GRESIK,BANGSAONLINE.com - Calon legislatif (caleg) peserta pemilu 2024, baik untuk DPRD Gresik, DPRD Jatim, maupun DPR RI, menggelontorkan uang yang tak sedikit untuk membeli suara pemilih.
Uang itu rata-rata sudah diserahkan ke calon pemilih, baik lewat kordinator masing-masing desa, kelurahan, RT, RW, atau tim lain yang dibentuk pada masa kempanye.
Baca Juga: Bantu Padamkan Kebakaran Smelter, Presdir Freeport Indonesia Apresiasi Damkar Gresik dan Surabaya
"Sudah dibelanjakan. Sudah diserahkan ke calon pemilih sejak masa kampanye terakhir," ucap salah satu caleg yang maju lewat Kabupaten Gresik kepada BANGSAONLINE.com, Senin (12/2/2024).
Menurut ia, target dan kuota belanja suara tiap-tiap caleg tidak sama. Misalnya caleg DPRD Gresik, ada yang mengalokasikan belanja 10-25 ribu suara.
"Untuk caleg DPRD Gresik rata-rata belanja per suara Rp50 ribu hingga Rp100 ribu, bahkan ada yang nekat belanja Rp150 ribu per suara. Ya tinggal dikalikan saja habisnya berapa," tuturnya.
Baca Juga: Tambah PADes dengan Bangun Kolam Renang, Pemdes Golokan Diapresiasi Kecamatan Sidayu Gresik
Sementara untuk caleg DPRD Jatim, rata-rata belanja suara antara 100 ribu hingga 250 ribu untuk dua kabupaten, Gresik dan Lamongan (dapil 13). Rata-rata per suara dibeli seharga Rp20 ribu, Rp30 ribu, bahkan ada yang Rp50 ribu.
Adapun untuk caleg DPR RI, biasanya belanja suara di atas 200 ribu untuk dua kabupaten, Gresik dan Lamongan (dapil 10). Untuk harga per suara mulai dari Rp20 ribu, Rp25 ribu, Rp30 ribu, hingga Rp50 ribu.
"Ya tinggal dikalikan saja untuk biaya belanja suara. Jika belanja sebanyak 400 ribu suara, masing-masing Rp50 ribu per suara, maka uang yang dikeluarkan mencapai Rp20 miliar. Itu baru biaya untuk belanja suara, belum biaya untuk tim, konsolidasi, dan pembuatan serta pemasngan APK," bebernya.
Baca Juga: Jadi Sorotan Publik, Kabel Seluler Menjuntai di Perempatan Giri Gresik Usai Diterabas Tronton
Menurut sumber tersebut, rata-rata caleg menggunakan pola belanja suara maksimal. Sebab, rata-rata hasil belanja tak sesuai dengan jumlah suara yang dibeli.
"Misal, caleg beli suara 20 ribu, maka saat coblosan suara yang didapatkan rata-rata tidak sampai 20 ribu. Hasil coblosan dapat 50 persennya atau 10 ribu suara itu sudah bagus. Saya sudah pengalaman seperti itu saat maju caleg," ungkapnya.
Karena itu, kata sumber tersebut, caleg harus pandai-pandai berhitung suara yang didapat agar bisa mendapatkan kursi.
Baca Juga: Wakil Ketua DPRD Gresik Minta Pemkab Mitigasi Banjir Kota
"Minimal suara terakhir, suara kursi terakhir di masing-masing dapil," pungkasnya.
Sementara itu, Mahmoed, Caleg DPRD Gresik dari Nasdem yang maju dari dapil Gresik 9 (Manyar dan Bungah), menyatakan persaingan pileg kali ini sangat ketat. Khususnya di dapil 9 yang rata-rata incumbent.
Ia menyebut di dapil 9 jumlah kursi DPRD Gresik yang direbutkan pada pemilu 2024 sebanyak 7 kursi. Dari jumlah itu, incumbent yang maju lewat dapil 9 ada 8 orang.
Baca Juga: Kawasan GKB Banjir Usai Diguyur Hujan Lebat, Kepala DCKPKP Gresik Janji Kerahkan Satgas
"Mereka akan menggunakan segala kemampuan dan perangkat yang dimiliki untuk bisa kembali terpilih. Kerena itu, saya bilang pertarungannya sangat ketat," terang anggota Fraksi Nasdem ini.
Mahmoed sendiri optimis dirinya kembali bisa melenggang duduk di DPRD Gresik pada pemilu 2024.
"Insya Allah, saya optimis bisa terpilih kembali menjadi anggota DPRD Gresik periode 2024-2029," pungkasnya. (hud/van)
Baca Juga: Jelang Coblosan, Warga Surabaya ini Dapat Kiriman Minyak Goreng Beserta Foto Paslon Pilgub Jatim
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News