
PASURUAN, BANGSAONLINE.com - Sebanyak 21 Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kelompok 20, Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya menggelar Penyuluhan Kesehatan Pencegahan Stunting di Desa Banjarkejen, Kecamatan Pandaan, Pasuruan, Rabu (13/8/2025).
Dengan berkolaborasi dengan Puskesmas Desa Banjarkejen, mereka memperkenalkan aplikasi Gen C, sebuah inovasi digital ciptaan anak bangsa, yang memudahkan masyarakat memantau pertumbuhan dan status gizi anak secara berkelanjutan.
Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) KKN UM Surabaya di Desa Banjarkejen, Dr. Iffah Rosyiana, S.Psi., M.Psi. menjelaskan bahwa aplikasi Gen C dirancang oleh Dr. Idham Choliq, seorang Dosen UM Surabaya.
“Aplikasi ini memiliki fitur kalkulator Indeks Massa Tubuh (IMT/BMI), kalkulator tinggi dan berat anak, rekomendasi menu sehat sesuai usia, video edukasi, hingga konsultasi gizi daring,” jelas Ifa, sapaan akrabnya, Jumat (15/8/2025).
Pemaparan terkait aplikasi Gen C. (Ist)
Ia menambahkan bahwa dengan desain yang sederhana, aplikasi Gen C ramah digunakan bahkan bagi masyarakat yang awam dengan teknologi. Ia menekankan bahwa pendekatan edukasi dan teknologi harus berjalan beriringan.
“Kami ingin masyarakat tidak hanya paham teori pencegahan stunting, tapi juga memiliki alat praktis untuk memantau kesehatan anak setiap hari dengab mudah,” imbuhnya.
Penyuluhan dibuka oleh Kepala Desa Banjarkejen, H. Sholihan, yang dihadiri oleh puluhan ibu menyusui, ibu hamil, kader posyandu, serta perangkat desa setempat. Ia mengajak seluruh warga agar menjadikan kesehatan anak sebagai prioritas utama.
“Stunting bukan sekadar masalah tinggi badan, tetapi menyangkut kualitas sumber daya manusia di masa depan. Teknologi seperti Gen C memberi peluang besar untuk memantau tumbuh kembang anak secara lebih akurat,” ujarnya.
Sementara itu, materi penyuluhan disampaikan secara interaktif oleh Kepala Bidan Desa Banjarkejen, Sukira A.Md.Kes. Ia membahas terkait penyebab utama stunting seperti gizi buruk, pola makan yang tidak seimbang, kurangnya sanitasi, hingga keterlambatan deteksi dini.
Peserta juga diajak untuk memahami langkah-langkah pencegahan, mulai dari konsumsi makanan bergizi, menjaga kebersihan lingkungan, hingga melakukan pemeriksaan rutin di Posyandu.
Seorang peserta penyuluhan sedang mencoba menggunakan aplikasi Gen C. (Ist)
Acara diakhiri dengan sesi tanya jawab, demonstrasi penggunaan Gen C, pembagian leaflet edukasi, dan paket makanan sehat bagi balita. Antusiasme peserta membuktikan bahwa kesadaran akan pentingnya pencegahan stunting semakin tumbuh di masyarakat desa.
Dengan dukungan mahasiswa, nakes, dan pemdes, Desa Banjarkejen meneguhkan langkahnya menjadi bagian dari gerakan nasional untuk menurunkan angka stunting dan mewujudkan generasi yang sehat, cerdas, dan siap bersaing di masa depan.
Perlu diketahui, stunting masih menjadi ancaman serius bagi masa depan anak-anak Indonesia, meskipun angka menunjukkan penurunan yang signifikan, berdasarkan hasil Survey Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024 pada prevalensi stunting secara nasional menjadi 19,8 persen, melampaui proyeksi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) sebesar 20,1 persen.
Di banyak desa, termasuk wilayah Kabupaten Pasuruan, tantangan pencegahan stunting kerap dihadapkan pada keterbatasan informasi, pola asuh, serta akses pelayanan kesehatan. (ari/msn)