MAJALENGKA, BANGSAONLINE.com –Gedung Yudha Karya Abdi Negara Pemerintah Kabupaten Majalengka Jawa Barat penuh gegap gempita. Sejumlah tokoh nasional dan tokoh mansyarakat Jawa Barat berkumpul di Pendopo Bupati Majalengka itu pada Kamis (30/3/2023). Mereka sepakat dan bertekad untuk mengegolkan KH Abdul Chalim sebagai pahlawan nasional.
“Banyak aspirasi masyarakat yang sampai pada telinga bupati,” kata Bupati Majalengka, Dr H. Karna Sobahi, M.M.Pd selaku tuan rumah saat pidato sambutan dalam Seminar Nasional yang mengangkat tema perjuangan KH Abdul Chalim Leuwimunding, salah seorang ulama pendiri Jam’iyah Nahdlatul Ulama dan pejuang kemerdekaan Republik Indonesia. Seminar itu digelar untuk pengusulan Kiai Abdul Chalim sebagai pahlawan nasional.
Baca Juga: Ribuan Warga Padati Mubarok Bersholawat, Paslon 2 Optimis Menang di Ngoro, Mojokerto
Karena itu, ia selaku kepala daerah Majalengka langsung menyampaikan dukungan secara terbuka dalam acara Satu Abad NU di Alun-Alun Talaga Majalengka, Sabtu (11/3/2023) lalu.
Tak hanya itu. Bupati Kresna juga mengaku mengawal langsung untuk mewujudkan aspirasi rakyat itu agar Kiai Abdul Chalim benar-benar jadi pahlawan nasional. Menurut dia, seminar nasional yang kini ia gelar di Pondopo Majalengka juga bagian dari upaya kongkrit untuk memperjuangkan Kiai Abdul Chalim sebagai pahlawan nasional.
Menurut dia, perjuangan Kiai Abdul Chalim adalah gerakan spiritual atau keagamaan dan kebangsaan. Dan ini sangat sesuai dengan karakter bangsa Indonesia.
Baca Juga: Mubarok Gembleng 6.472 Calon Saksi untuk Gus Barra-Rizal dan Khofifah-Emil di Mojokerto
“Karena itu wajib bagi masyarakat – terutama Majelangka - untuk mengangkat kebesaran beliau. Untuk itu saya langsung minta Kadinsos mengambil langkah-langkah operasional yang realisasinya adalah seminar hari ini,” kata Bupati Karna Sobahi.
Bupati Karna bahkan bertekad untuk mengawal perjuangan Kiai Abdul Chalim. “Kami akan antar dan kita kawal agar gelar pahlawan Kiai Abdul Chalim terwujud sebagai pahlawan nasional pada 2023 ini,” tegas Bupati Karna Sobahi yang merupakan kader PDI Perjuangan.
Seminar itu menghadirkan pembicara dari berbagai kalangan. Antara lain Wakil Ketua MPR RI, Yandri Susanto, Anggota DPR RI Komisi VIII Imamul Haq, mantan Wakil Kepala BIN dan Wakil Ketua Umum PBNU Dr KH As’ad Said Ali, dan pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA serta Direktur Pemberdayaan Masyarakat Kemensos RI, Arif Nahari.
Baca Juga: Doa Bersama Kapolri dan Panglima TNI, Kiai Asep Duduk Satu Meja dengan Kapolda dan Pangdam V Jatim
Pembicara lain adalah Ketua Umum Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI), Prof Dr Agus Mulyana, Wakil Bupati Mojokerto, Dr KH Muhammad Albarra, Dosen UINSA Surabaya, Prof Dr Abdul Chalim, Asisten Pemrintahan dan Kesra Setda Pemprov Jawa Barat, Dedi Supendi.
Juga hadir Wakil Bupati Majalengka Tarsono D Mardiana dan Tri, pejabat dari Kemensos yang menjelaskan tentang prosedur dan syarat-syarat sebagai pahlawan nasional.
Baca Juga: Lautan Manusia Padati Kampanye Akbar Paslon 02 Khofifah-Emil dan Gus Barra-Rizal di Mojokerto
(Peserta seminar nasional Perjuangan KH Abdul Chalim dalam rangka pengusulan sebagai pahlawan nasional di Gedung Yudha Karya Abdi Negara Pemerintah Kabupaten Majalengka Jawa Barat, Kamis (30/3/2023). Foto: bangsaonline.com)
Yandri Santoso mengatakan bahwa syarat Kiai Abdul Chalim sebagai pahlawan nasional sudah sangat lengkap. Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) itu berpendapat ada tiga hal pada sosok Kiai Abdul Chalim. Yaitu sebagai ulama, pejuang dan politisi.
Menurut Yandri, sebagai ulama, Kiai Chalim telah banyak mengajarkan ilmu agama kepada masyarakat. Kiai Chalim juga turut mendirikan NU.
Baca Juga: Kedatangan Kiai Asep dan Tim Mubarok di Pasar Bangsal Disambut Antusias Pedagang dan Warga
“NU tak serta merta ada.,” kata Yandri di depan ratusan peserta seminar nasional itu.
