BOJONEGORO, BANGSAONLINE.com - Memasuki musim kemarau, hawa panas mulai menyengat mulai pagi hingga sore hari. Dampak musim kemarau itu, lahan pertanian cepat mengering dan cadangan air cepat habis. Akibatnya, para petani padi di Bojonegoro mengeluhkan kondisi tersebut.
Para petani mengaku kesulitan mencari air untuk mengairi tanaman padi mereka yang baru berusia sekitar 20 sampai 30 hari. Bahkan, sebagian petani di Kecamatan Kanor mulai pasrah dan membiarkan tanaman padinya mati akibat kekurangan air.
"Air di sungai sudah habis disedot dengan diesel, kemarin beli air tetapi tidak sampai satu hari sudah kering lagi," ujar salah satu petani di Desa Simorejo, Kecamatan Kanor, Bojonegoro, Mutohar.
Para petani itu melakukan tanam padi kedua di tahun 2015 ini. Ia biasa menyebut tanam kali ini merupakan tanam wali'an atau tanam usai musim penghujan beberapa waktu lalu. Saat tanam kemarin, kata dia, sawahnya masih banyak air sisa hujan. Namun, sejak satu minggu terakhir ini air di sawahnya mulai habis dan kini tanahnya sudah mulai pecah-pecah.
"Kalau dalam waktu satu minggu ke depan masih tidak mendapat air, tanaman padi saya terancam mati," keluhnya.
Hal yang sama juga di rasakan para petani di Desa Nglarangan, Kecamatan Kanor. Para petani kesulitan untuk mencari air guna mengairi tanaman padinya, bahkan beberapa hari kemarin sejumlah warga sempat terlibat perkelahian hanya gara rebutan air di sungai.
"Saat ini ada sekitar 40 hektare tanaman padi di Kecamatan Kanor yang lokasinya dekat dengan sungai Bengawan Solo. Kemungkinan masih bisa panen karena kecukupan air, tetapi yang jauh dari sungai kemungkinan gagal," ujar Camat Kanor, Subiyanto.
Selain di Kecamatan Kanor, beberapa kecamatan di Bojonegoro, seperti Baureno, Balen, Kapas, Sumberejo, Kepohbaru dan lainnya juga melakukan tanam padi kedua di tahun 2015 ini. Keluhannya juga sama, yakni tanaman padinya kekurangan air. Sehingga diprediksi tanam kedua ini tidak berhasil dan sebagian wilayah terancam gagal panen.
"Tahun ini musim kemarau lebih maju, berbeda dengan tahun lalu (2014,red). Saat itu petani berhasil dengan tanam keduanya, tahun ini kemungkinan gagal karena sulitnya air," kata Kepala Disperta Bojonegoro, Ahmad Djupari.
Sementara itu, sebagian petani yang tidak melakukan tanam padi saat ini sudah mulai mengolah tanahnya untuk ditanami tembakau. Sebab, musim kemarau cocoknya dengan tanaman seperti tembakau dan palawija. (nur)
Baca Juga: Petrokimia Gresik di Usia 52 Tahun, Dorong Kemajuan Pertanian dan Industri Kimia Berkelanjutan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News