Sebut Kiai Asep Virus, Cara China Didik Anak, Kiai Imam Jazuli: Kelola Pesantren Tak Butuh Profesor

Sebut Kiai Asep Virus, Cara China Didik Anak, Kiai Imam Jazuli: Kelola Pesantren Tak Butuh Profesor KH Imam Jazuli, Lc, MA, dan istrinya, Nyai Hj Malika Lulu, saat menerima Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim dan istrinya, Nyai Hj Alif Fadhilah, di Pesantren BIMA, Cirebon Jawa Barat, Sabtu (13/5/2023). Foto: M Mas'ud Adnan/bangsaonline

CIREBON, BANGSAONLINE.com – KH Imam Jazuli, Lc, MA, pendiri dan pengasuh Pondok (PP) Bina Insan Mulia (BIMA) Jawa Barat, menyebut Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, seperti virus.

seperti virus, berkembang ke mana-mana, seperti lagu Slank,” tegas KH Imam Jazuli saat menyampaikan sambutan dalam acara Dialog Pendidikan di PP Bina Insan Mulia (BIMA) Jawa Barat, Sabtu (13/5/2023).

Artinya, , “Menjadi inspirasi dan motivasi pesantren NU,” tambah Kiai Imam Jazuli.

hadir di BIMA untuk menjadi penceramah dalam acara Dialog Pendidikan yang digelar BIMA. Ketua umum Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) itu hadir bersama istri tercintanya, Nyai Hj Alif Fadhilah.

juga didampingi Dr Fadly Usman, Wakil Rektor Institut KH Abdul Chalim dan M Mas’ud Adnan, CEO HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE yang juga penulis buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan serta Syafruddin Jaya, kepala Amanatul Ummah 02 Leuwimunding, Majalengka, Jawa Barat.

Kiai Imam Jazuli kemudian menggambarkan tentang sosok . Menurut dia, adalah pendiri dan pengasuh pondok pesantren yang sukses. Yaitu Pondok Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto Jawa Timur.

“Saya berani mendeklar bahwa Amanatul Ummah adalah salah satu pondok pesantren NU terhebat dan terbaik,” tegas kiai muda lulusan Unviersitas Al Azhar Mesir itu.

Menurut dia, kehebatan pondok pesantren dinilai dari segi output-nya. Alumni Amanatul Ummah, tegas dia, tersebar di seluruh perguruan tinggi dunia. Mulai dari Timur Tengah hingga Eropa, Asia dan Amerika.

“BIMA baru sekitar 10 negara,” kata Kiai Imam Jazuli membandingkan dengan pesantren yang diasuhnya. “Kalau Amanatul Ummah memiliki tanah 100 hektar, BIMA baru 60 hektar,” tambahnya sembari mengatakan bahwa kini BIMA memiliki 4.000 santri.

Para santri Amanatul Ummah juga merajai perguruan tinggi favorit di dalam negeri. Banyak santri lulusan Amanatul Ummah yang diterima di ITB, UI, Unair, UIN, IPB, UB, UGM, Undip, Unpad dan perguruan tinggi negeri lainnya. Bahkan santri Amanatul Ummah banyak yang diterima di Fakultas Kedokteran.

KH Imam Jazuli, LC, MA, saat baca HARIAN BANGSA. Foto: m mas'ud adnan/bangsaonline

Kiai Imam Jazuli mengakui terus terang bahwa pesantren yang diasuhnya, BIMA, belum mampu mengejar prestasi Amanatul Ummah, terutama untuk menembus perguruan tinggi favorit negeri. Karena itu ia akan mengirim kembali para guru seniornya untuk studi banding ke Amanatul Ummah.

Ini sekaligus merespon pidato yang membuka peluang bagi semua pesantren untuk studi banding ke Amanatul Ummah. mempersilakan semua pesantren, termasuk BIMA, untuk mempelajari cara atau strategi mempersiapkan santri masuk dan diterima di perguruan tinggi negeri.

Sebelumnya, Kiai Imam Jazuli mengaku telah mengirim tim guru BIMA ke Amanatul Ummah untuk studi banding. Bahkan putrinya juga dipondokkan di Amanatul Ummah.

Hasilnya, BIMA bisa maju dan berkembang. Kini memiliki sekitar 4.000 santri. Bahkan banyak para santrinya kemudian banyak diterima di perguruan tinggi Timur Tengah. Antara lain di Mesir, Tunisia dan seterusnya.

Kini ia mengaku akan fokus untuk mempersiapkan santri BIMA agar bisa lolos di perguruan tinggi favorit dalam negeri. Lagi-lagi ia akan menduplikasi sistem pendidikan dan pengajaran Amanatul Ummah. Terutama tryout dan mempelajari soal-soal atau ujian di perguruan tinggi negeri, seperti yang dilakukan Amanatul Ummah. Ia ingin para santrinya bisa mengikuti jejak santri Amanatul Ummah yang banyak diterima di perguruan tinggi negeri.

Saat acara Dialog Pendidikan itu berlangsung, panitia mengedarkan koran HARIAN BANGSA yang dibawa tim untuk para peserta Dialog Pendidikan. Di halaman 1 HARIAN BANGSA yang memuat daftar ratusan santri Amanatul Ummah yang diterima di berbagai perguruan tinggi negeri.

“Ya ini yang saya maksud tadi (saat sambutan),” kata Kiai Imam Jazuli menunjuk berita di HARIAN BANGSA berjudul Para Santri Amanatul Ummah Merajai Perguruan Tinggi Negeri Favorit, kepada Mas'ud Adnan.

Menurut dia, mengelola pondok pesantren berbeda dengan mengelola pendidikan lainnya.

“(Mengelola pesantren) tak butuh doktor,” kata Kiai Imam Jazuli.

Ia bercerita tentang sejumlah prefesor yang mendirikan boarding school. Sejak awal Kiai Imam sudah ragu terhadap lembaga pendidikan yang dikelola itu. Kenapa? Karena para itu banyak mengandalkan teori. Akibatnya, para itu konflik sendiri-sendiri karena masing-masing punya teori sendiri.

Ternyata dugaan Kiai Imam Jazuli benar. Boarding school yang dikelola para tak jalan. Bahkan muridnya tinggal 12 orang.

itu learning by doing,” tegas Kiai Imam Jazuli. Tak butuh teori, tapi pengalaman.

“Buktinya alumni Gontor tak pernah kuliah, tapi bisa mengelola pesantren,” tambahnya.

Kiai muda yang selalu pakai kaos oblong berwarna putih itu juga memberi contoh pengusaha etnis China dalam mendidik anak-anaknya. Menurut dia, orang China tak terlalu menuntut anak-anaknya sekolah tinggi. Apalagi sampai bergelar .

“Karena bisnis tak bisa dihasilkan dari bangku kuliah,” katanya. Bisnis, tegas dia, justru dilahirkan dari praktik atau pengalaman.

“Anak orang China, pulang sekolah SMP disuruh jaga toko,” kata Kiai Imam Jazuli sembari memberi contoh anak-anak pengusaha China pemilik perusahaan rokoh Sampoerna yang kini jadi dirut.

Menurut dia, sekolah atau kuliah hanya untuk memperkuat dan melengkapi. Sebaliknya, orang Indonesia justru berpikir sebaliknya. Yaitu kuliah untuk belajar bisnis. Hasilnya nihil.

Klik Berita Selanjutnya

Lihat juga video 'Sedekah dan Zakat Rp 8 M, Kiai Asep Tak Punya Uang, Jika Tak Gemar Bersedekah':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO