PROBOLINGGO, BANGSAONLINE.com - Sejumlah Petani Garam Sidoagung, desa Kebonagung, Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo, mengeluh. Pasalnya, kualitas garam yang dipanen warnanya menjadi kecoklatan. Ini disebabkan dampak abu Vulkanik Gunung Raung.
Sudar, koordinator kelompok garam Sidoagung mengatakan, sejak 2 minggu terakhir ini, produksi garam di Desa Kebonagung Kraksaan, mengalami kendala, lantaran abu Gunung Raung. “Kualitasnya jelek dan garam rusak, harganya pun anjlok. Biasanya harga jualnya mencapai Rp 600/kg, sekarang menjadi Rp 400/kg. Karena garam sudah bercampur abu vulkanik dari Gunung Raung,” jelas Sudar, Minggu (2/8).
Baca Juga: Akhirnya, PT Garam Teken MoU dengan Pemkab Bangkalan
Sudar menjelaskan, biasanya garam yang ia kelola setiap kali panen dikirim ke daerah Bali, sebagai bahan kecantikan seperti dibuat mandi sauna dan kolam renang. Namun, kali ini, hanya bisa digunakan sebagai pengasinan ikan, dan dipasarkan ke daerah Puger Jember, dan daerah lokal Probolinggo.
“Setelah dibandingkan dengan garam yang tidak terkena imbas abu vulkanik, warnanya jauh berbeda, warnanya jernih putih. Yang kena abu vulkanik warnanya agak kehitaman dan abunya sangat nampak,” imbuh Sudar.
Sementara lahan garam di Sidoagung, dalam satu kali panen mencapai 6 ton, dalam 1 tambak dengan ukuran lahan meja garam 50x15 m2. Sedangkan dari jumlah keseluruhan lahan tambak garam di Sidoagung mencapai belasan hektare yang dikelola oleh kelompok Sidoagung. (ndi/rvl)
Baca Juga: PKS Jatim Siap Kawal Program untuk Sejahterakan Petani Garam dan Cabai
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News