PWNU NTT Minta Kiai Miftahul Akhyar Tak Sebarkan Informasi Keliru

PWNU NTT Minta Kiai Miftahul Akhyar Tak Sebarkan Informasi Keliru KH Miftahul Akhyar

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Rais Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Nusa Tenggara Timur (NTT) KH Drs Abdul Kadir Makarim mengklarifikasi soal pernyataan KH Miftahul Ahyar, Rais Syuriah PWNU Jawa Timur. Ia minta agar Kiai Miftahul Ahyar tidak menyebarkan informasi yang tak benar terkait perjuangan PWNU NTT. 

”Jadi sebaiknya Kiai Miftah tidak usah lagi mengulangi atau menyebarkan informasi yang keliru seperti itu,” kata Kiai Abdul Kadir Makarim dalam keterangan tertulisnya yang dikirim kepada BANGSAONLINE.com

Baca Juga: Mitos Khittah NU dan Logika Kekuasaan

Seperti diberitakan sebuah media di Jawa Timur, Kiai Miftahul Ahyar menyatakan bahwa PWNU NTT semula memang menolak Ahlul Halli Wal Aqdi (AHWA) untuk pemilihan Rais Am dalam Muktamar NU ke-33 di alun-alun Jombang pada 1–5 Agustus 2015 nanti. Tapi setelah mendapat penjelasan akhirnya PWNU NTT menerima AHWA (20/6/2015). 

”Tidak benar PWNU NTT menerima AHWA, karena pada Konbes yang lalu justru PWNU NTT-lah yang pada awalnya menolak AHWA karena mengebiri hak PCNU-PCNU dan PWNU-PWNU seluruh Indonesia,” kata Kiai Abdul Kadir Makarim.

(Baca juga: Pra-Muktamar di Lombok, PWNU NTT: AHWA Sudah Pernah Ditolak di Munas-Konbes!)

Baca Juga: Kembangkan Kewirausahaan di Lingkungan NU, Kementerian BUMN Teken MoU dengan PBNU

Meski demikian Kiai Abdul Kadir Makarim tak mau menuduh Kiai Miftah berbohong. ”Saya kira kata-kata bohong itu tidak boleh diucapkan kepada Kiai Miftah. Dulu Kiai Miftah itu teman seperjuangan saya melawan kedzaliman pada waktu jadi Tim Formatur pasca Muktamar NU Makassar,” katanya mengingatkan waktu masih bersama-sama berjuang menghadapi penyusunan kepengurusan PBNU hasil Muktamar NU di Makassar.

Bahkan saat itu PWNU Jawa Timur terutama Kiai Miftah sebagai Rais Syuriah menganggap kepengurusan PBNU tak sah. Ia menduga bahwa Kiai Miftah mendapat informasi dari orang yang salah dan tidak paham tentang perjuangan PWNU dan PCNU-PCNU kabupaten/kota se-NTT yang hingga kini memperjuangkan penolakan AHWA. 

Kiai Miftah bukan kali ini saja mengklaim PWNU dan PCNU menerima AHWA. Pasca pertemuan Ploso Kediri dan Sidogiri Pasuruan Kiai Miftah selalu menyatakan semua PCNU di Jawa Timur menerima AHWA.

Baca Juga: Konflik Baru Cak Imin, Istri Said Aqil Mundur dari PKB, Akibat Khianat saat Muktamar NU?

Dalam wawancara dengan BANGSAONLINE,com, Kiai Miftah menyatakan bahwa PCNU yang diberitakan media massa menolak AHWA sudah didatangi dan akhirnya menerima AHWA setelah diberi penjelasan. 

Tapi dalam Musyawarah Kerja Wilayah (Muskerwil) PWNU Jawa Timur pada 12 Juni 2015 ternyata 40 PCNU dari 44 PCNU se-Jawa Timur secara tegas menolak AHWA.

(Baca juga: 40 PCNU dari 44 PCNU se-Jawa Timur Menolak AHWA dalam Musker PWNU Jatim)

Baca Juga: Emil Dardak Dukung Muktamar NU ke-35 di Surabaya

Kiai Abdul Kadir Makarim juga mengomentari pernyataan Kiai Miftah yang menyebut budaya sami’na wa’atho’na mulai terkikis dari NU.

”Bukan sami’na waatho’na yang terkikis dari NU tapi karena ada segelintir tokoh-tokoh di NU sudah jadi penguasa-penguasa yang memaksakan kehendak dan tidak demokratis lagi. NU sudah dibawa ke ranah politik yang mengakibatkan NU kehilangan marwahnya,” katanya.

Menurut dia, kini NU perlu tokoh panutan yang bisa mengembalikan NU ke rel yang sebenarnya. ”Tanpa ambisi pribadi dan tanpa membawa kepentingan-kepentingan sesaat dengan menjadi NU sebagai kuda tunggangan,” katanya. (tim)

Baca Juga: Satu Abad Nahdlatul Ulama, Eri Cahyadi Ingin Surabaya jadi Tuan Rumah Muktamar NU ke-35

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Mobil Dihadang Petugas, Caketum PBNU Kiai As'ad Ali dan Kiai Asep Jalan Kaki ke Pembukaan Muktamar':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO