JAKARTA, BANGSAONLINE.com – Salah satu indikator negara maju adalah para pengendara mobil dan motor di jalan raya tertib. Tidak saling serobot, apalagi sampai semrawut. Jadi aturan lalu lintas benar-benar ditegakkan dan dipatuhi bersama.
Di negara-negara berkembang umumnya jalan raya semrawut. Para pengendara mobil dan motor sering menerabas aturan, termasuk menerobos lampu merah. Maka Pemerintah Vietnam mengeluarkan aturan sangat keras.
Baca Juga: Pj Gubernur Jatim Paparkan Presentasi Khusus di Konferensi Meet Khanh Hoa-Indonesia
Dilansir Vietnamplus, Rabu (8/1/2025), Pemerintah Vietnam mengeluarkan aturan baru yang sangat keras. Semua pengendara mobil yang melanggar aturan itu akan dikenakan denda maksimum 20 juta VND atau Rp12,7 jutaan. Sedangkan untuk pengendara motor bakal didenda sekitar 4-6 juta VND atau Rp2-3 jutaan.
Aturan itu berlaku mulai 1 Januari 2025. Aturan itu tertuang dalam Decree 168/2024/ND-CP.
Vietnama memang salah satu negara yang jalan rayanya semrawut. Karena itu negara yang dipimpin Presiden Lurong Curong itu menaikkan denda bagi penerobos lampu merah. Tak tanggung-tanggung, kenaikannya mencapai 5 kali lipat!
Baca Juga: Kuliah di Luar Negeri itu Gampang, Tinggal Pilih, di Turki atau Thailand
Selain itu, pengendara yang menerobos lampu merah juga akan dikurangi 4 poin dari SIM mereka. Tujuannya agar menimbulkan efek jera yang lebih kuat bagi para pengendara yang suka melanggar.
Dikutip Rmol, pada hari-hari pertama pelaksanaan aturan itu, lalu lintas Hanoi diklaim lebih teratur. Terutama di jalan protokol. Meski demikian masih ada satu-dua pelanggar.
"Pelanggaran masih terjadi terutama di kalangan pengemudi taksi daring, pekerja pengiriman barang, dan kendaraan roda tiga. Pendidikan budaya kepatuhan lalu lintas akan ditingkatkan. Pelanggaran berat akan ditangani secara ketat untuk mengurangi kecelakaan," ucap perwakilan Departemen Kepolisian Lalu Lintas Vietnam, Selasa, 7 Januari 2025.
Baca Juga: Temui Pengusaha di Vietnam, Jokowi Ajak untuk Berinvestasi di IKN
Pihak Polisi Lalu Lintas Hanoi menyatakan, akan mengumpulkan bukti video dan menunjukkan langsung ke pelanggar sebelum penjatuhan denda. Sehingga, seluruh prosesnya transparan dan terukur.
BEDA KULTUR
Lain di Vietnam lain di Thailand. Di negara gajah putih itu pengemudi mobil punya kultur sangat beda dan keras. Pengemudi mobil tak boleh membunyikan klakson di jalan raya. Warga Thailand menganggap bunyi klakson sebagai sesuatu yang tabu.
Baca Juga: Torehkan Prestasi Internasional, Santri MBI Amanatul Ummah Hebohkan 12th World Robotic For Peace
“Pengemudi yang ada di depan kita marah kalau dilakson. Mereka tersinggung,” tutur Qulyubi kepada BANGSAONLINE saat berada di Bangkok Thailand.
Qulyubi bekerja sebagai pandu wisata di Thailand, tapi ia pernah kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. “Bahkan ada kejadian sampai ditembak,” tambah Qulyubi.
Thailand memang sangat beda dengan Indonesia. Kalau di Indonesia untuk menyapa orang saja pakai klakson.
Baca Juga: Ketahuan Merokok Didenda Rp 3,6 Juta, Jual Rokok Didenda Rp 700 Juta, Catatan dari Brunei
Kenapa para pengemudi di Thailadn sangat tabu terhadap bunyi klakson. Konon, kutur ini terkait dengan peristiwa yang pernah terjadi pada Raja Thailand.
Seperti ditulis Jeniffer Gracellia di Kompasiana, 25 Februari 2021, Raja Bhumibol Adulyadej (1946 -2016) sangat dicintai oleh rakyatnya. Saking dicintai oleh rakyatnya ia sampai berkuasa selama 70 tahun plus 125 hari. Raja Bhumibol juga dikenal sebagai Raja Rama IX.
Suatu saat Raja Bhumibol menyetir mobil sendiri. Tanpa ditemani ajudan dan pengawal. Ia pun mengalami macet. Tiba-tiba di belakang Raja Bhumibiol ada mobil seorang menteri yang dikawal seorang polisi.
Baca Juga: Negeri Damai, Kekayaan Sultan Rp 408 Triliun, Tak Ada Bunyi Klakson, Catatan dari Brunei
Polisi itu membunyikan klakson. Tapi Raja Bhumibol tak meminggirkan mobilnya. Polisi itu lalu turun dari motornya. Ia mengetuk-ngetuk kaca mobil Raja Bhumibol. Betapa kaget polisi itu ketika tahu bahwa yang lagi mengemudi mobil itu adalah Raja Bhumibol. Saking kagetnya ia sampai pingsan.
Raja Bhumibol kemudian memanggil menteri itu ke Istana Raja. Raja Bhumibol menasehati si menteri. Menurut Sang Raja, sebagai menteri tentu ia dihormati masyarakat, tapi seorang menteri juga harus menghormati masyarakat.
Peristiwa itu tersebar. Sehingga para menteri dan masyarakat Thailand tak berani membunyikan klakson karena khawatir yang diklakson adalah keluarga raja. Sejak peristiwa itulah bunyi klakson jadi tabu di jalan raya Thailand.
Baca Juga: Gaji Dosen Terendah Rp 50 Juta, Guru Ngaji Rp 30 Juta, Catatan dari Brunei Darussalam (3)
Selama beberapa hari di Bangkok Thailand yang kini dipimpin Raja Vajiralongkorn itu BANGSAONLINE memang tak pernah mendengarkan bunyi klakson.
Kultur di Thailand ini sama dengan di Brunei Darussalam. Di negara kaya yang dipimpin Raja Hassanal Bolkiah itu BANGSAONNLINE tak pernah mendengar bunyi klakson.
“Di sini tak ada orang membunyikan klakson,” kata kader NU yang aktif di PCINU Brunei Darussalam saat mengantar BANGSAONLINE sembari mengemudi. Namun berbeda dengan Thailand yang lalu lintasnya masih semrawut, Brunei sangat tertib dan teratur.
Baca Juga: Mahasiswa Dapat Uang Rp3-4 Juta Tiap Bulan, Laporan BANGSAONLINE dari Brunei Darussalam
“Inilah cermin nilai-nilai Islam,” kata Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto Jawa Timur yang satu mobil dengn BANGSAONLINE.
Ia mengaku kagum terhadap Brunei terutama karena kaya dan angat bersih.
“Sangat damai,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News