Debat Hadratussyaikh dengan Kiai Uzlah, Merasa Paling Baik, Tapi Terima Uang Bupati, Uang Rakyat

Debat Hadratussyaikh dengan Kiai Uzlah, Merasa Paling Baik, Tapi Terima Uang  Bupati, Uang Rakyat Foto: bangsaonline

SURABAYA, BANGSAONLINE.com – Hadratussyaikh KH Muhammad Hasyim Asy’ari, pendiri Pesantren Tebuireng dan Nahdlatul Ulama (NU) mendatangi seorang kiai yang sedang “uzlah” (mengasingkan diri) karena tak mau berbaur dengan orang lain. Bahkan salat berjemaah pun ia tak mau.

“Karena orang lain dianggap jelek semua, orang lain dianggap celeng (babi hutan) dan anjing,” kata Prof Dr dalam Podcasr BANGSAONLINE yang dipandu M Mas’ud Adnan, CEO HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.

Baca Juga: Profil HARIAN BANGSA, Koran Lokal Jawa Timur, Kiai Jadi Pelanggan Setia Sejak Terbit Perdana

Jadi kiai itu merasa dirinya paling baik. “Memang dia seorang kiai jadab. Bahkan oleh masyarakat dianggap sebagai wali,” kata Kiai Imam Ghazali Said yang Guru Besar Universitas Islam Indonesia Sunan Ampel Surabaya (UINSA). 

Hadratussyaikh, tutur Kiai Imam Ghazali Said, mendatangi kediaman kiai yang dikeramatkan sebagai wali tersebut. Tapi itu tak mau menemui. Hadratussyaikh hanya ditemui istrinya.

“Hadratussyaikh menyampaikan, saya Hasyim Asy’ari dari Tebuireng mau ketemu kiai,” kata Kiai Imam Ghazali Said.

Baca Juga: Mahfud MD Respons Podcast BANGSAONLINE, Kakek Habib Luthfi Bukan Pendiri NU

Tapi kiai yang menganggap dirinya paling baik itu tak mau keluar. Menurut Kiai Imam Ghazali Said, istri kiai jadab itu menyampaikan kepada Hadratussyaikh bahwa kiai (suaminya) tak mau ditemui. Hadratussyaikh pun akhirnya pulang.

“Tapi Hadratussyaikh berpesan bahwa akan kembali lagi,” kata Kiai Imam Ghazali Said yang juga pengasuh Pesantren Mahasiswa An-Nur Wonocolo Surabaya.

Selang beberapa hari Hadratussyaikh datang lagi. Tapi kiai yang menganggap orang lain jelek semua seperti anjing itu tak mau keluar dari rumahnya.

Baca Juga: Kiai NU Bela Habaib, Air Susu Dibalas Air Tuba

Hadratussyaikh pun pamit pulang. Tapi Hadratussyaikh berjanji akan datang lagi.

Tak lama berselang Hadratussyaikh datang lagi. Untuk ketiga kalinya. Tapi kiai jadab itu tetap tak mau keluar. Lagi-lagi, Hadratussyaikh hanya ditemui istrinya.

Akhirnya Hadratussyaikh mengancam. “Kalau tetap tak mau keluar saya akan dobrak pintunya dan kiai akan saya seret keluar,” kata Hadratussyaikh.

Baca Juga: Habib Pasuruan yang Rendahkan Putra Pendiri NU Dianggap Merasa Tersaingi Kiai NU dan Tak Berakhlak

Ternyata kiai yang merasa dirinya paling baik itu takut juga. Ia keluar menemui Hadratussyaikh.

Hadratusyyaikh secara santun menanyakan kepada kiai kenapa selalu berada dalam rumah dan tak mau berbaur dengan masyarakat. Bahkan salat jemaah saja tidak mau.

Si kiai jadab itu menjawab,” Bagaimana saya bisa berkumpul dengan mereka. Wong mereka seperti anjing,” kata kiai yang oleh masyarakatt dianggap wali itu.

Baca Juga: Habib Pasuruan yang Rendahkan Putra Pendiri NU Dianggap Merasa Tersaingi Kiai NU dan Tak Berakhlak

Hadratussyikh membantah. “Masyarakat itu orang baik semua. Sampean yang sepertti anjing,” kata Hadaretussyaikh.

Terjadilah debat seru. “Karena sesama walinya. Sama-sama mengeluarkan dalil Hadits dan Al-Quran,” kata Kiai Imam Ghazali Said.

Debat itu tak menemui titik temu. Akhirnya Hadratussyaikh mengatakan. “Ya, sudah kita lihat saja nanti. Kalau sampean tetap berprilaku seperti ini, tak mau menemui orang karena semua orang dianggap anjing, berarti sampean yang benar,” kata Hadrattussyaikh.

Baca Juga: Skema Murur, Mabit di Muzdalifah Wajib atau Sunnah Haji? Ini Kata Prof Kiai Imam Ghazali Said

Tapi jika nanti terjadi sebaliknya, kata Hadratussyaih, berarti, “Saya yang benar dan sampean salah,” kata Hadratussyaikh.

Ternyata setelah berselang beberapa hari ada seorang kanjeng datang. Ia menemui kiai yang tak mau keluar rumah itu. 

“Kanjeng itu bupati. Yaitu bupati Jombang. Ya, bupatinya Belanda. Kan saat itu jaman penjajahan Beladan,” tutur Prof Kiai Imam Ghazali Said.

Baca Juga: Minta Kebijakan Murur Dievaluasi, Prof Kiai Imam Ghazali: Hajinya Digantung, Tak Sempurna, Jika...

Ternyata kiai yang dianggap wali itu keluar menemu si kanjeng. Bahkan bukan hanya menemui tapi juga menerima uang dari si bupati itu.

Tak lama kemudian, Hadratussyaikh pun mendatangi kiai itu lagi.

“Hadratussyaikh kan terus memonitor,” kata Kiai Imam Ghazali Said.

Baca Juga: Istri Tak Penuhi Kebutuhan Biologis, Saya Onani, Berdosakah Saya?

Saat berhadapan dengan kiai itu, Hadratussyaikh bertanya,”Sekarang siapa yang benar, saya atau sampean.”

Kiai yang selama ini merasa dirinya paling baik itu menangis. 

“Berarti sampean kan yang anjing itu. Berarti masyarakat itu orang-orang baik,” kata Hadratussyaikh.

Si kiai itu minta maaf. “Sampean menerima uang dari bupati itu. Uang itu urang rakyat,” kata Hadratussyaikh.

Debat Hadratussyaikh dan kiai itu memang sangat seru. Tapi kisah itu apa ada sumbernya? Adakah kitabnya? Kitab apa?

Nah, jawabannya ada di Channel YouTube berjudul Pemecatan H Subchan ZE dari PBNU dan Kisah Hadratussyaikh Debat dengan Kiai Jadab. Vdeo podcast itu bisa Anda temukan di bagian akhir tulisan ini.

Di edisi ini Anda juga bisa menyaksikan bahwa pemecatan H Subchan ZE, tokoh NU yang sangat fenomenal itu, dari Wakil Ketua PBNU berjalan dengan penuh keadaban dan happy ending karena tidak didasarkan pada kepentingan politik dan like and dislike. Tapi berpedoman pada fiqh atau syariat Islam. Luar biasa.

Simak terus yang dipandu M Mas'ud Adnan, CEO HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE. selalu mencerahkan dan memperluas wawasan bangsa. (m. mas'ud adnan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Para Politisi Dikubur Hidup-Hidup':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO