![Dinkes P2KB Sumenep Catat Kasus 1.323 Kasus DBD Sepanjang Tahun 2024 Dinkes P2KB Sumenep Catat Kasus 1.323 Kasus DBD Sepanjang Tahun 2024](/images/uploads/berita/700/47a5e0216ec10837c5c8c527c07f1e58.jpg)
SUMENEP, BANGSAONLINE.com - Sepanjang 2024, kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Sumenep tercatat sebanyak 1.323 kasus dan angka kematian akibat DBD sebanyak 10 orang.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes P2KB Kabupaten Sumenep, Achmad Syamsuri merincikan, jumlah kasus tersebut berdasarkan laporan dari 30 puskesmas.
Baca Juga: Pulau Awet Muda Giliyang Madura, Oksigen Terbaik Dunia, Warganya Berusia Hingga 125 Tahun
"Kasus DBD mencapai 1.323 kasus dengan angka kematian sebanyak 10 orang. Dengan rincian pada Januari ada 2 orang, Februari 2 orang, Maret 2 orang, Juli 2 orang, Oktober 1 orang, dan November 1 orang," kata Achmad Syamsuri, Selasa (7/1/2025).
Kasus DBD di Kabupaten Sumenep ini belum bisa dikatakan sebagai kejadian luar biasa (KLB). Meskipun, di Desember 2024, tercatat ada 15 kasus DBD.
"Jadi ini belum dikatakan KLB, karena dianggap dalam batas kewajaran. Yang termasuk KLB itu jika dalam kurun waktu satu bulan terjadi lonjakan DBD yang signifikan, dengan angka kematian sangat tinggi," tuturnya.
Baca Juga: Kodim 0827 Sumenep Gelar Tradisi Rotasi dan Promosi Jabatan
Syamsuri mengungkapkan, untuk menekan penyebaran DBD ini, saat ini pihaknya memasifkan sosialisasi melalui penyebaran pamflet, dengan menggandeng lintas sektor, lintas program, kebersamaan woro-woro dengan babinsa serta bhabinkamtibmas dan desa.
"Terpenting itu adalah peran serta masyarakat untuk paham mengenai manfaat Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)," ungkapnya
Berdasarkan data yang masuk ke Dinkes P2KB Kabupaten Sumenep, Kecamatan Saronggi dan Bluto adalah yang rawan kasus DBD.
Baca Juga: Cuaca Buruk, 7 Kapal Harus Berlindung di Timur Pulau Poteran Sumenep
"Sekarang masing-masing Puskesmas sudah memetakan desa mana saja yang banyak kasus DBD, sehingga kami fokus ke wilayah tersebut. Kemudian kami melakukan Penyelidikan Epidemiologi (PE)," pungkasnya. (aln/van)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News