MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com – Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, mengaku prihatin terhadap nasib kerajaan di Indonesia yang hanya tinggal simbol. Menurut dia, kini kerajaan hanya sebagai cagar budaya. Lebih memprihatinkan lagi, pemerintah – termasuk pemerintah daerah – terkesan tak peduli terhadap eksistensi kerajaan dan asset-asetnya.
“Seperti kerajaan Cirebon. Ada wujud peninggalannya, tapi tak ada dalam realita,” tegas pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Mojokerto itu ketika menerima dua pangeran dari kerajaan Menpawah dan Landak Kalimantan Barat (Kalbar).
Baca Juga: Jualannya Diborong Kiai Asep, Pedagang Pasar Pugeran: Kami Setia Coblos Paslon Mubarok
Dua pengeran itu adalah Pangeran muda Gusti Kamiran dari Kerajaan Menpawah dan Mangku Pangeran Gusti Nanang Mustafa dari kerajaan Landak.
Dua pangeran itu didampingi Ketua PW Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Kalbar, Jasmin Haris, MPd yang disebut-sebut masih keturunan kerajaan Landak.
Kiai Asep berharap ada kepedulian dari pemerintah – terutama Pemerintah Daerah – terhadap nasib kerajaan yang ada di Indonesia agar eksistensinya tetap terjaga dengan baik.
Baca Juga: Jelang Debat Kedua Pilgub Jatim 2024, Khofifah Didoakan Kiai Asep
“Selama ini kan gak pernah masuk APBD,” kata mantan ketua PCNU Kota Surabaya itu.
(Dua pangeran Kerajaan Menpawah dan Landak Kalimantan Barat dan rombongan ketika silaturahim ke kediaman Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, di Pondok Pesangren Amanatul Ummah Pacet Mojokerto, Jumat (10/2/2023) malam. Foto: mma/bangsaonline)
Baca Juga: Emil Dardak Puji Gus Barra Berilmu Tinggi, Punya Jejaring Luas, Rubaie: Dekengani Pusat
Kiai Asep mendorong keluarga kerajaan juga berperan aktif dalam kehidupan sosial dan pemerintahan. Ia memberi contoh kerajaan Yogyakarta. Karena rajanya juga gubernur Yogyakarta, maka nasib kerajaannya otomatis diperhatikan.
Kiai Asep yang juga Ketua Umum Pergunu Pusat itu mendorong Jasmin Haris selaku ketua Pergunu Kalbar agar membantu memikirkan nasib dua kerajaan itu. Apalagi dua kerajaan itu adalah kerajaan Islam.
Merespon nasehat Kiai Asep itu, dua pangeran itu sepakat bahwa mereka akan mengusung Jasmin Haris sebagai calon anggota DPRD Kalbar. Jasmin Haris yang duduk di samping Kiai Asep tertawa.
Baca Juga: Gus Barra dan Kiai Asep Borong Dagangan, Pedagang Pasar Kutorejo Bersyukur dan Mantap Pilih Mubarok
Pangeran muda Gusti Kamiran dari Kerajaan Menpawah mengungkapkan bahwa kerajaan punya banyak asset tanah yang belum dikelola. Karena itu ia datang menemui Kiai Asep agar sebagian tanah itu bisa dimanfaatkan untuk jadi lahan lembaga pendidikan.
“Kami ke sini menindaklanjuti soal wakaf tanah,” kata Pangeran muda Gusti Kamiran dari Kerajaan Menpawah kepada BANGSAONLINE.com, Jumat (10/2/2023) malam.
Menurut dia, kerajaan Menpawah mewakafkan tanah kepada Kiai Asep agar dibuat pondok pesantren. “Luasnya 6 hektar. Kalau tanah kerajaan luas. Masih ada sekitar 500 hektar,” kata Kamiran.
Baca Juga: 3.000 Relawan Barra-Rizal Ikuti Bimtek Saksi, 20 Rombong Bakso, Tahu Thek dan Soto Gratis Ludes
Kerajaan Mempawah adalah salah satu kerajaan Islam di Kalbar. Nama istananya: Amantubillah. Konon nama Mempawah itu diambil dari istilah Mempauh, sejenis pohon yang tumbuh di hulu sungai. Lalu dikenal dengan nama sungai Mempawah.
Kiai Asep sendiri pernah berkunjung ke Istana Amantubillah setahun lalu, tepatnya pada Senin (19/9/2022). Kiai Asep disambut resmi oleh Raja Menpawah Pangeran Ratu Mulawangsa Dr Ir Mardan Adijaya Kesuma Ibrahim dan Ratu Kenanga Dr dr Arini Mariam, M.Sc. Mardan Adijaya merupakan Panembahan XIII Keraton Amantubillah.
Sementara Kerajaan Landak diwakili Mangku Gusti Nanang Mustafa lantaran rajanya masih kecil.
Baca Juga: Antusias Masyarakat Sambut Gus Barra Borong Dagangan di Pasar Trawas
“Karena rajanya masih kecil,” kata Gusti Nanang kepada BANGSAONLINE.
Kini Raja Landak sekarang adalah Gusti Fiqry Azizurrahmansyah. Ia ditabalkan menjadi Raja Keraton Ismahayana Landak ke- 41. Prosesi penabalan Pangeran Ratu menjadi Raja Keraton Ismahayana Landak dilakukan pada Sabtu (10/4/2021) pagi di Keraton Ismahayana Landak Kalimantan Barat.
Prosesi Penabalan dilakukan oleh Pangeran Shri Mangku Adiningrat Kusuma Negeri, H Gusti Nanang Mustafa.
Baca Juga: Kampanye Simpatik Pasangan Mubarok, Kiai Asep Gelorakan Semangat untuk Masyarakat
Kiai Asep berjanji, jika suatu saat ke Kalimantan Barat lagi akan bersilaturahim ke kerajaan Landak.
“Kalau saya ke Pontianak saya akan datang ke tempat panjenengan,” kata Kiai Asep.
Penelusuran BANGSAONLINE dari beberapa sumber, kerajaan Landak juga kerajaan Islam. Semula kerajaan ini diperintah oleh Raden Ismahayana dengan gelar Raja Dipati Karang Tanjung Tua (1472-1542).
Baca Juga: Siapkan Kontrak Politik Demi Pemerintahan Bersih, Barra-Rizal Dirikan Posko Masif Tiap Desa
Setelah menganut agama Islam, ia dikenal dengan gelar Albdulkahar. Raden Ismahayana adalah anak tunggal Raden Kesuma Sumantri Indra Ningrat Ratu Angkawijaya Brawijaya VII yang juga dikenal dengan nama Pulang Palih VII dalam perkawinan dengan Dara Hitam, seorang putri Dayak.
Pada zaman pemerintahan raja pertama ini, kerajaan berkedudukan di Ningrat Batur, di sungai Terap/Mandor. (MMA)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News