GRESIK, BANGSAONLINE.com - Wakil Ketua DPRD Gresik, Ahmad Nurhamim merespon keluhan para pedagang yang berjualan di sentra pedagang kaki lima (PKL) Masjid Agung Maulana Malik Ibrahim Gresik, di Desa Kembangan, Kecamatan Kebomas.
Para PKL di sana mengeluh, sebab para pedagang satu persatu mulai tutup pasca adanya kebijakan dari instansi Pemkab Gresik yang dinilai tak berpihak kepada wong cilik (masyarakat) kecil.
Baca Juga: Banggar DPRD Gresik Pastikan Target PAD 2024 Senilai Rp1,597 Triliun Tak Tercapai
Persoalan ini bahkan viral menjadi perbincangan hangat dalam media sosial (medsos).
"Nah ini namanya pola pikir substantif (hajat hidup lebih penting) dari sekedar aturan yang tidak solutif," ungkap Ahmad Nurhanim merespon keluhan para pedagang di sentra PKL MAG yang tengah ramai jadi perbincangan masyarakat, Jumat (2/5)2023).
Viralnya persoalan PKL di MAG terancam mati di lumbung padi awalnya diunggah Nur Faqih dalam media sosial Facebook (FB).
Baca Juga: Di Ponpes Tanbihul Ghofilin, Plt Bupati Gresik Sosialisasikan Cegah Kekerasan Perempuan dan Anak
Ia mengungkapkan bahwa, awal mula pendirian sentra PKL MAG.
"Lahan luas. Lokasi strategis. Konsumen melimpah. Itu sederet alasan pengurus Masjid Agung Malik Ibrahim Gresik (MAG) mendirikan wisata kuliner," ungkap Nur Faqih dalam unggahannya di FB.
Menurut ia, di sentra PKL MAG, ada 15 tenda kuliner sumbangan dari Baznas, YDSF, Nurul Hayat, Petrokimia Gresik, BSI dan lainnya berdiri di area timur masjid.
Baca Juga: Pendukung Kotak Kosong di Gresik Soroti Rendahnya PAD 2024
"Masyarakat sekitar tempat ibadah milik pemerintahan ini mulai menikmati rezeki dari para peziarah (Waliyullah Gresik) yang mampir transit di masjid (MAG)," tuturnya.
Selanjutnya, kata Fakih, Takmir MAG memperbaiki fasilitas kamar mandi, toilet dan tempat wudu. Dan dengan air PDAM yang melimpah para tamu memilih Masjid Agung Gresik untuk salat, bersih diri, istirahat, bermalam, bahkan mengisi perut.
Setiap hari, kata ia, tidak kurang dari 5 bus dari luar Jawa Timur yang transit (mampir). Antara lain, dari Sumatra dan Jabar.
Baca Juga: Satpol PP Gresik Gagalkan Pengiriman Miras asal Bali ke Pulau Bawean
"Masih jarang serta dari kota-kota di Jatim singgah di MAG," jelas mantan wartawan senior ini.
Dikatakan ia, angkutan lin putih yang lama mangkrak tidak beroperasi menjadi hidup ikut menikmati tetesan ekonomi dari wisata kuliner ini di sentra PKL MAG. Para pemilik lin bisa mengantar peziarah dari masjid ke makam Malik Ibrahim.
"Ini sebuah usaha membangkitkan ekonomi kerakyatan yang mulai hidup. Sekarang nasibnya tragis, setelah Dinas Perhubungan (Dishub) Pemkab Gresik melarang sopir lin mengangkut penumpang dari MAG ke Makam Malik Ibrahim. Alasannya, karena tidak sesuai trayek," ungkapnya.
Baca Juga: PDIP Larang Kadernya di Legislatif Ikut Kunker Jelang Pilkada, Noto: Sudah Lapor ke Sekwan Gresik
"Sejak itulah kawasan sentra kuliner PKL MAG mati kembali. Warung-warung, tenda tutup tidak ada pembeli seperti dulu," imbuhnya.
Ia lantas menyebutkan, dalam pertemuan yang berlangsung Kamis (1/6/2023) malam, Ketua Paguyuban sentra PKL MAG Bandi mengatakan, dan mengajak agar kawasan sentra PKL MAG kembali dihidupkan.
"Ayo kita hidupkan lagi kawasan wisata kuliner ini mumpung pengurus MAG baru dan dekat dengan pak bupati," kata Fakih menirukan perkataan Bandi.
Baca Juga: Di Pasar Baru Gresik, Khofifah Panen Dukungan dan Gelar Cek Kesehatan Gratis
Peraturan memang wajib ditegakkan tetapi jalan keluar untuk menghidupkan trayek lin yang puluhan tahun mangkrak itu perlu dicarikan solusinya.
"Jangankan peraturan bupati, UUD 45 saja bisa diamandemen karena memang perlu. Yang penting semua pihak bisa diajak berkomunikasi dengan baik," ucap Makkali, sopir lin putih.
Pemilik stan kuliner di sentra PKL MAG pun hendaknya lebih kreatif dan berinovasi menyediakan menunya. Siapa pun yang datang tidak hanya disuguhi kopi dan nasi pecel tetapi ada hidangan yang lebih variatif. Misalnya, ada ikan bakar, sate, makanan laut, atau sajian favorit lainnya.
Baca Juga: Ketua DPRD Gresik Lantik Wahidatul Husnah sebagai Anggota PAW Periode 2024-2029
Mengapa di tempat lain, wisata kulinernya maju meski dengan fasilitas terbatas?
"Pengusaha wisata tidak mau mati di lumbung padi. Ayo kita bangkitkan bersama wisata kuliner ini. Persoalan harus dihadapi karena kita tidak akan bisa sampai ke puncak tanpa mendaki," kata Bandi menyemangati para PKL saat pertemuan. (hud/git)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News