KPK Tak Segan Naikkan Kasus A Halim Iskandar sebagai Tersangka, Jika Temukan Bukti Kuat

KPK Tak Segan Naikkan Kasus A Halim Iskandar sebagai Tersangka, Jika Temukan Bukti Kuat Abdul Halim Iskandar. Foto: dok.pribadi

JAKARTA, BANGSAONLINE.com – Abdul Halim Iskandar, mantan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT) kembali menjadi bidikan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Kakak kandung Ketua Umum DPP PKB A. Muhaimin Iskandar itu diduga terlibat kasus korupsi dana hibah untuk kelompok masyarakat (Pokmas) dari APBD Provinsi Jawa Timur tahun anggaran 2021-2022.

Direktur Penyidikan KPK, Asep Guntur Rahayu, mengungkapkan bahwa Abdul Halim diduga terlibat kasus korupsi ketika ia menjadi anggota DPRD di Jawa Timur.

"Jadi begini, mantan Mendes itu dulunya pada tempus pemberian hibah ini yang bersangkutan itu salah satu anggota DPRD di Jawa Timur," ujar Asep Guntur Rahayu kepada wartawan, Sabtu (12/3/2025).

"Jadi penyidik menemukan bahwa yang bersangkutan juga ikut pada saat ada hibah tersebut, sehingga diminta keterangan, kemudian juga digeledah dan lain-lain dilakukan upaya paksa," kata Asep.

Menurut Asep, KPK tak segan meningkatkan status tersangka kepada Abdul Halim jika penyidik menemukan bukti-bukti yang kuat. Namun, semuanya masih dalam proses penyidikan.

"Apabila memang cukup bukti untuk dinaikkan, kami juga tidak akan segan-segan untuk menaikkan yang bersangkutan," tambah Asep seperti dilansir viva.co.id.

Pengusutan kasus Halim Iskandar yang akrab dipanggil Gus Nanang itu merupakan pengembangan dari kasus sebelumnya yang menjerat Wakil Ketua DPRD Jawa Timur periode 2019-2024 Sahat Tua P. Simandjuntak (STPS) dan anggota DPRD Jatim lainnya.

Sahat Tua Simandjuntak telah divonis 9 tahun penjara dan denda Rp 1 miliar subsider 6 bulan kurungan oleh majelis hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) pada Pengadilan Negeri (PN) Surabaya pada Selasa, 26 September 2023. Sahat juga dihukum uang pengganti sebesar Rp 39,5 miliar paling lama satu bulan setelah putusan berkekuatan hukum tetap atau inkrah.

Sahat terbukti menerima fee dana hibah pokok pikiran masyarakat yang bersumber dari APBD Jawa Timur tahun anggaran 2020–2022, serta APBD 2022–2024 yang masih akan ditetapkan untuk wilayah Kabupaten Sampang. Total anggaran Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk dana hibah kelompok masyarakat sebesar Rp 200 miliar. Dalam pengembangan kasus ini, KPK menjerat 21 orang sebagai tersangka. Mereka juga telah dicegah bepergian ke luar negeri.

KPK juga mendalami kasus dugaan jual beli aset milik Anggota DPR RI fraksi Partai Gerindra Anwar Sadad. Hal itu terungkap melalui keterangan enam orang saksi kasus dugaan suap pengurusan dana hibah untuk kelompok masyarakat (Pokmas) dari APBD Provinsi Jawa Timur tahun anggaran 2021-2022.

Bidikan kepada jual beli aset milik Anwar Sadad itu karena dia kini telah menyandang status kasus tersangka. Dia terseret kasus rasuah ketika dirinya masih menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD Jatim periode 2019-2024.

Enam saksi yang diperiksa merupakan pihak swasta, mereka di antaranya Nur Ridho Fauzi, Siska Kusno, Fong Robert Fongawa, Saifudin, Ali Imron dan Akhmad Samsudin. Keenam saksi itu telah diperiksa di kantor BPKP perwakilan Provinsi Jatim, Jl. Raya Bandara Juanda No. 38 Kab. Sidoarjo, Rabu 20 November 2024. Aliran uang kepada Anwar Sadad melalui mantan Wakil Ketua DPRD Probolinggo, Jon Junaidi juga turut didalami penyidik KPK.

Kasus Anwar Sadat ini cukup lama mengandap. Padahal dia sudah ditetapkan sebagai tersangka. Ia ditetapkan sebagai tersangkat bersamaan dengan Kusnadi, mantan Ketua DPRD Jatim dalam kasus yang sama.