Bupati Majalengka, Wakil Ketua MPR, Anggota DPR, Siap Kawal Kiai Chalim sebagai Pahlawan Nasional

Bupati Majalengka, Wakil Ketua MPR, Anggota DPR, Siap Kawal Kiai Chalim sebagai Pahlawan Nasional Para pembicara dalam Seminar Nasional Perjuangan KH Abdul Chalim dalam rangka pengusulan sebagai pahlawan nasional di Gedung Yudha Karya Abdi Negara Pemerintah Kabupaten Majalengka Jawa Barat, Kamis (30/3/2023). Foto: bangsaonline

MAJALENGKA, BANGSAONLINE.com –Gedung Yudha Karya Abdi Negara Pemerintah Kabupaten Majalengka Jawa Barat penuh gegap gempita. Sejumlah tokoh nasional dan tokoh mansyarakat Jawa Barat berkumpul di Pendopo Bupati Majalengka itu pada Kamis (30/3/2023). Mereka sepakat dan bertekad untuk mengegolkan KH Abdul Chalim sebagai pahlawan nasional.

“Banyak aspirasi masyarakat yang sampai pada telinga bupati,” kata Bupati Majalengka, Dr H. Karna Sobahi, M.M.Pd selaku tuan rumah saat pidato sambutan dalam Seminar Nasional yang mengangkat tema perjuangan KH Abdul Chalim Leuwimunding, salah seorang ulama pendiri Jam’iyah Nahdlatul Ulama dan pejuang kemerdekaan Republik Indonesia. Seminar itu digelar untuk pengusulan sebagai pahlawan nasional.

Baca Juga: Imam Suyono Terpilih Jadi Ketua KONI Kabupaten Mojokerto Periode 2024-2029

Karena itu, ia selaku kepala daerah Majalengka langsung menyampaikan dukungan secara terbuka dalam acara Satu Abad NU di Alun-Alun Talaga Majalengka, Sabtu (11/3/2023) lalu.

Tak hanya itu. Bupati Kresna juga mengaku mengawal langsung untuk mewujudkan aspirasi rakyat itu agar benar-benar jadi pahlawan nasional. Menurut dia, seminar nasional yang kini ia gelar di Pondopo Majalengka juga bagian dari upaya kongkrit untuk memperjuangkan sebagai pahlawan nasional.

Menurut dia, perjuangan adalah gerakan spiritual atau keagamaan dan kebangsaan. Dan ini sangat sesuai dengan karakter bangsa Indonesia.

Baca Juga: Doakan Kelancaran Tugas Khofifah-Emil, Kiai Asep Undang Kiai-Kiai dari Berbagai Daerah Jatim

“Karena itu wajib bagi masyarakat – terutama Majelangka - untuk mengangkat kebesaran beliau. Untuk itu saya langsung minta Kadinsos mengambil langkah-langkah operasional yang realisasinya adalah seminar hari ini,” kata Bupati Karna Sobahi.

Bupati Karna bahkan bertekad untuk mengawal perjuangan . “Kami akan antar dan kita kawal agar gelar pahlawan terwujud sebagai pahlawan nasional pada 2023 ini,” tegas Bupati Karna Sobahi yang merupakan kader PDI Perjuangan.

Seminar itu menghadirkan pembicara dari berbagai kalangan. Antara lain Wakil Ketua MPR RI, Yandri Susanto, Anggota DPR RI Komisi VIII Imamul Haq, mantan Wakil Kepala BIN dan Wakil Ketua Umum PBNU Dr KH As’ad Said Ali, dan pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA serta Direktur Pemberdayaan Masyarakat Kemensos RI, Arif Nahari.

Baca Juga: Kiai Asep Beri Reward Peserta Tryout di Amanatul Ummah, Ada Uang hingga Koran Harian Bangsa

Pembicara lain adalah Ketua Umum Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI), Prof Dr Agus Mulyana, Wakil Bupati Mojokerto, Dr KH Muhammad Albarra, Dosen UINSA Surabaya, Prof Dr Abdul Chalim, Asisten Pemrintahan dan Kesra Setda Pemprov Jawa Barat, Dedi Supendi.

Juga hadir Wakil Bupati Majalengka Tarsono D Mardiana dan Tri, pejabat dari Kemensos yang menjelaskan tentang prosedur dan syarat-syarat sebagai pahlawan nasional.

Baca Juga: Klaim Didukung 37 Cabor, Imam Sunyono Optimis Terpilih Ketua KONI Kabupaten Mojokerto

(Peserta seminar nasional Perjuangan KH Abdul Chalim dalam rangka pengusulan sebagai pahlawan nasional di Gedung Yudha Karya Abdi Negara Pemerintah Kabupaten Majalengka Jawa Barat, Kamis (30/3/2023). Foto: bangsaonline.com)

Yandri Santoso mengatakan bahwa syarat sebagai pahlawan nasional sudah sangat lengkap. Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) itu berpendapat ada tiga hal pada sosok . Yaitu sebagai ulama, pejuang dan politisi.

Menurut Yandri, sebagai ulama, Kiai Chalim telah banyak mengajarkan ilmu agama kepada masyarakat. Kiai Chalim juga turut mendirikan NU.

Baca Juga: Gegara Mitos Politik dan Lawan Petahana, Gus Barra-dr Rizal Sempat Diramal Kalah

“NU tak serta merta ada.,” kata Yandri di depan ratusan peserta seminar nasional itu.

NU berdiri, kata Yandri, melalui proses perjuangan panjang. Yang dilakukan oleh para ulama besar. Yaitu Hadratussyaikh KH Muhammad Hasyim Asyari, KH Abdul Wahab Hasbullah, dan ulama lain.

Begitu juga Indonesia. Tak serta merta ada. Tapi banyak pengorbanan yang dilakukan oleh para pejuang kemerdekaan RI. Terutama ulama pesantren. Diantaranya .

Baca Juga: Raih 53,4 Persen di Pilbup Mojokerto 2024, Pasangan Mubarok Kalahkan Petahana

“Kita ini hanya sebagai penikmat,” kata Yandri Susanto yang mantan Ketua Komisi VIII DPR RI.

Yandri juga mengingatkan bahwa adalah politisi. Buktinya, tegas Yandri, pernah menjadi anggota MPRS. Maka Yandri minta masyarakat jangan alergi terhadap politik.

“Karena pemerintah dan negara ini diatur lewat politik,” katanya.

Baca Juga: Warga Jatim Berjubel Hadiri Kampanye Terakhir Khofifah-Emil, Kiai Asep: Menang 70%

Kepada wartawan Yandri Susanto bahkan mengaku akan menemui Menteri Sosial Tri Rismaharini (Risma) untuk memperjuangkan Kiai Abdul sebagai pahlawan nasional. 

“Ya, saya akan menemui Mensos Bu Risma,” kata Yandri sembari mengatakan bahwa ia kenal baik dengan mantan walikota Surabaya itu.

Kiai As’ad Said Ali juga mendukung penuh sebagai pahlawan nasional. Menurut dia, peran dalam pendirian NU dan kemerdekaan RI sangat penting.

Baca Juga: Ribuan Warga Padati Mubarok Bersholawat, Paslon 2 Optimis Menang di Ngoro, Mojokerto

adalah jantung NU. Yang mengalirkan darah ke seluruh tubuh NU,” kata Kiai As’ad Said Ali yang mantan Wakil Ketua Umum PBNU.

Kerabat dekat KH Ahmad Sahal Mahfud - Rais Aam PBNU periode 1999-2014 itu menggambarkan sikap moderasi kiai-kiai pesantren sebelum Indonesia ada atau merdeka. Menurut dia, kiai pesantren punya sikap moderat dan tawasuth jauh sebelum Indonesia ada.

Karena itu pada tahun 1921 hingga 1924 tatkala tokoh-tokoh Islam sibuk membicarakan kejatuhan kekhilafahan Utsmani (Ottoman) NU tak terlibat. Bahkan NU selalu keluar dari organisasi yang berorientasi pada khilafah.

Namun NU juga tak setuju dengan negara sekuler. Kiai As’ad Said Ali memberi contoh konsep Soekarno tentang Pancasila. “Soekarno kan sekuler. Internasionalisme atau prikemanusiaan,” kata Kiai As’ad. Dalam konsep Soekarno Ketuhanan Yang Maha Esa nomor 5.

Menurut Kiai As'ad, komitmen kebangsaan para kiai NU sanga tinggi. Karena itu ketika Indonesia bagian timur akan memisahkan diri karena dalam sila Ketuhanan ada kalimat "dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya", Kiai Abdul Wahid Hasyim langsung setuju dicoret tujuh kata itu.

“Dalilnya Dar ul mafasid muqaddamun ala jalbil masholeh,” kata Kiai As’ad. Artinya, menolak sesuatu yang kerusakannya besar harus diutamakan, daripada melaksanakan sesuatu yang bersifat masholih (sesuatu yang bersifat positif), tetapi kadarnya tidak lebih besar daripada mafsadat yang ditimbulkan.

“Jadi pandangan negara bangsa itu sudah ada sebelum Indonesia lahir,” kata Kiai As’ad Said Ali. Menurut Kiai As’ad, pandangan negara bangsa, yaitu negara bangsa yang beragama, itu identik dengan kiai-kiai NU, termasuk .

Anggota Komisi VIII DPR RI KH Maman Imanulhaq juga sangat antusias mendukung sebagai pahlawan nasional. “Kami dari Komisi VIII akan mengawal sampai jadi pahlawan nasional,” kata Wakil Sekretaris Dewan Syuro DPP PKB itu.

Anggota DPR RI dua periode itu mengaku sebagai warga Jawa Barat juga sedang memperjuangkan tokoh-tokoh hebat Jawa Barat sebagai pahlawan nasional. Ia bahkan menyebut lima tokoh asal Jawa Barat yang sedang diperjuangkan untuk jadi pahlawan nasional. Diantaranya adalah Inggit Garnasih.

