SURABAYA, BANGASONLINE.com - Para pengurus Nahdlatul Ulama (NU) yang kini memaksakan sistem pemilihan Ahlul Halli Wal Aqdi (AHWA) untuk pemilihan Rais Am adalah orang-orang yang sudah menjadikan NU sebagai sumber kehidupan, bukan mengabdi untuk jamiyah NU secara baik
Penegasan itu disampaikan KH Abdul Wahab Polpoke, Rais Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Maluku. ”Mereka sudah jauh dari nilai Ahlussunnah Waljamaah (Aswaja) yang dibangun Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari dan sabahat-sahabatnya,” kata Kiai Abdul Wahab Poppoke dalam keterangan tertulisnya yang diterima BANGSAONLINE.com.
Baca Juga: Mitos Khittah NU dan Logika Kekuasaan
Sekedar informasi, Kiai Abdul Wahab Polpoke selama ini dikenal secara nasional dalam kasus kerusuhan di Ambon. Ia tokoh Maluku yang sangat berani dalam kasus konflik berdarah antara umat Islam dan Kristen itu. Ia menghebohkan ketika mengungkap fakta-fakta keterlibatan gerakan separatis Republik Maluku Selatan (RMS) dalam kerusuhan Ambon. Bahkan ia sempat berpolemik keras dengan Pangdam XVI/Pattimura, Brigjen TNI Max Markus Tamaela karena ia menilai petinggi TNI itu tak serius mengungkap kasus berdarah itu. Ia bersama tokoh Maluku kemudian mengadu ke Komnas HAM di Jakarta.
Kiai Abdul Wahab Polpoke juga mengomentari Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama yang digelar PBNU pada Sabtu (14-15/6/2015) silam. Ia menyebut Munas itu sebagai langkah mundur karena memaksakan AHWA.
Ia juga mempersoalkan kepengurusan PBNU hasil Muktamar NU ke-32 di Makassar yang kini dipimpin pejabat Rais Am KHA Mustofa Bisri (Gus Mus) dan Ketua Umum KH Said Aqil Siroj. Menurut dia, para pengurus PBNU yang sekarang itu tidak memiliki akar kuat dari para Muktamirin. ”Ini peristiwa buruk, jangan terulang lagi,” katanya.
Baca Juga: Kembangkan Kewirausahaan di Lingkungan NU, Kementerian BUMN Teken MoU dengan PBNU
Mengomentari Muktamar NU ke-33 yang akan digelar pada 1 – 5 Agustus 2015, Kiai Abdul Wahab Polpoke yang juga menjabat Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Maluku itu menghimbau agar semua pengurus NU di semua tingkatan (PWNU dan PCNU hingga ranting) di seluruh Indonesia punya komitmen kuat untuk membangun NU ke depan yang lebih baik.
Selain itu ia minta agar semua pengurus NU menjaga diri masing-masing untuk tidak melakukan money politics dan politik transaksional dalam Muktamar NU yang bakal dipusatkan di alun-alun Jombang itu. “Ini sangat menjatuhkan martabat NU sebagai pengawal Aswaja,” tegas Kiai Abdul Wahab Polpoke yang juga dikenal sebagai imam masjid (Arab) an-Nur di Ambon.
Ia juga mengomentari ideologi dan paham luar Aswaja yang dalam kepengurusan PBNU produk Muktamar NU ke-33 di Makassar ini secara leluasa masuk dan berkembang. Ia menengarai banyak titipan paham dan ideologi di luar Aswaja yangb erkuasa dalam kepengurusan PBNU pimpinan Kiai Said Aqil Siroj ini.
Baca Juga: Konflik Baru Cak Imin, Istri Said Aqil Mundur dari PKB, Akibat Khianat saat Muktamar NU?
”Pengurus NU ke depan perlu diseleksi secara ketat asal muasalnya. Jangan sampai ada titipan-titipan dari ideologi kepengurusan di luar Aswaja ke dalam NU,” katanya.
Menurut dia, pemimpin NU ke depan yang baik adalah pemimpin ulama yang memiliki wawasan umara dan mampu menyatukan semua kepentingan umat. Selain itu mampu bekerjasama secara luas, baik dalam negeri maupun di luar negeri serta punya akses di dunia internasional.
Lalu siapa yang masuk kriteria itu? “Yang pas untuk itu adalah Kiai Hasyim Muzadi dan Kiai Salahuddin Jombang (Kiai Salahuddin Wahid,red),” katanya. (tim).
Baca Juga: Emil Dardak Dukung Muktamar NU ke-35 di Surabaya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News