TEHERAN, BANGSAONLINE.com – Dunia tersentak. Pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh, dikabarkan tewas dalam sebuah serangan di Iran pada Rabu (31/7) pagi waktu setempat. Hamas langsung memberi pernyataan bahwa Ismail Hanieh dibunuh agen Israel di kediamannya di Teheran Iran.
Dilansir CNN, Departemen Hubungan Masyarakat Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) mengatakan serangan itu terjadi pagi hari. Penyebab insiden juga masih diselidiki.
Baca Juga: Bersama Gapura dan Owner Bawang Mas Group, Ribuan Masyarakat di Pamekasan Doakan Palestina
Sebelumnya pada Selasa (30/7), Haniyeh disebut menghadiri pelantikan presiden baru Iran dan bertemu dengan Pemimpin tertinggi Iran.
Ismail Haniyeh merupakan politikus Palestina. Ia pemimpin Hamas yang pernah menjabat sebagai Perdana Menteri Otoritas Palestina (PA) pada tahun 2006-2007 setelah Hamas menang pemilu parlemen.
Haniyeh menjabat sebagai pemimpin pemerintahan de facto di Jalur Gaza pada 2007 sampai 2014. Pada tahun 2017, dia dipilih untuk menggantikan Khaled Meshaal sebagai kepala biro politik Hamas.
Baca Juga: Setahun Tragedi Genosida, API Palestina Jatim Bakal Gelar Aksi di Surabaya dan Malang
Dilansir dari Britannica, Haniyeh menghabiskan masa kecilnya di kamp pengungsi Al Shati di Jalur Gaza, tempat dia dilahirkan.
Seperti anak-anak pengungsi Palestina pada umumnya, Haniyeh dididik di sekolah-sekolah yang dikelola oleh Badan Bantuan PBB untuk Palestina (UNRWA).
Pada tahun 1981, Haniyeh mendaftar di Universitas Islam Gaza, tempat belajar sastra Arab. Dia juga aktif dalam politik mahasiswa, memimpin perkumpulan mahasiswa Islam yang berafiliasi dengan Ikhwanul Muslimin.
Baca Juga: Hari Perdamaian Internasional, Khofifah Ajak Semua Pihak Terus Serukan Perdamaian di Palestina
Ketika kelompok Hamas terbentuk pada 1988, Haniyeh adalah salah satu anggota pendiri termuda. Dia ditangkap oleh Israel pada 1988. Ia dipenjara selama enam bulan karena terlibat dalam intifada pertama.
Dia ditangkap lagi pada 1989. Ia dipenjara hingga dideportasi ke Lebanon selatan pada 1992. Haniyeh kembali ke Gaza pada 1993 setelah Perjanjian Oslo.
Peran kepemimpinan Haniyeh di Hamas dimulai pada 1997, ketika ia menjadi sekretaris pemimpin spiritual kelompok itu, Sheikh Ahmed Yassin.
Baca Juga: Pertemuan 5 Kader NU dengan Presiden Israel, Nawawi: Karena Gus Yahya Mencontohkan Hal yang Sama
Pada 2019, Haniyeh meninggalkan Jalur Gaza. Ia mulai tinggal di Turki dan Qatar, mewakili Hamas di luar negeri.
Selama perang Israel-Hamas, Haniyeh memimpin delegasi Hamas dalam negosiasi yang dimediasi oleh Qatar dan Mesir. April 2024 lalu, tiga anak Haniyeh dan empat cucunya tewas dalam serangan Israel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News