Kiai Abdul Chalim adalah sahat karib KH Abdul Wahab Hasbullah saat mondok di Makkah. Ketika sama-sama pulang ke Indonesia, dua kiai itu bertemu di Surabaya.
“Abah saya ke Surabaya berjalan kaki selama 14 hari karena ingin mendidik nasionalisme, menikmati keindahan alam,” kata Kiai Asep.
Dalam perjalanan dari Jawa Barat ke Surabaya itu Kiai Abdul Chalim sempat mampir ke Pesantren Tebuuireng, Jombang. “Menginap di Pesantren Tebuireng satu malam untuk bertemu dengan Kiai Hasyim Asy’ari,” tutur Kiai Asep. Hadratussyaikh KHM Hasyim Asy’ari inilah yang dimintai restu oleh Kiai Wahab Hasbullah untuk mendirikan NU.
Menurut Kiai Asep, ketika Kiai Wahab Hasbullah mendapat restu Kiai Hasyim Asy’ari untuk mendirikan NU, Kiai Abdul Chalim dan Kiai Wahab mendapat mandat untuk menyusun kepengurusan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang kemudian dirapatkan oleh para kiai. Tentu semua susunan PBNU pertama itu dipantau langsung dan atas ijin Hadratussyaikh.
Para kiai sepakat bahwa Hadrastussyaikh yang pantas menduduki jabatan tertinggi NU, yaitu sebagai Rais Akbar. “Ketua Tanfidziahnya Haji Hasan Gipo,” katanya. “Hasan Gipo itu ketua Komite Hijaz,” tambahnya.
Sedang Katib Awal Syuriah PBNU Kiai A Wahab Hasbullah dan Katib Tsani-nya KH Abdul Chalim.
“Kiai Bisri Syansuri itu A’wan,” kata Kiai Asep.
Kiai Asep juga bercerita tentang masa lalunya yang kelam. “Saya gak punya pekerjaan. Hanya doa yang saya andalkan,” kata Kiai Asep yang kini memiliki 16 ribu santri.
Namun ia mengaku punya semangat untuk menjadi orang sukses. Ia banyak baca buku. Bahkan ketika melanglang buana keluar dari pondok pesantren, setelah memutuskan keluar dari SMA karena tak ada yang membiayai, Kiai Asep selalu membawa buku dan kitab serta kamus Bahasa Arab dan Inggris.
Ketika sudah berkeluarga dengan Nyai Alif Fadhilah yang dinikahi saat masih kelas III SMP, Kiai Asep mengaku berusaha naik haji. Dengan cara berhutang.
“Istri saya punya uang Rp 5 juta,” tutur Kiai Asep. ONH saat itu Rp 15 juta.
“Saya pinjam kepada orang-orang Rp 9 juta,” katanya.
Nah, di tanah suci itulah Kiai Asep kemudian berdoa di tempat-tempat istijabah. Diantaranya di Multazam. “Karena ada Hadits yang menyatakan bahwa di Multazam itu tidak ada doa yang dipanjatkan kecuali dikabulkan,” kata Kiai Asep.
Kemudian di Hajar Aswad. “Karena berdoa di Hajar Aswad itu akan diamini oleh ribuan malaikat,” katanya.
Kiai Asep juga berdoa di bawah talang emas Ka’bah. Karena berdoa di bawah talang emas sama dengan berdoa di surga.
Selain di tempat-tempat itu Kiai Asep juga berdoa di Rukun Yamani, Raudlah di Madinah dan sebagainya.
Kiai Asep juga mengaku mendapat inspirasi ketika membaca Kitab Al-Hikam karangan Imam Ghazali saat di Arafah. Dalam bab Nawafil (salat-salat sunnah) Kiai Asep mendapatkan salat hajat 12 rakaat 5 kali salam yang kemudian diamalkan hingga saat ini. Tentu ditambah salat witir tiga rakaat dua kali salam.
Menurut Kiai Asep, salat sunnah inilah yang kemudian menjadi titik awal kaya raya sehingga jadi miliarder tapi dermawan.
Sementara Ahmad Zuhri mengatakan bahwa Pergunu di bawah kepemimpinan Kiai Asep sangat cepat maju. “Karena dibiayai sendiri oleh Abah Yai Asep,” kata dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta itu.
Bahkan sekarang di Papua Selatan sudah berdiri Pengurus Wilayah Pergunu. “Padahal NU belum ada di sana,” katanya.
Senada dengan Ahmad Zuhri, Ahsanul Husna juga mengatakan bahwa Kiai Asep banyak memberikan beasiswa kepada kader NU di berbagai daerah.
Nah, dari berbagai keistimewaan dan kehebatan Kiai Asep itulah, Mas’ud Adnan mengaku tertarik menulis tentang Kiai Asep. “Sebagai jurnalis, sebagai wartawan, saya menilai bahwa Kiai Asep adalah kiai atau ulama langka yang perlu ditulis agar bisa diteladani generasi sekarang dan akan datang,” kata CEO HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE itu.
“Banyak kiprah dan pemikiran Kiai Asep yang sangat inspiratif,” tegas alumnus Pesantren Tebuireng dan Pascasarjana Unair itu. (MMA)
.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News