JOMBANG, BANGSAONLINE.com - Menjelang perayaan hari raya Idul Adha yang jatuh 24 September nanti, pembuat tusuk sate ketiban berkah. Seperti pembuat tusuk sate yang ada di Desa Talun Kidul, Kecamatan Sumobito, Jombang. Sejak dua bulan terakhir, pesanan tusuk sate kepada Heru Subandi (47) meningkat dua kali lipat. Hanya dalam seminggu, keuntungan yang dia peroleh mencapai Rp 5 juta.
Pada momen hari raya Idul Adha atau biasa disebut hari raya Kurban, tusuk sate tak hanya menjadi kebutuhan warung sate. Umat Islam pun bakal memburu alat untuk menusuk daging dari bahan bambu ini. Khususnya bagi mereka yang memilih memasak daging kurban dengan cara disate.
Baca Juga: Simak Batas Makan Daging Per Hari Sesuai Anjuran Dokter
Tak ayal para pedagang di pasar mulai menyerbu pembuat tusuk sate untuk memesan sebagai persediaan. Kondisi ini membuat Subandi, perajin tusuk sate di Desa Talun Kidul kuwalahan memenuhi pesanan.
"Pesanan sudah ramai sejak dua bulan lalu. Sebelum itu sehari paling bikin 1 kwintal, sekarang rata-rata 2 kwintal per hari, ini mulai kuwalahan saya," kata Subandi kepada wartawan di industri rumahan miliknya, Rabu (16/9/2015).
Subandi menjelaskan, melonjaknya pesanan tusuk sate buah kerajinannya membuat keuntungan yang dia raup pun berlipat ganda. Tusuk sate dari bambu ini dia jual dalam kemasan plastik seberat 0,5 Kg per bungkus. Satu pak yang berisi ratusan biji tusuk sate itu dia hargai Rp 5.000.
Baca Juga: Unipra Surabaya Sembelih 2 Sapi dan Seekor Kambing pada Idul Adha 2024
Dalam seminggu, bapak dua anak ini mampu memenuhi pesanan tusuk sate hingga 1,4 ton. Selain dari Jombang dan Mojokerto, pesanan tersebut datang dari Solo, Surabaya, Jakarta, hingga ke Ambon dan Ternate.
"Keuntungan endak banyak, sekitar lima puluh persen dari penjualan. Seminggu ya kira-kira Rp 5 juta, kalau sebelum ramai pesanan kira-kira Rp 2,5 juta per minggu," ungkapnya.
Untuk memenuhi pesanan yang demikian banyak, Subandi dibantu 5 orang karyawannya. Bahan baku bambu yang dia gunakan pun tak sembarangan. Subandi memilih memakai Bambu Ori yang dia datangkan dari Wonogiri, Jawa Tengah.
Baca Juga: Ibu-Ibu Nekat Maling Daging Kurban di Sidoarjo
Dia tak menyangka usaha rumahan yang dia tekuni selama 8 tahun itu, kini berbuah manis. Dengan modal awal Rp 1 juta, mantan karyawan home industri tusuk sate di Kecamatan Mojoagung ini nekat merintis usahanya sendiri. Setelah beratnya perjuangan usaha dia lalui, kini omsetnya menembus angka Rp 40 juta per bulan.
"Alhamdulillah, kalau dulu harus kesana kemari untuk menjual tusuk sate, sekarang sudah banyak pelanggan yang memesan," tandasnya. (jbg1/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News