SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Wacana memasukkan cabang olahraga bela diri pencak silat ke dalam kurikulum di sekolah yang didorong oleh Ketua MPR RI Zulkifli Hasan menuai pro dan kontra.
Di Jawa Timur, wakil rakyat yang duduk di komisi E menolak wacana tersebut. Alasannya, wacana itu tidak relevan terlebih di Jawa Timur yang gudangnya pesilat dan perguruan silat. Hal itu diungkapkan anggota Komisi E DPRD Jatim, Mochamad Eksan.
Baca Juga: Reses, Ketua DPRD Jatim Serap Aspirasi Masyarakat di Griya Bakti Prapen Indah
Politisi yang akrab disapa Eksan itu mengungkapkan, sejak dirinya di Sekolah Dasar (SD), pencak silat itu sudah ada dalam kurikulum. Bahkan hampir semua teman-temannya juga menguasai beladiri asli Indonesia tersebut. Pasalnya, di dekat rumahnya bertebaran perguruan silat. Bahkan di Pondok Pesantren, pencak silat wajib diikuti para santri.
"Jadi wacana Ketua MPR itu tidak relevan dan kontekstual. Pencak silat itu sudah jadi keseharian di Jatim. Gak perlu dimasukan jadi kurikulum wajib," tegas Ketua DPD Partai NasDem Jember itu, Kamis (13/8).
Anggota Fraksi Nasdem-Hanura di DPRD Jatim itu justru menyoroti wacana pembubaran SMAN Olahraga (SMANOR) di Jatim. Menurutnya, justru seharusnya SMANOR di Jatim yang baru ada di Sidoarjo ditambah lagi di beberapa daerah lain.
Baca Juga: Ketua DPRD Jatim Pimpin Upacara Hari Pahlawan 2024 di TMP Sepuluh Nopember 1945
Dengan demikian, ada pemerataan kesempatan bagi para bibit atlet yang domisilinya jauh dari Sidoarjo dan tak terpantau para pencari bakat. Anggota Presidium KAHMI Jember ini menilai wacana pembubaran SMANOR itu adalah langkah yang kontraproduktif. (mdr/dur)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News