SITUBONDO, BANGSAONLINE.com - Rumah Sakit Abdoer Rahem (RSAR) atau RSUD Situbondo terus berbenah dengan berupaya untuk meningkatkan pelayanan publik. Tahun ini, rumah sakit pelat merah ini menambah peralatan medis berupa EEG atau electroencephalogram dan mesin anestesi.
Pengadaan tersebut bernilai sekitar Rp2 miliar, dan bersumber dari DBHCHT (dana bagi hasil cukai hasil tembakau) tahun anggaran 2024. Kabag TU RSUD Situbondo, Heri Winarno, meyebut peralatan EEG dan mesin anestesi sudah dalam proses pembelian.
Baca Juga: Calon Bupati Situbondo Terpilih Keluhkan Kinerja Birokrasi
"Pembelian alat-alat kedokteran sudah berproses, ada yang datang, ada barang yang tidak datang. Dibelikan untuk EEG yaitu untuk alat untuk periksa otak pasien yang ada di bagian syaraf, mesin anestesi sebagian alat-alat yang kecil penunjang lainnya seperti infus pamp, pl preset cabinet sama sharing pasient monitoring, anggarannya kurang lebih Rp2 miliar, kita berharap di akhir November sudah datang semua," ujarnya kepada BANGSAONLINE.com, Selasa (1/10/2024).
Hery menjelaskan, pengadaan peralatan medis ini menjadi kebutuhan karena pasien yang membutuhkan layanan ini semakin berkembang.
"Alat ini menambah yang sudah ada, karena kebutuhan pasien, juga pengembangan pelayanan dari pasien," ucapnya
Baca Juga: Pemkot Batu Salurkan BLT DBHCHT Tahap II TA 2024 kepada Buruh Pabrik Rokok
Ia menambahkan kegunaan peralatan medis yakni EEG untuk merekam dinamika otak atau syaraf.
"Alat-alat ini dipergunakan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, misalnya EEG ini untuk rekaman otak pasien-pasien yang berhubungan dengan saraf," katanya
Sedangkan untuk mesin anestesi, Hery menyampaikan mesin yang ada kurang.
Baca Juga: Pj Wali Kota Kediri Salurkan BLT DBHCHT untuk Buruh Pabrik Rokok Susulan
"Kasus yang ada di Oka memerlukan tindakan yang cepat sehingga harus ada alat baru menambah kecepatan pelayanan," tuturnya.
Ia menyebut, peralatan medis ini menjadi satu-satunya yang ada cuma di RSAR di wilayah sekitar.
"Masyarakat yang membutuhkan terapi lanjutan seperti stroke atau kasus-kasus dengan gangguan kesadaran yang lain, seperti kasus epilepsi dan lain sebagainya, perlu ada deteksi terhadap otak, alat ini sebenarnya dibutuhkan oleh masyarakat, di Situbondo satu-satunya masih di Abdoer Rahem," paparnya.
Baca Juga: Rapat Bersama Banggar DPR-RI, Pj. Gubernur Jatim: Momen Salurkan Aspirasi Pembangunan Daerah
Dikatakan olehnya, pasien selama ini dirujuk ke rumah sakit yang lebih tinggi
"Merujuk ke rumah sakit yang lebih tinggi, kalau dibutuhkan rekaman rujuk, karena yang dibutuhkan diagnosa dengan kasus yang ada di otak tadi membutuhkan data pendukung dari EEG ini ya dirujuk kok Subandi atau ke rumah sakit yang lebih besar Sutoomo atau dokter Rumah Sakit Saiful Anwar Malang," sebutnya.
Hery menyatakan, untuk peralatan medis anestesi membutuhkan dokter dan sarana tambahan.
Baca Juga: Sapa Pekerja Pabrik Sampoerna, Khofifah Komitmen Perjuangkan Kesejahteraan Pekerja dengan DBHCHT
"Kalau alat anestesi ini tambahan, karena layanannya menambah dokternya, layanan kamarnya juga bertambah, karena kalau operasinya bareng tidak bisa, tenaga operatornya ada, tenaga anestesinya ada, alatnya nggak ada, ya nggak bisa melakukan. Ruangannya sudah ada cuman menambah kamarnya, banyak mesin anastesinya harap tersedia juga saat dibutuhkan operasi, tidak mengganggu di pelayanan, tidak akan yang dilakukan persebaran," ungkapnya
Menurut dia, kehadiran peralatan medis yang baru akan berdampak pada pelayanan yang lebih cepat.
"Dampaknya terhadap rumah sakit dengan alat ini bisa mendeteksi kasus yang sebelumnya, kita harus rujuk bisa ditetapkan di Rumah Sakit Abdoer Rahem, khususnya di EEG tadi, untuk mesin anestesi kalau kasusnya segera dioperasi tidak menunggu di saat operasi yang sudah terjadwal," bebernya.
Baca Juga: RSUD Lawang Manfaatkan Anggaran DBHCHT untuk Tingkatkan Fasilitas Kesehatan
"Peralatan ini bisa meng-cover kecepatan pelayanan, dan alat yang kecil ini seperti infus pump bisa mendeteksi cairan masuk lebih cepat pemberian obat dengan akurat, alat-alat dengan peralatan intensif ini memang standarnya untuk peralatan ini yaitu pemberian cairan yang akurat, pemberian obat yang akurat, kita tambahin lagi ya sebelumnya sudah ada jumlah kasusnya bertambah kita tambahin lagi," pungkasnya.
EEG adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi aktivitas listrik pada otak pasien, seperti mendeteksi gangguan otak ketika epilepsi menyerang hingga komplikasi penyakit stroke. Sedangkan mesin anestesi melakukan 4 hal fungsi esensial, seperti menyediakan oksigen, mencampurkan gas dan uap (vapour) secara akurat, memungkinkan pasien untuk ventilasi, meminimalisir risiko anestesi kepada pasien dan staf. (adv/sbi/mar)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News