7 Tahun Cuci Darah, Peserta JKN di Mojokerto Bagikan Pengalamannya

7 Tahun Cuci Darah, Peserta JKN di Mojokerto Bagikan Pengalamannya Iswati (45) saat mendapat perawatan di RS Gatoel, Kota Mojokerto.

KOTA MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com - Ditemui di ruang pelayanan Hemodialisa RS Gatoel, Iswati (45) membagikan pengalamannya yang telah menjalani perawatan cuci darah selama 7 tahun terakhir dengan menggunakan program JKN. Petugas keamanan PT Inti Dragon ini merasakan banyak sekali manfaat yang telah diterima dengan terdaftar sebagai peserta JKN.

Iswati menyampaikan, tidak terbayangkan olehnya harus menderita gagal ginjal sehingga harus menjalani cuci darah seminggu 2 kali. Ia mengaku tidak benar-benar mengetahui berapa biaya untuk sekali tindakan cuci darah, tetapi yang pasti dia tahu biayanya tidak murah apalagi harus dilakukan rutin.

Baca Juga: Mahasiswa dari Madiun Bagikan Pengalaman Bergabung dengan JKN: Lebih Tenang Hadapi Biaya Kesehatan

"Saya cuci darah seminggu 2 kali setiap hari Senin dan Kamis selama 7 tahun ini di RS Gatoel. Tidak terbayangkan kalau tidak jadi peserta JKN, tentu tidak cukup penghasilan saya untuk membayar biayanya. Jujur saya tidak pernah tanya berapa biayanya, tapi dengar-dengar mahal ya. Alhamdulillah dengan adanya program JKN ini semua biaya ditanggung gratis," ujarnya.

Rasa syukur turut dipanjatkan karena dengan program JKN ia dapat tertolong hingga 7 tahun ini. Karena dengan adanya pembiayaan penuh dari program JKN, Iswati dapat menjalani perawatan rutin untuk mengobati penyakitnya.

"Program JKN adalah penolong nyawa saya selama 7 tahun ini. Mungkin kami harus sampai jual tanah jual rumah karena tidak punya biaya untuk cuci darah. Dan pasti merepotkan keluarga, kemudian hanya bisa beberapa kali cuci darah karena kehabisan biaya," paparnya.

Baca Juga: Polres Mojokerto Kota Bongkar TPPU Narkoba Miliaran Rupiah

Ibu dari 2 orang anak ini melanjutkan ceritanya saat awal mula dulu mengetahui penyakit yang diderita. Ia mengaku kerap pusing dan akhirnya kontrol ke dokter penyakit dalam, kemudian terdeteksi mengalami hipertensi dan kemudian diketahui mengalami gagal ginjal. 

"Tensi saya sampai 200 kemudian kembali diperiksa lebih lanjut dan didiagnosa. Ginjal saya kering sehingga harus menjalani cuci darah rutin ini. Sejak itu saya terus menjalani perawatan di RS Gatoel karena paling dekat dengan rumah saya," akunya.

Selama menjalani perawatan dengan program JKN, ia tidak pernah mendapatkan hal buruk baik dari pelayanan administrasi maupun saat pelayanan di rumah sakit. Iswati tidak pernah mengalami diskriminasi apalagi ditarik biaya.

Baca Juga: Meskipun Terlindungi Program JKN, Mahasiswi dari Malang ini Tak Lengah Menjaga Kesehatan

"Perawat dan dokter di sini semua ramah, tidak ada yang dibedakan pasien dengan JKN atau tidak. Selama ini saya juga tidak pernah ditarik biaya tambahan sama sekali. Saya akan selalu menginformasikan kepada orang yang saya kenal jangan ragu mendaftar jadi peserta JKN," ungkapnya.

Ia pun berterima kasihnya dan berharap program JKN terus dipertahankan dan pelayanan baik terus ditingkatkan karena banyak sekali orang yang membutuhkan. Menurut dia, tidak ada orang yang terhindar dari risiko kesehatan dan perlu kesadaran semua masyarakat untuk menjadi peserta JKN tidak menunggu waktu sakit saja.

"Tentu program JKN sangat membantu orang-orang tidak mampu seperti saya. Tapi menurut saya tidak hanya yang tidak mampu yang butuh program JKN, biaya kesehatan yang semakin mahal tentu juga akan memberatkan jika dibayar secara pribadi," tuturnya.

Baca Juga: Polri Uji Coba Syarat Kepesertaan Aktif JKN bagi Pemohon SIM di Malang Raya

"Apalagi program JKN ini membutuhkan gotong royong sehingga semua masyarakat harus terlibat dan saling mendukung untuk memeprtahankan program mulia ini," pungkasnya. (ris/mar)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Pandemi, Ketua TP PKK Kabupaten Mojokerto Ajak Anggotanya Peduli Sesama':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO