Diproyeksikan Jadi Universitas Internasional, UAC Asesmen LAMDIK Program S3, Apa Keunggulannya

Diproyeksikan Jadi Universitas Internasional,  UAC Asesmen LAMDIK Program S3, Apa Keunggulannya inilah suasana acara pembukaan Asesmen Lapangan Lembaga Akreditasi Mandiri Kependidikan (LAMDIK) Program Doktoral (S3) Pendidikan Agama Islam Universitas KH Abdul Chalim (UAC) Pacet Mojokerto, Senin (27/4/2025). Foto: bangsaonline.

MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com – Prof Dr KH Abdul Chalim, MA terus melakukan akselerasi pengembangan Universitas KH Abdul Chalim (UAC) Pacet Mojokerto Jawa Timur. Hari ini, Senin (28/4/2025), UAC  menggelar pembukaan Asesmen Lapangan Lembaga Akreditasi Mandiri Kependidikan (LAMDIK) Program Doktoral (S3) Pendidikan Agama Islam. Hadir sebagai asesor Prof Dr Zurqoni, M.Ag dan Prof Dr Ani Cahyadi, S.Ag, M.Pd.

Menurut Kiai Asep, UAC sebenarnya telah melahirkan beberapa doktor. 

“Tapi belum bisa dapat ijazah kalau belum akreditasi,” kata Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim kepada BANGSAONLINE di kampus Universitas KH Abdul Chalim, Senin (28/4/2025).

Kiai Asep adalah pendiri sekaligus pembina UAC. Putra pahlawan nasional KH Abdul Chalim Leuwimunding itu juga pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto.

Acara pembukaan Asesmen LAMDIK itu dihadiri Rektor UAC Dr KH Mauhibur Rokhman, Direktur Pascasarjana UAC Dr Afif Zamroni, Wakil Rektor UAC Dr Fadly Usman dan civitas akademika UAC.

Hadir juga para guru besar. Antara lain Prof Dr Zainuddin Maliki, Prof Dr Abdul Haris, Prof Dr Tauchid Noor, Prof Dr Husein Aziz, Prof Dr Agus Sholahuddin, Syaikh Ahmad Muhammad Mabruk Al Husseini asal Mesir dan para doktor dari UAC.

Kiai Asep berharap UAC mendapat peringkat akreditasi unggul.

“Untuk memudahkan langkah keberhasilan target-target berikutnya untuk menjadi universitas internasional, yang ikut serta memberikan citra baik terhadap bangsa dan negara karena terbuka terhadap mahasiswa asing dan yang berminat, ” kata Kiai Asep yang juga Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu).

Kiai Asep mengungkap beberapa keunggulan sekaligus kekhasan UAC. Menurut Kiai Asep, untuk S1, tiap prodi ada 5 mata kuliah wajib dengan nol SKS.

“Mata kuliah itu cukup lama, enam semester. Yaitu IT (information technology), akuntansi, bahasa Arab, bahasa Inggris, dan mata kuliah Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja),” tutur Kiai Asep yang populer sebagai kiai miliarder tapi dermawan itu.

“Materi kuliah ini untuk alat jadi entrepreuner sehingga mereka bisa menjadi konglomerat,” harap Kiai Asep.

Untuk S2, kata Kiai Asep, IT, bahasa Arab, bahasa Inggris dan Aswaja, tanpa akuntansi.

“Untuk S3 hanya IT saja. Bahasa Arab dan bahasa Inggrisnya dilatih lewat penulisan jurnal dan disertasi,” kata Kiai Asep sembari mengatakan bahwa jurnal dan disertasi itu diberikan sejak masuk S3.

Keunggulan berikut, menurut Kiai Asep, setiap pagi bagi mahasiswa yang tinggal di asrama diberi pengajan. “Berbagai kitab,” tegasnya.

Menurut Kiai Asep, keunggulan berikutnya kampus UAC menyediakan sarana literasi.

“Masjid kampus UAC dilengkapi dengan perpustakaan,” uajr Kiai Asep sembari mengaku BANGSAONLINE meninjau perpustakaan Masjid Kampus KH Abdul Chalim yang berdiri tegak di area kampus hijau tersebut.

Pantauan BANGSAONLINE, rak buku di masjid kampus tersebut ada di beberapa tempat. Rak buku itu selain berisi kitab-kitab kuning juga berisi buku umum dan biografi tokoh-tokoh nasional, tokoh NU, ulama, kiai, pejuang kemerdekaan, pendiri NU dan buku tentang Kiai Asep dan Pesantren Amanatul Ummah. Antara lain buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan dan buku berjudul Kiblat Dunia Islam dan Peradaban Dunia karya M. Mas’ud Adnan, CEO HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.

