PWNU Banten Ungkap Kecurangan Munas NU: Setiap Mau Ngomong Dipotong

PWNU Banten Ungkap Kecurangan Munas NU: Setiap Mau Ngomong Dipotong Ketua PWNU Banten KH Makmur Masyhar (kiri) dan Rais Syuriah PWNU Banten KH TB Abdul Hakim. Foto: bangsaonline.com

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Makin banyak ulama dan kiai yang mengeluhkan kondisi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Mereka menganggap PBNU bukan saja tidak memakai akhlaqul karimah (ahklak mulya) tapi juga sudah tak sesuai dengan tujuan para muassis (pendiri) terutama Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari. Apalagi setelah PBNU menggelar Musyawarah Nasional (Munas) tanpa Konferensi Besar (Konbes) yang disebut-sebut memaksakan sistem Ahlul Halli Wal Aqdi (AHWA) pada Ahad 14 Juni 2015 lalu. Mereka yang selalu beretorika menguatkan peran kiai ternyata memperlakukan kiai dari Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) tak senonoh. Para kiai itu tak diberi kesempatan bicara dalam Munas. 

”Masak NU seperti itu. NU tak boleh seperti itu,” kata Ketua Pengurus Wilayah Nadlatul Ulama (PWNU) Banten KH Makmur Masyhar kepada BANGSAONLINE.com, Kamis (18/06/2015).

Ia menceritakan situasi dalam Munas yang dianggap sudah keluar dari akhlak dan budaya NU. ”Orang-orang Wilayah (PWNU) gak bisa bicara. Setiap mau bicara di-cut (dipotong),” ungkap Makmur.

Ia juga mengaku mendapat keluhan serupa dari para kiai yang hadir dalam Munas itu. Menurut dia, para kiai sesama PWNU yang hadir dalam Munas itu memberi tahu lewat telepon bahwa elit PBNU sekarang sudah sangat tak sesuai dengan akhlak NU. ”NU seharunya tak boleh seperti itu,” katanya.

Ia juga cerita soal setting tempat duduk dalam Munas yang menurut dia sudah diatur sesuai kepentingan PBNU. “Jadi setiap tempat duduk orang wilayah (PWNU-red) sudah dikelilingi oleh orang-orang mereka,” katanya.

”Setiap mau bicara di-cut. Ini kan cara premanisme. Ini premanisme,” tegas Makmur menekankan premanisme berulang-ulang.

Menurut dia, cara-cara premanisme yang dipraktikkan elit PBNU dalam Munas itu jelas melecehkan para kiai. “Ini jelas merendahkan ulama,” katanya.

”NU seharusnya tak boleh begitu. Masak para pendiri NU menciptakan mental seperti itu. Kan gak mungkin,” katanya.

Selain itu, ia juga mempersoalkan peserta Munas yang dianggap tak sesuai AD/ART. ”Rais Syuriah PCNU di Banten memberi tahu saya kalau dia disuruh hadir ke Munas. Saya tanya siapa yang menyuruh datang. Dia jawab Ansor,” katanya.

Lihat juga video 'Mobil Dihadang Petugas, Caketum PBNU Kiai As'ad Ali dan Kiai Asep Jalan Kaki ke Pembukaan Muktamar':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO