Konflik Politik Nol, Konflik Pesilat 515 Kali

Konflik Politik Nol, Konflik Pesilat 515 Kali Dahlan Iskan

Sampai kemarin sudah lebih 450 prasasti yang dihancurkan. Masih banyak lagi. "Ada yang mengancam pengerahan masa sampai 15 juta orang. Kami tidak tanggapi," tambah Farid.

Tentu tidak semua prasasti didirikan di fasilitas umum. Ada juga yang di tanah pribadi. Untuk yang seperti ini dilakukan perundingan. Diminta dirobohkan atau diganti dengan prasasti Desa Merah Putih. "Sudah banyak yang mengganti menjadi pertanda desa Merah Putih," bisik Gubernur Khofifah kepada saya yang duduk di sampingnyi.

Sejak ada gerakan penghapusan prasasti itu jumlah konflik menurun drastis. "Mereka sudah takut berkonflik di sini. Eh....mereka memindahkan tempat berkelahi ke Taiwan," ujar Kapolda setengah bercanda.

Anda sudah tahu: dua pekan lalu 30 orang asal Indonesia berkelahi di dekat stasiun Taiwan. Mereka dari dua kelompok perguruan silat asal Indonesia. Satu orang meninggal dunia. Satu lagi luka-luka tapi tidak berat. Polisi Taiwan menahan 15 orang. Mereka ditetapkan sebagai tersangka.

Yang meninggal itu asal Trenggalek. Dimakamkan di Trenggalek hari Minggu lalu. Ribuan anggota mengiringi jenazah ke makam di Trenggalek. Tidak ada konflik hari itu. Entah di dalam hati mereka.

Konflik terbesar terjadi jauh sebelum Covid-19. Kota Madiun sangat mencekam. Pun di peringatan satu abad : juga terjadi konflik berat.

Anggota perguruan ini memang sangat besar. Ada yang menyebut sampai 1,5 juta orang. Bahkan ada yang mengklaim 15 juta orang. Cabangnya hampir di 400 tempat, sampai di banyak negara.

Awalnya perguruan silat ini hanya bersifat persaudaraan. Yakni persaudaraan Setia Hati. Antar anggota selalu merasa bersaudara.

Saat itu mereka menyebut dengan nama Sedulur Tunggal Ketjer. Artinya, saudara satu gemblengan. Guru mereka satu. Yang menggembleng (melatih dengan keras) mereka tunggal. Yakni yang mengajarkan silat itu: Ki Ngabehi Surodiwiryo. Ia memulai perguruannya di Tambak Gringsing Surabaya. Tahun 1903. Surodiwirjo pindah ke Winongo, Madiun, perguruannya pun ikut pindah.

Salah satu muridnya berinisiatif mendirikan pusat pendidikan silat yang lebih terbuka. Lebih massal. Dari sinilah kemudian berkembang pesat. Lalu muncul nama .

Sebagian murid tidak setuju cara itu. Silat adalah ilmu yang harus diajarkan hanya kepada sesama saudara seperguruan. Mereka berprinsip ilmu silat tidak boleh dipertontonkan. Tidak boleh pula dipamer-pamerkan. "Logo Setia Hati hanya boleh ada di dalam hati masing-masing".

Untuk bisa menjadi 'saudara sehati' pun harus sangat selektif. Tidak semua yang belajar silat di situ bisa diterima. Setiap angkatan yang boleh diterima hanya dua orang. Yang terhebat.

Kelompok ini menamakan diri .

berkembang sangat cepat.

tetap eksis.

Konflik keduanya menjadi legenda. Madiun tidak hanya dikenal sebagai kota Pecel tapi juga kota Silat. Belakangan gelarnya bertambah: kota konflik perguruan bela diri.

Tahun politik, di Jatim, menjadi tahun Siaga Silat. (Dahlan Iskan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Akhirnya, Putra Kiai Jombang Tersangka Pencabulan Santriwati Serahkan Diri ke Polda Jatim':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO