JAKARTA, BANGSAONLINE.com – Satu persatu partai politik “bertekuk lutut” di bawah pengaruh Presiden Joko Widodo. Tak terkecuali Partai Demokrat, parpol yang didirikan Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Yang mengejutkan, Partai Demokrat yang dulu garang bargaining posisi cawapres ketika bergabung dengan Koalisi Perubahan yang mencapreskan Anies Baswedan, tiba-tiba diam nyaris tak terdengar suaranya setelah bergabung dengan koalisi Indonesia Maju yang mencapreskan Prabowo.
Baca Juga: Survei ARCI: Khofifah-Emil Dominan di Mataraman
Lebih mengejutkan lagi, tiba-tiba muncul berita bahwa Ketua DPD Partai Demokrat Jawa Timur Emil Elestianto Dardak ditunjuk sebagai juru bicara oleh Gibran Rakabuming Raka. Putra Jokowi yang menjadi calon wakil presiden-nya Prabowo itu bahkan tak hanya menunjuk Emil Dardak tapi juga istrinya Arumi Bachsin.
“Saya meminta beliau untuk menjadi jubir saya, ini satu paket Pak Emil dan Bu Emil," kata Gibran, seperti diberitakan Antara, Rabu (15/11/2023).
Loh, kenapa Gibran harus pakai juru bicara? "Untuk ke depan, saya ingin lebih banyak blusukan, bertemu warga di kampung-kampung, di pasar tradisional," kata Gibran.
Baca Juga: Siap Jadikan Jawa Timur Sebagai Gerbang Baru Nusantara, Khofifah-Emil Ajak Sukseskan Pilkada 2024
Gibran pun minta wartawan yang akan melakukan wawancara dan penjelasan tentang visi dan misi, bisa langsung menghubungi juru bicara Emil Elestianto Dardak dan Arumi Bachsin.
"Nanti kalau teman-teman ingin interviu atau ingin penjelasan tentang visi dan misi nanti saya serahkan kepada Pak Jubir dan Bu Jubir," kata Gibran.
Dari narasi Gibran itu tampak sekali bahwa Emil Dardak - yang kini Wakil Gubernur Jawa Timur - berada dalam posisi “bawahan” Gibran.
Baca Juga: Ratusan Laskar Khofifah-Emil Siap Berjuang di Pilgub Jatim 2024
Sampai tulisan ini dibuat belum ada komentar dari Emil Dardak dan istrinya. Hanya saja publik menyayangkan jika Emil Dardak “hanya” difungsikan sebagai juru bicara Gibran.
Kenapa? Karena dari segi senioritas, kapasitas, pengalaman, intelektualitas dan bahkan pendidikan, Emil Dardak jauh lebih tinggi ketimbangg Gibran. Apalagi Emil seorang doktor. Ia lulusan Ritsumeikan Asia Pacific University Japan in Economy.
“Ya tergantung Mas Emil. Jangan-jangan Mas Emil malah bangga. Tapi kami sebagai warga Jawa Timur sangat tersinggung. Beliau kan Wakil Gubenur Jatim. Masak hanya dijadikan juru bicara Gibran,” kata aktivis NU di Surabaya.
Baca Juga: Khofifah-Emil Siap Bangun Infrastruktur dan Interkoneksi Jatim Sebagai Gerbang Baru Nusantara
Para elit Demokrat juga belum ada komentar, termasuk ketua umum DPP Partai Demokrat AHY. Atau memang tak perlu dikomentari.
Yang pasti, sejak Partai Demokrat bergabung dengan kubu Prabowo-Gibran, partai berlambang mercy yang dulu sangat perkasa itu terkesan loyo dan jadi “anak manis”. Beda sekali dibanding ketika Demokrat bergabung dengan Koalisi Perubahan. Saat itu Partai Demokrat bisa menempatkan posisi setara dengan partai Nesdem dan PKS. Bahkan Demokrat sangat aktif melakukan manuver politik sehingga tiap hari muncul dalam pemberitaan media massa.
Tentu fenomena politik ini menimbulkan pertanyaan publik. Bukankah sang jenderal, SBY, masih gagah berada di belakang Demokrat. Tapi kenapa pamor Partai Demokrat redup dalam Koalisi Indonesia Maju?
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Life Begins at Fourty
Benarkah akibat pengaruh Jokowi, terutama sikap politik cawe-cawenya, sehingga membuat semua para petinggi parpol yang tergabung Koalisi Indonesia Maju – termasuk Demokrat - “kesirep” alias mengantuk seketika? Bukankah para petinggi parpol itu terdiri dari orang-orang hebat.
Ya, terutama SBY yang dikenal sebagai jenderal intelektual atau perwira intelektual?
Tapi bisa jadi pepatah lawas benar: bahwa setiap masa ada orangnya, setiap orang ada masanya. Wallahua’lam bisshawab.
Baca Juga: Laporkan Fufufafa dan Esemka ke Layanan "Lapor Mas Wapres", Pakar Forensik Ini Kecewa, Kenapa
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News