GRESIK, BANGSAONLINE.com - Pasangan cabup-cawabup petahana, SQ (Sambari Halim Radianto-Moh Qosim) yang hingga sekarang masih menjabat sebagai bupati-wabup Gresik, hampir tidak pernah absen mendatangi undangan warga. Seperti Sabtu (5/9), kemarin, SQ mendatangi kegiatan sedekah bumi di Desa Kedanyang Kecamatan Kebomas.
Bupati dan Wabup yang tampil bareng saat memberikan sambutan meminta agar seluruh masyarakat di Desa Kedanyang tetap rukun, bersatu dan selalu mengedepankan gotong royong. Pada kesempatan itu, Bupati juga mohon pamit, karena sebentar lagi akan mengakhiri masa bakti. "Kami menyampaikan terima kasih kepada seluruh mayarakat Desa Kedanyang yang telah membantu kami dalam melaksanakan pembangunan," kata Bupati yang diangguki Wabup.
Baca Juga: Satpol PP Gresik Gagalkan Pengiriman Miras asal Bali ke Pulau Bawean
Pada kesempatan itu, Bupati juga menginformasikan, bahwa pada tanggal 22 September tahun 2015 akan meresmikan stadion Gelora Joko Samudro tahap I. Karena itu, dia meminta dukungannya agar keberadaan gelora tersebut bisa bermanfaat bagi masyarakat.
"Kami menyadari memang pembangunan stadion tersebut belum sempurna, karena masih dalam tahap satu dengan anggaran Rp 280 miliar. Tentu masih ada tahap selanjutnya yang natinya akan menyusul untuk penyelesaian penyempurnaan," pungkasnya.
Sementara Kades Kedanyang, Almuah mengatakan, sedekah bumi tersebut merupakan tradisi. Dalam sedekah bumi itu, warga membuat gunungan yang di puncaknya terdapat padi sebagai simboli kemakmuran. "Selama ini hasil pertanian warga Kedanyang sangat menggembirakan. Benih, pupuk dan obat-obatan tersedia dengan cukup serta hasil panen melimpah melebihi target. Jadi, sedekah bumi ini mengandung makna syukuran atas kesejahteraan masyarakat Desa Kedanyang," katanya.
Baca Juga: Di Pasar Baru Gresik, Khofifah Panen Dukungan dan Gelar Cek Kesehatan Gratis
Selain makna syukur, tambah dia, sedekah bumi merupakan simbol persatuan dan kebersamaan masyarakat. "Biaya sedekah bumi ini tidak sedikit. Kami menganggarkan sekitar Rp 50 juta yang dikumpulkan dari partisipasi masyarakat. Belum lagi biaya hantaran yang dinamakan ambeng. Kalau dihitung bisa mencapai ratusan juta. Tanpa kerukunan dan partisipasi, niscaya upacara ini tak bisa dilaksanakan," pungkasnya. (hud/rvl)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News