Tapi mantan istri Soekarno itu masih ada yang merpersoalkan, apakah saat nikah dengan Soekarno sudah cerai dengan suaminya, H Sanusi.

Kiai Maman menegaskan bahwa jasa kiai NU atau pesantren sangat besar terhadap bangsa Indonesia, terutama NKRI dan Pancasila.

Ia mengutip pernyataan Douwes Dekker yang sangat populer. “Kalau tidak ada kiai dan pondok pesantren, maka patriotisme bangsa Indonesia sudah hancur berantakan,” kata Maman mengutip pernyataan Douwes Dekker, tokoh pendidikan nasional keturunan Belanda.

Sementara Gus Bara banyak memnceritakan tentang sejarah berdasarkan disertasinya saat menempuh S3 di Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung. Cucu yang kini Wakil Bupati Mojokerto itu mengungkapkan bahwa kakeknya saat berjalan kaki dari Majalengka menuju Surabaya memakan waktu 14 hari.

, tutur Gus Bara, mengonsumsi kunir sambil membaca Surat Yasin dan ayat Kursi selama perjalanan.

Ketua GP Ansor Kabupaten Mojokerto itu juga bercerita bahwa saat Kiai Abdul Wahab mendapat restu dari Hadratussyaikh Kiai Hasyim Asy’ari mendirikan NU, Mbah Wahab – panggilan Kiai Abdul Wahab – juga tak ingin memimpin sendiri. Kiai Wahab Hasbullah justru minta Hadratussyaikh yang mimpin NU.

“Guru saya yang harus pegang (NU),” kata Mbah Wahab seperti ditirukan Gus Bara. Yang dimaksud guru oleh Mbah Wahab adalah Hadratussyaikh Kiai Hasyim Asy’ari.

Kenapa Mbah Wahab memasrahkan NU harus dipegang atau dipimpin Hadratussyaikh Kiai Hasyim Asy’ari?

“Karena Kiai Hasyim Asy’ari punya santri yang tersebar di seluruh pulau Jawa dan Madura,” kata Gus Bara yang putra Prof Saifuddin Chalim.

Menurut Gus Bara, dalam interaksi antara Hadratussyaikh dan Kiai Wahab itulah, Kiai Chalim berperan sebagai komunikator. Bahkan saat mengonsep surat undangan untuk para kiai dalam Komite Hijaz, yang mengingatkan Kiai Wahab soal tujuan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Prof Dr Saifuddin Chalim yang juga tampil sebagai pembicara dalam seminar itu membenarkan apa yang disampaikan Gus Bara. Menurut dia, Kiai Abdul Wahab Hasbullah langsung merespon apa yang disampaikan oleh itu.

“Justru itu (kemerdekaan) salah satu tujuan utama kita,” jawab Kiai Abdul Wahab Hasbullah seperti ditirukan Saifuddin Chalim.

Prof Agus Mulyana mengaku takjub terhadap para tokoh yang mendukung sebagai pahlawan nasiona.. Apalagi inisiatif dukunga itu diajukan oleh Bupati Majalengka. "Saya baru kali tahu ada pengajuan pahlawan nasional diinisiasi oleh bupati," kata guru besar sejarah Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung itu.

Menurut dia, sangat layak diajukan sebagai pahlawan. Karena banyak sekali jejak sejarah perjuangnnya. Diantaranya, mendorong perjuangan Laskar Hizbullah dalam mempertahankan kemerdekaan.

"Juga mengorganisir ulama dari Jawa Barat ke Jawa Timur untuk Resolusi Jihad," katanya. 

Resolusi Jihad adalah fatwa Hadratussyaikh Kiai Hasyim Asy'ari yang, antara lain, mewajibkan umat Islam secara syariat untuk berperang melawan penjajah. Konsekuensinya, meski senjata tentara Inggris lebih lengkap dan canggih tapi kewalahan menghadapi para kiai, santri dan arek-arek Suroboyo, yang telah terbakar fatwa Resolusi Jihad. Bahkan jenderal kebanggaan tentara Inggris, Jenderal Mallaby,  tewas ditembak santri Tebuireng. Sehingga meletus peristiwa 10 Nopember Surabaya.

Sementara Prof Dr Abdul Halim lebih banyak membahas soal teknis administratif pengusulan sebagai pahlawan nasional. Guru Besar Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya itu langsung minta kesiapan para tokoh dan pembicara yang hadir untuk berbagi tugas agar proses untuk memperjuangkan sebagai pahlawan nasional segera terwujud.

Alhasil, semua pembicara dan peserta yang hadir dalam seminar nasional itu mengakui bahwa peran dan jasa sangat besar, baik dalam sejarah berdirinya NU maupun dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. (M Mas’ud Adnan).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Sedekah dan Zakat Rp 8 M, Kiai Asep Tak Punya Uang, Jika Tak Gemar Bersedekah':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO