GRESIK, BANGSAONLINE.com - Masyarakat Pulau Bawean Kabupaten Gresik Jawa Timur geger. Ini terkait dengan sikap Dewan Kebudayaan Gresik yang mengklaim bahwa tradisi adu sapi - yang dikenal dengan istilah Thok-Thok - dianggap sebagai bagian dari tradisi Bawean.
Padahal menurut para tokoh adat Bawean, Thok-Thok itu bukan tradisi atau budaya warga Bawean.
Baca Juga: Satpol PP Gresik Gagalkan Pengiriman Miras asal Bali ke Pulau Bawean
Kini warga Bawean pun bergolak. Bahkan kini banyak spanduk bertebaran di sudut-sudut jalan strategis di Gresik. Diantaranya di dekat Kantor Pemkab Gresik, DPRD Gresik, Bank BNI Gresik.
Spanduk itu dipasang warga Bawean. Isinya menolak Thok-Thok dianggap sebagai bagian dari tradisi atau budaya Bawean.
Mereka bahkan merasa terhina. Di spanduk itu ditulis: Jangan Hina Budaya Etnis Bawean Dengan Kepentingan Politik Sesaat.
Baca Juga: Di Pasar Baru Gresik, Khofifah Panen Dukungan dan Gelar Cek Kesehatan Gratis
Tak tanggung-tanggung. Bukan hanya para tokoh adat Bawean yang tersinggung dan merasa terhina. Para tokoh agama Bawean juga menolak keras. Secara tegas mereka menolak Thok-Thok dianggap sebagai tradisi Bawean.
"Bukan tradisi Bawean," tegas Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Bawean KH Fauzi Rauf kepada BANGSAONLINE, Kamis (16/5/2024) siang ini.
"Semua warga Bawean menolak," kata Kiai Fauzi Rauf lagi.
Baca Juga: Diduga Korsleting Listrik, Toko Budi Snack di Manyar Gresik Terbakar
Menurut dia, memang pada tahun 1990-an Thok-Thok itu mulai ada di kampung-kampung. Tapi yang menggelar Thok-Thok bukan warga Bawean. Melainkan warga pendatang, terutama dari kawasan Tapal Kuda.
"Semula hanya hiburan saat petani rehat, setelah para petani itu menggarap sawah," kata Kiai Fauzi Rauf.
Baca Juga: Jalankan Putusan PN, Kejari Gresik Keluarkan Nur Hasim dari Rutan Banjarsari
Kini, tutur Kiai Fauzi Rauf, Thok-Thok justru dijadikan ikon dan dientertain menjadi tontonan. "Bukan hanya dijadikan ikon dan diintertain, tapi juga dijadikan taruhan uang, judi," tegas tokoh masyarakat Bawean itu.
Masalah perjudian inilah yang membuat warga masyarakat Bawean menolak keras.
Selain itu, tegas Kiai Fauzi Ra'uf, Thok-Thok juga melibatkan anak-anak. "Acaranya kan sore sampai maghrib, bahkan kadang sampai isya’. Ya sudah, habis (tak salat maghrib)," katanya.
Baca Juga: Terobosan Baru, Kanwil Kemenkumham Jatim Hadirkan Immigration Lounge di Gresik
"Pokoknya lebih banyak mudlaratnya ketimbang manfaatnya," tegasnya lagi.
Kiai Fauzi Rauf juga menyesalkan sikap Dewan Kebudayaan Gresik yang mengklaim telah berkomunikasi dengan PCNU Bawean.
"Saya tak pernah diajak komunikasi. Rais Syuriah (PCNU) saya cek juga gak pernah diajak komunikasi," kata Kiai Fauzi Rauf.
Baca Juga: PT Sentral Harapan Jaya di Gresik Terbakar, Kerugian Capai Rp20 Miliar
Informasi yang diterima BANGSAONLINE, para tokoh adat Bawean kini menyampaikan pernyataan sikap yang intinya menolak Thok-Thok diklaim sebagai tradisi atau kebudayaan Bawean.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News