NU berdiri, kata Yandri, melalui proses perjuangan panjang. Yang dilakukan oleh para ulama besar. Yaitu Hadratussyaikh KH Muhammad Hasyim Asyari, KH Abdul Wahab Hasbullah, Kiai Abdul Chalim dan ulama lain.
Begitu juga Indonesia. Tak serta merta ada. Tapi banyak pengorbanan yang dilakukan oleh para pejuang kemerdekaan RI. Terutama ulama pesantren. Diantaranya Kiai Abdul Chalim.
Baca Juga: Di Depan Pergunu Jatim, Kiai Asep Sebut Khofifah Cagub Paling Loman alias Dermawan
“Kita ini hanya sebagai penikmat,” kata Yandri Susanto yang mantan Ketua Komisi VIII DPR RI.
Yandri juga mengingatkan bahwa Kiai Abdul Chalim adalah politisi. Buktinya, tegas Yandri, Kiai Abdul Chalim pernah menjadi anggota MPRS. Maka Yandri minta masyarakat jangan alergi terhadap politik.
“Karena pemerintah dan negara ini diatur lewat politik,” katanya.
Baca Juga: Kiai Asep Tebar Keberkahan, Borong Dagangan di Pasar Dinoyo sampai Warga Mantap Pilih Mubarok
Kepada wartawan Yandri Susanto bahkan mengaku akan menemui Menteri Sosial Tri Rismaharini (Risma) untuk memperjuangkan Kiai Abdul sebagai pahlawan nasional.
“Ya, saya akan menemui Mensos Bu Risma,” kata Yandri sembari mengatakan bahwa ia kenal baik dengan mantan walikota Surabaya itu.
Kiai As’ad Said Ali juga mendukung penuh Kiai Abdul Chalim sebagai pahlawan nasional. Menurut dia, peran Kiai Abdul Chalim dalam pendirian NU dan kemerdekaan RI sangat penting.
Baca Juga: Alumni Ponpes Lirboyo di Mojokerto Siap Menangkan Paslon Mubarok
“Kiai Abdul Chalim adalah jantung NU. Yang mengalirkan darah ke seluruh tubuh NU,” kata Kiai As’ad Said Ali yang mantan Wakil Ketua Umum PBNU.
Kerabat dekat KH Ahmad Sahal Mahfud - Rais Aam PBNU periode 1999-2014 itu menggambarkan sikap moderasi kiai-kiai pesantren sebelum Indonesia ada atau merdeka. Menurut dia, kiai pesantren punya sikap moderat dan tawasuth jauh sebelum Indonesia ada.
Karena itu pada tahun 1921 hingga 1924 tatkala tokoh-tokoh Islam sibuk membicarakan kejatuhan kekhilafahan Utsmani (Ottoman) NU tak terlibat. Bahkan NU selalu keluar dari organisasi yang berorientasi pada khilafah.
Namun NU juga tak setuju dengan negara sekuler. Kiai As’ad Said Ali memberi contoh konsep Soekarno tentang Pancasila. “Soekarno kan sekuler. Internasionalisme atau prikemanusiaan,” kata Kiai As’ad. Dalam konsep Soekarno Ketuhanan Yang Maha Esa nomor 5.
Menurut Kiai As'ad, komitmen kebangsaan para kiai NU sanga tinggi. Karena itu ketika Indonesia bagian timur akan memisahkan diri karena dalam sila Ketuhanan ada kalimat "dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya", Kiai Abdul Wahid Hasyim langsung setuju dicoret tujuh kata itu.
“Dalilnya Dar ul mafasid muqaddamun ala jalbil masholeh,” kata Kiai As’ad. Artinya, menolak sesuatu yang kerusakannya besar harus diutamakan, daripada melaksanakan sesuatu yang bersifat masholih (sesuatu yang bersifat positif), tetapi kadarnya tidak lebih besar daripada mafsadat yang ditimbulkan.
“Jadi pandangan negara bangsa itu sudah ada sebelum Indonesia lahir,” kata Kiai As’ad Said Ali. Menurut Kiai As’ad, pandangan negara bangsa, yaitu negara bangsa yang beragama, itu identik dengan kiai-kiai NU, termasuk Kiai Abdul Chalim.
Anggota Komisi VIII DPR RI KH Maman Imanulhaq juga sangat antusias mendukung Kiai Abdul Chalim sebagai pahlawan nasional. “Kami dari Komisi VIII akan mengawal sampai Kiai Abdul Chalim jadi pahlawan nasional,” kata Wakil Sekretaris Dewan Syuro DPP PKB itu.
Anggota DPR RI dua periode itu mengaku sebagai warga Jawa Barat juga sedang memperjuangkan tokoh-tokoh hebat Jawa Barat sebagai pahlawan nasional. Ia bahkan menyebut lima tokoh asal Jawa Barat yang sedang diperjuangkan untuk jadi pahlawan nasional. Diantaranya adalah Inggit Garnasih.
