JOMBANG, BANGSAONLINE.com - Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim mengaku memulai perjuangannya dari nol. Termasuk saat awal membangun pesantren di Pacet Mojokerto. Ia bahkan membeli tanah dengan cara menyicil.
“Saya hanya punya uang Rp 20 juta,” kata Kiai Asep saat menjadi pembicara dalam Seminar Entrepreneurship dan bedah buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan karya M Mas’ud Adnan, CEO HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE, yang digelar BEM Unhasy di Aula Gedung A Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasy)Tebuireng Jombang, Ahad (30/7/2023).
Baca Juga: Imam Suyono Terpilih Jadi Ketua KONI Kabupaten Mojokerto Periode 2024-2029
Tanah itu seluas 1 hektar. Pemilik tanahnya menawarkan harga Rp 300 juta.
“Saya tak nawar karena saya tak punya uang. Masak gak punya uang nawar,” kata Kiai Asep sembari mengatakan bahwa pemilik tanah itu awalnya menawarkan Rp 500 juta. Tapi untuk Kiai Asep ia tawarkan Rp 300 juta.
Untuk pembayaran berikutnya, Kiai Asep memberikan mobil kepada pemilik tanah itu.
Baca Juga: Doakan Kelancaran Tugas Khofifah-Emil, Kiai Asep Undang Kiai-Kiai dari Berbagai Daerah Jatim
“Saya punya mobil kijang kapsul. Saya beli Rp 155 juta. Tapi saya hargai Rp 135 juta. Namun BPKB-nya ada di bank. Nanti 2 tahun lagi baru bisa diambil karena mobil itu kredit,” katanya.
Ternyata pemilik tanah itu mau. Pembayaran berikutnya?
“Saya janji satu tahun lagi,” kata Kiai Asep.
Baca Juga: Kiai Asep Beri Reward Peserta Tryout di Amanatul Ummah, Ada Uang hingga Koran Harian Bangsa
Di atas tanah itu, tutur Kiai Asep, hanya ada bangunan kecil. Santrinya 48 orang.
Agar santri tak kedinginan, terutama malam hari, dinding bangunan itu ditambal kertas.
“Sekolahnya di bawah terop. Tapi di papan nama saya tulis Sekolah Bertaraf Internasional. Kalau sekolah lain pakai nama Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional, saya langsung tulis Sekolah Bertaraf Internasional,” kata Kiai Asep sembari tertawa.
Baca Juga: Kedudukan Pers Sangat Tinggi dalam Undang-Undang, Wartawan Harus jaga Marwah Pers
Kiai Asep kemudian mengumpulkan para wali santri. Lurah setempat juga datang. Saat itulah Kiai Asep berpidato penuh semangat bahwa sekolah yang ia rintis itu untuk sementara akan menjadi sekolah terbaik di Indonesia.
“Selanjutnya sekolah ini akan menjadi kiblat dunia tentang Islam dan peradaban dunia,” tegas Kiai Asep lantang dan berapi-api.
Yang hadir, terutama Pak Lurah, bukan kagum. Tapi malah sinis. “Ojok kemelipen po’o, wong faktane koyok ngene (kayak kandang ayam),” komentar Pak Lurah pada Kiai Asep. Artinya, jangan terlalu tinggi, faktanya sekolahnya kayak gini.
Baca Juga: Klaim Didukung 37 Cabor, Imam Sunyono Optimis Terpilih Ketua KONI Kabupaten Mojokerto
“Saya sendiri sebenarnya juga malu. Tapi saat itu terucap begitu saja,” kata Kiai Asep.
Tapi Kiai Asep kemudian mendapat referensi dalam Kitab Ta’lim Muta’allim. “Dalam kitab itu disebutkan Innallaha yuhibbu ma’aliyal umur wayakrahu safsafaha. Bahwa Allah sangat senang terhadap urusan-urusan yang tinggi, termasuk tinggi cita-citanya, dan Allah tak senang pada urusan yang rendah, termasuk rendah cita-citanya,” kata Kiai Asep.
Sejak itu, tegas Kiai Asep, ia mengaku sangat percaya diri. “Karena baru punya cita-cita saja Allah sudah menyenangi kita,” kata Kiai Asep sembari mengatakan bahwa sebelum mendapatkan tanah itu dirinya berdoa selama 5 tahun agar Allah memberikan tanah yang sesuai dengan harapannya.
Baca Juga: Gegara Mitos Politik dan Lawan Petahana, Gus Barra-dr Rizal Sempat Diramal Kalah
Kini tanah yang semula hanya satu hektar terus berkembang. “Sekarang saya memiliki tanah 100 hektar,” kata Kiai Asep. “Dan saya tak pernah berhenti membangun gedung-gedung baru. Saya tak tahu berapa jumlahnya saking banyaknya,” tambahnya.
Santrinya juga terus bertambah. Kini total 16.000 santri, termasuk santri Amanatul Ummah yang di Surabaya. Di Surabaya sebanyak 2.000 santri.