“Perpustakaan masjid dibuka sejak jam 2 malam sampai pukul 10 pagi. Karena pada malam harinya ada shalat malam, jam tiga,” ujar Kiai Asep.

Kiai Asep juga mengungkap keunggulan lain UAC. “Tiap tahun UAC menggelar konfrensi internasional yang dihadiri tokoh-tokoh agama, budaya dan pendidikan dunia,” tutur Kiai Asep.

Bahkan, menurut Kiai Asep, UAC memiliki jurnal terbanyak diantara kampus swasta. “Yang berstandar atau terindeks scopus ada dua jurnal. Yang sedang diproses ada satu lagi. Jadi sebentar lagi sudah tiga jurnal berstandar scopus. Semuanya sekitar 15 jurnal, sesuai prodinya masing-masing,” kata Kiai Asep.

Kiai Asep juga terus melakukan pembangunan gedung berstandar internasional. “Semua tanah kita sudah 100 hektar,” kata Kiai Asep sembari mengajak BANGSAONLINE untuk menyaksikan gedung berstandar internasional yagn sedang dibangun.

“Ini untuk asrrama putri dari negara asing. Kalau asrama putra untuk negara asing sudah ada,” kata Kiai Asep. Lokasinya berada di belakang kampus UAC.

Peletakan batu pertama pembangunan gedung-gedung berstandar internasional itu dilakukan oleh Wakil Ketua MPR Yandri Susanto yang kini menjadi Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal.

Kiai Asep juga menjelaskan bahwa mahasiswa UAC datang dari seluruh provinsi Indonesia dan juga luar negeri.

“Sebagian mahasiswa dapat beasiswa. Dulu yang dapat beasiswa sampai 70 persen dari seluruh mahasiswa UAC,” kata Kiai Asep sembari menjelaskan bahwa beasiswa itu berupa makan gratis, asrama gratis dan bebas beaya kuliyah atau UKT.

Khusus mahasiswa asing juga dapat uang untuk beli sabun dan sebagainya.

Kiai Asep sendiri juga sering melakukan bensmarking ke berbagai perguruan tinggi di luar negeri. Antara lain ke Universitas Al Azhar Mesir, Mahidol Unversity Thailand, Perguruan Tinggi Hassan II Maroko, Kolej Universiti Perguruan Ugama Seri Begawan (KUPUSB) Brunei, Universiti Islam Sultan Sharif Ali (UNISSA) Brunei, Universitas Brunei Darussalam (UBD) dan berbagai perguruan tinggi luar negeri lainnya.

Mneurut Kiai Asep, pengembangan UAC jadi perguruan tinggi internasional itu merupakan kelanjutan dari visi misi Amanatul Ummah.

“Yaitu untuk mewujudkan manusia unggul, beriman, bertakwa dan berkahlak mulia. Untuk kemuliaan dan kejayaan kaum muslimin dan kejayaan serta kemuliaan seluruh bangsa Indonesia dan keberhasilan cita-cita luhur kemerdekaan, terwujudnya kesejahteraan dan tegaknya keadilan,” kata Kiai Asep.

Menurut Kiai Asep, hal itu direalisasikan dengan misi melaksanakan sistem secara ketat dan bertanggungjawab.

“Ketat dalam pelaksanaan, bertanggungjawab atas keberhasilan,” kata Kiai Asep.

Kiai Asep juga menjelaskan tujuan peruntukan pendidikan yang diasuhnya.

“Pertama, jadi ulama besar yang akan menerangi dunia dan utamanya Indonesia,” kata Kiai Asep.

Kedua, menjadi pemimpin negara dan bangsa Indonesia serta pemimpin dunia yang senantiasa mengupayakan terwujudnya kesejahteraan dan tegaknya keadilan.

“Ketiga, menjadi konglomerat besar yang akan memberikan kontribusi maksimal terhadap terwujudnya kesejahteraan bangsa Indonesia,” tegasnya.

Keempat, tutur Kiai Asep, untuk menjadi para profesional yang berkualitas dan bertanggungjawab.

Menurut Kiai Asep, kita semua harus punya cita-cita besar. Kenapa? “Innallaha yuhibbu ma’aliyal umur wayukrahu safsafaha. Allah itu senang terhadap orang yang tinggi urusannya, yang tinggi ciita-citanya, dan tidak suka terhadap orang yang rendah urusannya, rendah cita-citanya,” kata Kiai Asep.