Khofifah Diserang Buzzer, Ini Doa-Nasehat Syaikh Afifuddin, Cicit Syaikh Abdul Qodir Al -Jailani

Khofifah Diserang Buzzer, Ini Doa-Nasehat Syaikh Afifuddin, Cicit Syaikh Abdul Qodir Al -Jailani Syaikh Afifuddin Al-Aljailani dan Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, dalam acara istitghatsah dan shalat malam di kawasan Pondok Pesantren Amanatul Ummah Jalan Siwalankerto Utara, Surabaya, Rabu (29/4/2025)/ Foto: bangsaonline

SURABAYA, BANGSAONLINE.com – Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, kembali mengundang para ulama atau kiai dari beberapa daerah Jawa Timur. Pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto itu mengodinasi para kiai dan guru besar untuk istighatsah dan shalat malam di kediaman salah seorang putrinya, Ning Imah, di kawasan Pondok Pesantren Amanatul Ummah Jalan Siwalanketo Utara Surabaya, Rabu (29/4/2025) malam.

Untuk apa? “Kita harus melindungi Ibu Hajjah Khofifah Indar Parawansa agar celometan-celometan orang itu berhenti. Kalau tidak berhenti kita serahkan kepada keadilan Allah,” kata KH Asep Saifuddin Chalim sesaat sebelum menjadi imam shalat malam 12 rakaat yang diawali shalat isya’ secara berjemaah.

Belakangan serangan buzzer terhadap Gubernur Khofifah sangat gencar. Bahkan Khofifah diframing sebagai penjual semangka dan hanya pamer makanan. Para buzzer itu mengesankan Khofifah tidak serius menjalankan tugas sebagai gubernur karena sibuk pamer makanan.

Padahal Khofifah justru mempromosikan produk para petani semangka di Jawa Timur. Tapi video itu dipotong dan diframing seolah-olah Khofifah hanya sibuk keluyuran dan pamer makanan.

Kiai Asep juga membagikan lembaran kaifiyah (cara) shalat malam lengkap dengan doanya. Menurut dia, shalat malam dan doa itu berasal dari Kitab Ihya Ulumiddin karya Imam Ghazali.

Addu’a alladzi laa yuraddu, doa yang tidak akan ditolak oleh Allah SWT,” kata Kiai Asep mengutip narasi Kitab Ihya Ulumiddin.

Artinya, doa ini sangat mustajab sehingga dijamin tak akan ditolak. “Karena itu Imam Ghazali berpesan doa ini jangan diajarkan kepada sembarang orang, takut digunakan untuk perbuatan maksiat,” kata Kiai Asep mengutip tullisan Imam Ghazali.

Doa itu dibaca setelah melaksanakan shalat malam 12 rakaat. “Jadi setelah salam pada shalat keenam atau rakaat ke-12, kita sujud. Lalu baca doa ini dalam sujud. Setelah baca doa ini kita sampaikan hajat-hajat kita kepada Allah saat sujud, termasuk mendoakan Ibu Khofifah, bapak Prabowo dan Mas Barra,” kata Kiai Asep.

Sujudnya cukup lama. Sekitar 20 menit.

Usai memimpin shalat malam Kiai Asep mengajak para kiai istighatsah. Seperti biasa, Kiai Asep menjelaskan secara detail keistimewaan, keutamaan dan fungsi aurad, dzikir dan shalawat yang dibaca secara bersama-sama.

Tak lama kemudian Syaikh Afifuddin Al-Jailani asal Irak memasuki majelis istighatsah yang berada di lantai II kediaman Ning Imah. Syaikh Afifuddin adalah cicit ke-33 Syaikh Abdul Qodir Al Jailani, pendiri tharikat Qodiriyyah.  

Syaikh Abdul Qodir Al Jailani dalam pandangan ulama NU dianggap sebagai Sulthanul Auliya’ (pemimpin para waliyullah atau kekasih Allah). 

Syaikh Afifuddin yang dikenal sebagai peneliti itu juga keturunan  Rasulullah SAW.

Syaikh Afifuddin juga dikenal sebagai pimpinan otoritas tertinggi yayasan makam Syekh Abdul Qadir Al Jailani. Syekh Afifuddin memiliki peran penting dalam menjaga dan mengembangkan ajaran Thariqah Qadiriyah, baik di Asia, Timur Tengah, maupun di Indonesia.

Kiai Asep minta Syaikh Afifuddin memimpin doa untuk kebaikan Khofifah sekaligus memberikan taushiyah. Namun sebelum Syaikh Afifuddin memberikan taushiyah Kiai Asep memberi tahu bahwa Gubernur Khofifah sedang diserang para buzzer.

Syaikh Afifuddin mengapresiasi Kiai Asep yang telah mengundang para ulama untuk istighatsah sekaligus shalat malam. Syaikh Afifuddin berdoa semoga umur dan ilmu Kiai Asep barakah.

Syaikh Afifuddin juga mendoakan Khofifah, putra Kii Asep, Gus Barra (Bupati Mojokerto) dan semua kiai serta jemaah yang hadir.

“Semoga semua dijaga oleh Allah,” kata Syaikh Afifuddin dalam bahasa Arab yang diterjemahkan oleh Ustadz Mirwan lulusan perguruan tinggi Sudan.

Terkait dengan Khofifah yang diserang buzzer, Syaikh Afifuddin mengatakan bahwa setiap kesulitan selalu disertai kemudahan. “Tapi yakinlah bahwa Allah telah bersumpah dalam Al Quran bahwa setelah kesulitan ada kemudahan,” tegas Syaikh Afifuddin.

Menurut dia, kedengkian dan permusuhan sudah ada sejak iblis membangkang pada perintah Allah SWT. Saat itu Allah menyuruh iblis sujud kepada Nabi Adam, tapi iblis menolak. Iblis congkak merasa lebih mulia daripada manusia karena dicipta dari api, sedangkan manusia dicipta dari tanah.

“Itulah yang jadi sumber permusuhan,” kata Syaikh Afifuddin.

Menurut Syaikh Afifudddin, semua kita tahu dan sepakat bahwa manusia yang paling baik adalah Nabi dan Rasul. “Tapi coba kita renungkan, apakah nabi tak punya musuh. Semua nabi punya musuh. Bahkan nabi terakhir juga punya banyak musuh,” ujar Syaikh Afifuddin.

“Itulah tanda-tanda kebenaran,” tegas Syaikh Afifuddin lagi.

Dalam syirah nabi, tutur Syaikh, nabi dinista. Tapi Allah berjanji akan memberi pertolongan.

“Sekarang kita mewarisi ilmu dan ajaran nabi,” kata Syaikh. Ilmu dan ajaran inilah yang dulu dipertahankan nabi dari serangan musuh-musuhnya.

Syaikh Afifuddin juga mengatakan bahwa ujian dan kesulitan itu suatu tanda bahwa kita dekat dengan Allah SWT. “Maka kita harus berdoa. Kalau sekarang belum dikabulkan, bisa jadi kita belum berdoa,” ujarnya.

Menurut Syaikh Afifuddin, dari kasus Khofifah ini bisa diambil hikmah.

“Dari peristiwa ini kita dapat mengambil (hikmah) siapa kawan dan siapa lawan,” katanya.

Syaikh Afifuddin menyarankan, untuk menghadapi orang-orang yang menyerang Khofifah sebaiknya kita tidak mendoakan mereka jelek, tapi mendoakan mereka semoga dilunakkan hatinya.

“Imam Syafii dan Imam Ahmad Ibnu Hanbal mengatakan, seandainya aku tahu mana doa yang diterima Allah aku akan berikan kepada pemimpin. Karena baiknya pemimpin akan menjadi baiknya masyarakat atau rakyat,” tegas Syaikh Afifuddin.

“Semoga Allah tetap memberikan kebaikan dan barakah kepada Khofifah. Dan juga kepada putra Kiai Asep (Gus Barra) dan bisa menyejahterakan rakyatnya,” harapnya.

Syaikh Afifuddin juga mendoakan para ulama. “Semoga Allah tidak hanya memberi kebaikan kepada pemimpin tapi juga kepada ulama dan semoga memberikan kebaikan kepada kita semua,” doa Syaikh Afifuddin.

Usai acara para kiai dan jemaah berebut mencium tangan dzurriyah Rasulullah SAW itu. (MMA)