PAMEKASAN, BANGSAONLINE.com - Sejumlah warga di Pamekasan menggelar tradisi Ngusar atau membersihkan makam leluhur secara bersama-sama.
Tradisi ini, gelar jelang ramadhan dan sudah berlangsung turun-temurun oleh warga Desa Mapper, Kecamatan Proppo, Pamekasan, Kamis (7/3/2024).
Baca Juga: Gelar Wisuda ke-V, Ketua STISA Pamekasan Apresiasi Perjuangan Wisudawan
Ngusar sendiri, berlangsung di kompleks pemakaman leluhur mereka Buju’ Ajjih.
Sejumlah orang berbondong-bondong dengan membawa peralatan pertanian dan membersihkan komplek pemakaman.
Warga setempat, Nur Holis mengatakan, tradisi ini digelar jelang Ramadhan dengan tujuan memberikan kenyamanan kepada masyarakat yang hendak berziarah ke makam leluhur mereka.
Baca Juga: Sepanjang 2024, Damkar Pamekasan Tangani 174 Kebakaran dan 13 Animal Rescue
“Kalau makamnya sudah bersih, maka ziarahnya akan nyaman dan ibadahnya lebih tenang,” kata Nur Holis, sembari membersihkan makam.
Pria ini mengatakan, tradisi Ngusar ini, juga menjadi tradisi mengingatkan manusia yang masih hidup pada kematian.
Dengan demikian, lanjutnya, orang-orang yang masih hidup akan lebih mengingat Sang Penciptanya.
Baca Juga: Pimpin Upacara Hari Bela Negara ke-76, Pj Bupati Pamekasan: Momentum Perkuat Kesatuan Bangsa
“Tradisi Ngusar juga bisa menjadi media peringatan kepada yang hidup bahwa akan mati. Maka sebelum mati, rajin-rajinlah beribadah khususnya di bulan Ramadhan di mana semua ibadah pahalanya dilipatgandakan,” tuturnya.
Masyarakat desa setempat masih antusias mengikuti Ngusar, meskipun dalam keadaan hujan. Selain itu, Ngusar digelar pada hari Senin atau hari Kamis.
Baca Juga: Si Jago Merah Hanguskan 10 Kios di RSUD Smart Pamekasan, Pasien Sempat Panik
“Ngusar ini kalau tidak dilaksanakan hari Senin, bisa juga hari Kamis. Waktunya setelah shalat Dhuhur selepas warga melaksanakan aktivitas di sawahnya masing-masing,” ujar pemuda lulusan salah satu perguruan tinggi negeri di Malang ini.
Tokoh masyarakat setempat, Suratmo mengatakan, kenapa tradisi Ngusar ini masih lestari. Hal itu, karena keterlibatan anak-anak muda dalam setiap kegiatan tradisi.
“Anak-anak muda selalu kami ajak untuk ikut Ngusar. Tujuannya agar tradisi ini masih tetap lestari dan yang muda tidak lupa dengan leluhurnya,” ungkapnya.
Baca Juga: Lima Orang Sekeluarga Tewas dalam Sumur di Pamekasan
Sementara itu, Budayawan Madura, Muhammad Ghozi Mustaba menjelaskan, tradisi ini sudah ada sejak Agama Islam masuk ke pulau Madura yang dibawa oleh para tokoh penyebar Islam.
Menurut Ghozi, tradisi Ngusar tak hanya ditandai dengan membersihkan makam dari berbagai kotoran, seperti rumput, duri, namun juga memperbaiki nisan yang rusak, melakukan pengecatan ulang nisan yang pudar.
Baca Juga: Pj Gubernur Jatim Didampingi Ketua KPU RI Tinjau Kesiapan Pilkada 2024 di Pamekasan
"Ngusar bukan hanya kegiatan fisik bersih-bersih lahiriah semata, tapi ada kegiatan lain yang lebih batiniah," ujar Muhammad Ghozi.
Batiniah yang dimaksud oleh Ghozi, seperti pembacaan Al Quran, salawat, Istigasah, dan doa-doa kepada para pendahulunya yang sudah meninggal dunia, dengan harapan, ada timbal baik kebaikan atas kegiatan yang masih hidup.
"Orang meninggal itu sudah tidak punya urusan dengan dunia, tapi orang mati yang soleh diyakini bisa mendoakan orang hidup karena kebaikan yang ia perbuat selama hidupnya. Doa mereka bisa dirasakan yang hidup dengan adanya keberkahan hidup," imbuh Ghozi.
Baca Juga: Tegas Ingatkan soal Netralitas ASN, Pj Bupati Pamekasan: Bawaslu Bisa Melacak secara Digital
Selain itu, Ghozi mengungkapkan, manusia juga dapat meneladani kabaikan yang pernah diperbuat oleh leluhurnya selama masih hidup.
Adanya hubungan batin itu, bisa mencegah perbuatan buruk bagi generasi keturunan.
"Generasi leluhur itu bisa meniru kebaikan dan kebijaksanaan sehingga pantang melakukan perbuatan dosa," ungkap Ghozi. (rif)
Baca Juga: Menantu Tega Tusuk Mertua di Pamekasan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News