JAKARTA, BANGSAONLINE.com – Islah Bahrawi, Direktur Jaringan Moderat Indonesia (DMI), menganggap lucu para pendukung calon presiden Prabowo Subianto yang tidak konsisten.
“Lucu sekali melihat jejak digital mereka yang dulu menjellekkan Prabowo, tapi hari ini memuji setinggi langit,” tulis Islah Bahrawi di akun instagram miliknya, Islah Bahrawi Official.
Baca Juga: Kecewa Nepotis, Islah Bahrawi Tuding Jokowi Berperilaku seperti Khalifah
Menurut dia, harga diri mereka tersungkur di hadapan ‘cuan’. “Menurut Nietzsche, mereka kaum ‘Tschandala: kasta paling rendah yang telah dijinakkan oleh peternak kekuasaan,” tulisnya lagi.
Islah Bahrawi sendiri semula pendukung Jokowi. Namun – seperti halnya beberapa tokoh nasional lain – ia mengaku telah salah, karena Jokowi ternyata bermain sandiwara politik murahan untuk mendapat kekuasaan bagi keluarganya.
Islah Bahrawi mengaku muak pada Jokowi, terutama setelah presiden asal Solo itu memajukan anak sulungnya, Gibran Rakabuming Raka sbagai calon wakil presiden bersama Capres Prabowo.
Baca Juga: Islah Bahrawi: Az-Zaytun Bertaqiyah, Pura-Pura Pancasilais, Dilindungi Jenderal-Politisi Orba
“Kita tidak bisa berbuat apa-apa, karena yang kita lawan adalah para "Panitia". Hanya masa depan yg akan mencatat; telah terjadi pembuntungan demokrasi dari seorang presiden yg memaksakan anaknya jadi penguasa berikutnya.” kata Islah Bahrawi dalam cuitannya.
Islah Bahrawi mengingatkan sejarah tentang Muawiyah yang terpaksa bunuh cucu kesayangan Nabi gegara kekuasaan. Menurut dia, sejarah kekuasaan pernah mencatat bahwa seorang ahli ibadah seperti Muawiyah pun terpaksa membunuh cucu kesayangan Nabi demi kekuasaan.
“Syahdan, demi menjadikan Yazid bin Muawiyah sebagai khalifah berikutnya, Muawiyah berubah menjadi pemimpin yang brutal,” kata Islah Bahrawi.
Baca Juga: Dukungan Terhadap Capres Prabowo Terus Mengalir, Gerindra Kota Probolinggo Gelar Lomba Mancing
Menurut dia, moral tak tergantung sistem politiknya, namun tentang bagaimana seseorang memegang kekuasaan. Ia menilai sosok Presiden Jokowi membuat hambar orang yang menyuarakan reformasi dan demokrasi Pancasila.
“Soal moral memang tidak tergantung oleh sistem politiknya, tapi ditentukan "segila" apakah seseorang untuk terus mencengkeram kekuasaan. Nafsu kekuasaan seorang Jokowi ternyata membuat hambar kami semua yang selama ini menyuarakan tegaknya reformasi dan demokrasi Pancasila,” tulis Islah Bahrawi.
Ia berpendapat, kita percuma melawan Khilafah jika Presiden Jokowi justru mempraktikkan sistem politik Khilfah.
“Percuma selama ini kita melawan gerakan "Daulah Khilafah" jika Jokowi yang menjadi produk demokrasi ternyata berkelakuan sama seperti Khalifah. Kami telah dikhianati tanpa malu-malu.” Tegas Islah Bahrawi.
Ia pun menyebut percuma berkeliling daerah membangun kesadaran soal demokrasi.
“Maka mulai detik ini kami akan berhenti berkeliling ke setiap pelosok untuk membangun kesadaran masyarakat tentang demokrasi. Kami telah dipermalukan oleh simbol demokrasi sendiri,” tegas Islah Bahrawi yang bekerja sebagai Tenaga Ahli Radikalisme, Ektremisme da Terorisme Mabes Polri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News