Kiai Asep juga mendirikan Institut Pesantren KH Abdul Chalim (IKHAC) yang terdiri dari program S1, S2 dan S3. Mahasiswa sebagaian dari luar negeri.
Baca Juga: Raih 53,4 Persen di Pilbup Mojokerto 2024, Pasangan Mubarok Kalahkan Petahana
Kiai Asep juga akan membangun Unviersitas Islam Internasional dan Rumah Sakit. "Yanahnya sudah siap, dipinggir jalan," kata Kiai Asep.
Hebatnya lagi, lulusan Pesantren Amanatul Ummah banyak diterima di perguruan tinggi negeri favorit. “Seperti dimuat korannya Pak Mas’ud (HARIAN BANGSA, Red) lulusan Amanatul Ummah merajai perguruan tinggi negeri favorit seperti di ITB, UI, UGM, IPB, Unair, ITS, Undip, UIN, Unpad dan lainnya. Belum lagi perguruan tinggi di luar negeri seperti Mesir, Maroko, Tunisia, China, Rusia, Amerika, Jerman dan negara lainnya,” kata Kiai Asep.
M Mas’ud Adnan yang berbicara terakhir membenarkan apa yang disampaikan Kiai Asep. “Saya pernah diajak Kiai Asep ke Mesir. Santri Amanatul ummah yang kuliah di Universitas Al-Azhar saja sebanyak 400 orang lebih. Saya juga diajak ke Maroko. Di Maroko juga banyak santri Amnatul Ummah,” kata Mas’ud Adnan, CEO HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE itu.
Baca Juga: Warga Jatim Berjubel Hadiri Kampanye Terakhir Khofifah-Emil, Kiai Asep: Menang 70%
Menurut Mas’ud Adnan, success story yang diraih Kiai Asep sesuai dengan hasil survei Thomas J Stanley, PhD, ahli teori bisnis yang dikenal sebagai penulis atau pengarang kondang di Amerika Serikat.
“Stanley pernah mewawancai 1001 orang sukses di Amerika Serikat. Nah, 733 dari orang sukses itu adalah para milioner atau orang kaya raya Amerika. Stanley ingin tahu apa faktor yang menyebabkan mereka sukses, ” kata Mas’ud Adnan.
Ternyata ada 100 faktor yang menyebabkan orang sukses. “Tapi akan saya sebut empat faktor saja. Tenyata faktor utama hingga keempat justru faktor yang sesuai dengan nilai-nilai agama atau pesantren,” kata Mas’ud Adnan yang alumnus Pesantren Tebuireng dan Pascasarjana Unair.
“Faktor pertama yang membuat orang sukses, menurut hasil survei Stanley, karena jujur atau integritas. Kedua, karena disiplin keras. Ketiga, faktor pasangan. Keempat bekerja keras,” kata Mas’ud Adnan.
Jadi, kata Mas’ud Adnan, faktor-faktor sukses ini sesuai dengan karakter Kiai Asep dan tokoh-tokoh pesantren.
“Siapa yang meragukan kejujuran Kiai Asep. Siapa yang meragukan integritas Gus Sholah. Siapa yang meragukan kejujuran Gus Kikin,” kata Mas’ud Adnan.
Lalu bagaimana dengan faktor IQ dan latar belakang pendidikan. “Faktor IQ dalam penelitian Stanley itu menjadi faktor ke-21. Sedang lembaga pendidikan menjadi faktor ke-23. Jadi, meski kuliah di Universits Harvad (AS), UI, UGM atau perguruan tinggi terkenal lainnya tetap kembali ke diri kita masing-masing. Yaitu kejujuran, disiplin keras, faktor pasangan dan bekerja keras,” kata Mas’ud Adnan yang banyak menulis buku tentang Gus Dur dan NU.
Seperti diberitakan BANGSAONLINE, BEM Unhasy menggelar Seminar Entrepreneurship dan bedah buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan, karya M Mas'ud Adnan, CEO HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE di Aula Gedung A Unhasy Tebuireng, Jombang, Ahad (30/7/2023).
Selain Kiai Asep hadir sebagai narasumber KH Abdul Hakim Mahfudz (Gus Kikin), pengasuh Pesantren Tebuireng dan M Mas’ud Adnan, CEO HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.
Seminar dan bedah buku itu dibuka Rektor Unhasy Prof Dr Haris Supratno dan dimoderatori Dr H Abdullah Aminuddin Aziz, M.Pd, Wakil Rektor Unhasy.
Dalam acara yang digelar BEM Unhasy dan diikuti sekitar 350 mahasiswa itu hadir Nyai Hj Farida Salahuddin Wahid, istri almaghfurlah Gus Sholah, dan Nyai Hj Lelly Lailiyah, istri Gus Kikin dan para wakil rektor, dekan serta dosen Unhasy.(habis)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News