SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Keterkaitan antara Roleplayer dan Roleplayer World ini menjadi salah satu contoh pengaruh dari adanya efek filter bubble effect dan echo chamber. Para Roleplayer akan memilih menjelma menjadi sosok lain untuk masuk ke dalam komunitas dengan kecenderungan kesamaan hal yang disukai di media sosial demi mendapatkan hormon endorfin atau kebahagiaan.
Dikutip dari jurnal EMIK, jurnal ilmu-ilmu sosial bahwa dalam dunia Roleplay, mereka juga membuat suatu peraturan untuk sangat menjaga ketat kerahasiaan identitas dunia asli seperti tempat tinggal, nama, tempat sekolah, dan sebagainya. Kondisi Roleplayer World harus steril dari hal-hal yang berhubungan dengan real world. Menurut mereka akan memberikan perasaan tidak nyaman bagi yang lain. Karena di Roleplayer World informasi identitas asli tidak akan dibutuhkan.
Baca Juga: Aksi Pengeroyokan di Kediri yang Viral di Medsos Berakhir Damai
Kelompok di Roleplayer World
Menjadi Roleplayer dan berinteraksi di Roleplayer World diwajibkan untuk mengikuti aturan bersama. Seperti di real world mereka mengklasifikasikan diri ke dalam beberapa kelompok.
Pertama, agensi. Merupakan kelompok yang paling kompleks, karena memiliki konsep, sistem, agenda, dan struktur jabatan yang terorganisir. Struktur jabatan terdiri dari owner dan caretaker (staff bertugas mengurusi urusan teknis). Keputusan owner sendiri meliputi peraturan, agenda, proses rekrutmen dan pemberhentian anggota termasuk caretaker.
Baca Juga: Bagaimana Cara Menonton TikTok Tanpa Mengunduh Aplikasi?
Aturan pada kelompok ini juga cukup beragam. Misalnya, menuntut para anggotanya aktif berpartisipasi pada setiap agenda, setiap anggota wajib berinteraksi dan menjaga nama baik, tidak terlibat kerusuhan, batasan usia identitas Roleplayer bukan asli, termasuk jam diperbolehkannya mengunggah konten pornografi dan lain-lain. Walaupun begitu setiap agensi memiliki peraturan dan tujuannya masing-masing.
Agenda-agenda yang disusun oleh owner dapat berskala kecil hingga besar. Mulai dari kuis, game, sesi obrolan hingga agenda besar seperti festival online dan peringatan hari jadi agensi. Kelompok agensi memiliki agenda lebih padat daripada yang lain. Oleh karena itu para Roleplayer yang bergabung biasanya cenderung memiliki waktu luang lebih.
Kedua, squad. Kelompok ini lebih santai dari agensi. Aktivitas yang dilakukan hanya sebatas untuk berinteraksi antar sesama anggota. Tidak ada pula agenda rutin yang mewajibkan anggotanya untuk ikut.
Baca Juga: 25 Ucapan Kreatif HUT Kemerdekaan RI ke-79 2024, Pasti Keren Buat WA, TikTok dan Instagram
Ketiga, rekan kerja. Ini lebih menarik lagi. Di kelompok ini para Roleplayer membuat karakternya sebagai pekerja. Namun bukan profesi asli. Roleplayer yang ingin mengembangkan identitasnya lebih khusus sebagai seorang pekerja, maka mereka dapat masuk ke kelompok ini. Karena mereka yang tergabung akan lebih mudah membuat storyline yang berhubungan dengan profesi kerja.
Misalnya terdapat kelompok Roleplayer rekan kerja bernama "Mama Hospital". Maka setidaknya dalam anggota ini terdapat Roleplayer sebagai dokter, perawat, staf keuangan, staf administrasi, HRD dan lain sebagainya. Ibarat sebuah perusahaan lengkap. Para roleplayer yang tergabung akan memperkuat identitas dengan menambah storyline bahwa keseharian dirinya sedang bekerja di Mama Hospital dengan rekan kerja lainnya (mrc).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News