
David juga menyampaikan beberapa rekomendasi penting sebagai bentuk lanjutan dari rekayasa tersebut.
Pertama, area median di sekitar simpang akan dikembangkan menjadi taman kota, seperti halnya median pada ruas jalan lainnya di Jember.
Namun demikian, disediakan jalur darurat selebar 10–12 meter yang dapat dibuka sewaktu-waktu, khususnya untuk mendukung kelancaran saat pelaksanaan acara besar seperti Tajemtra dan Jember Fashion Carnaval (JFC).
"Pengelolaan akses ini akan menjadi tanggung jawab Dinas Perhubungan bersama Satuan Lalu Lintas," ungkap David.
Kedua, ia menyoroti perlunya pengkajian ulang lokasi U-turn yang ada saat ini. Pasalnya, terdapat titik putar balik yang terlalu dekat satu sama lain, sementara di titik lain justru terlalu jauh.
"Penataan ulang ini ditujukan agar arus kendaraan dapat berjalan lebih efisien dan mencegah kepadatan lalu lintas," papar politisi NasDem itu.
David menyarankan agar U-turn diatur untuk melayani dua arah secara terpisah. Artinya, kendaraan dari arah timur memutar ke timur, dan dari barat ke barat, dengan penghalang atau pemisah yang jelas, sehingga tidak terjadi penumpukan di satu titik.
Forum juga menyarankan pemasangan cermin cembung di area bekas simpang Argopuro, guna membantu pengemudi melihat kendaraan yang datang dari arah Jalan Gajah Mada dan Jalan Hayam Wuruk.
Selain itu, pita kejut akan ditambahkan sebagai pengingat bagi pengendara untuk tetap berhati-hati, meskipun tidak ada lampu lalu lintas aktif di kawasan tersebut.
Langkah lainnya yang akan dilaksanakan mencakup penertiban parkir di sepanjang Jalan Hayam Wuruk hingga Jalan Gajah Mada, demi mendukung kelancaran arus kendaraan secara keseluruhan. (nga/yud)