Tapi mantan istri Soekarno itu masih ada yang merpersoalkan, apakah saat nikah dengan Soekarno sudah cerai dengan suaminya, H Sanusi.
Kiai Maman menegaskan bahwa jasa kiai NU atau pesantren sangat besar terhadap bangsa Indonesia, terutama NKRI dan Pancasila.
Ia mengutip pernyataan Douwes Dekker yang sangat populer. “Kalau tidak ada kiai dan pondok pesantren, maka patriotisme bangsa Indonesia sudah hancur berantakan,” kata Maman mengutip pernyataan Douwes Dekker, tokoh pendidikan nasional keturunan Belanda.
Sementara Gus Bara banyak memnceritakan tentang sejarah Kiai Abdul Chalim berdasarkan disertasinya saat menempuh S3 di Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung. Cucu Kiai Abdul Chalim yang kini Wakil Bupati Mojokerto itu mengungkapkan bahwa kakeknya saat berjalan kaki dari Majalengka menuju Surabaya memakan waktu 14 hari.
Kiai Abdul Chalim, tutur Gus Bara, mengonsumsi kunir sambil membaca Surat Yasin dan ayat Kursi selama perjalanan.
Ketua GP Ansor Kabupaten Mojokerto itu juga bercerita bahwa saat Kiai Abdul Wahab mendapat restu dari Hadratussyaikh Kiai Hasyim Asy’ari mendirikan NU, Mbah Wahab – panggilan Kiai Abdul Wahab – juga tak ingin memimpin sendiri. Kiai Wahab Hasbullah justru minta Hadratussyaikh yang mimpin NU.
“Guru saya yang harus pegang (NU),” kata Mbah Wahab seperti ditirukan Gus Bara. Yang dimaksud guru oleh Mbah Wahab adalah Hadratussyaikh Kiai Hasyim Asy’ari.
Kenapa Mbah Wahab memasrahkan NU harus dipegang atau dipimpin Hadratussyaikh Kiai Hasyim Asy’ari?
“Karena Kiai Hasyim Asy’ari punya santri yang tersebar di seluruh pulau Jawa dan Madura,” kata Gus Bara yang putra Prof Kiai Asep Saifuddin Chalim.
Menurut Gus Bara, dalam interaksi antara Hadratussyaikh dan Kiai Wahab itulah, Kiai Chalim berperan sebagai komunikator. Bahkan saat mengonsep surat undangan untuk para kiai dalam Komite Hijaz, Kiai Abdul Chalim yang mengingatkan Kiai Wahab soal tujuan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Prof Dr Kiai Asep Saifuddin Chalim yang juga tampil sebagai pembicara dalam seminar itu membenarkan apa yang disampaikan Gus Bara. Menurut dia, Kiai Abdul Wahab Hasbullah langsung merespon apa yang disampaikan oleh Kiai Abdul Chalim itu.
“Justru itu (kemerdekaan) salah satu tujuan utama kita,” jawab Kiai Abdul Wahab Hasbullah seperti ditirukan Kiai Asep Saifuddin Chalim.
Prof Agus Mulyana mengaku takjub terhadap para tokoh yang mendukung Kiai Abdul Chalim sebagai pahlawan nasiona.. Apalagi inisiatif dukunga itu diajukan oleh Bupati Majalengka. "Saya baru kali tahu ada pengajuan pahlawan nasional diinisiasi oleh bupati," kata guru besar sejarah Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung itu.
Menurut dia, Kiai Abdul Chalim sangat layak diajukan sebagai pahlawan. Karena banyak sekali jejak sejarah perjuangnnya. Diantaranya, mendorong perjuangan Laskar Hizbullah dalam mempertahankan kemerdekaan.
"Juga mengorganisir ulama dari Jawa Barat ke Jawa Timur untuk Resolusi Jihad," katanya.
Resolusi Jihad adalah fatwa Hadratussyaikh Kiai Hasyim Asy'ari yang, antara lain, mewajibkan umat Islam secara syariat untuk berperang melawan penjajah. Konsekuensinya, meski senjata tentara Inggris lebih lengkap dan canggih tapi kewalahan menghadapi para kiai, santri dan arek-arek Suroboyo, yang telah terbakar fatwa Resolusi Jihad. Bahkan jenderal kebanggaan tentara Inggris, Jenderal Mallaby, tewas ditembak santri Tebuireng. Sehingga meletus peristiwa 10 Nopember Surabaya.
Sementara Prof Dr Abdul Halim lebih banyak membahas soal teknis administratif pengusulan Kiai Abdul Chalim sebagai pahlawan nasional. Guru Besar Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya itu langsung minta kesiapan para tokoh dan pembicara yang hadir untuk berbagi tugas agar proses untuk memperjuangkan Kiai Abdul Chalim sebagai pahlawan nasional segera terwujud.
Alhasil, semua pembicara dan peserta yang hadir dalam seminar nasional itu mengakui bahwa peran dan jasa Kiai Abdul Chalim sangat besar, baik dalam sejarah berdirinya NU maupun dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. (M Mas’ud Adnan).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News