa Gus Dur memberi nama cucunya Parikesit,” kata Kang Sobary.
Gus Dur langsung menyahut. “Sampean tahu apa,” kata Gus Dur yang disambut tawa semua yang hadir.
Jendral Agus baru pamit pukul 18.00 WIB. Tapi ketika sampai halaman kantor HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE terdengar suara adzan. Ia kemudian memutuskan masuk lagi untuk salat maghrib.
“Kita salat maghrib di sini saja ya,” kata Jendral Agus yang kini sibuk membantu pencapresan Prabowo Subianto.
Jendral Agus kembali masuk mushalla. Ia salat berjemaah sekaligus jadi imam. (M Mas’ud Adnan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News