SURABAYA, BANGSAONLINE.com - 50 hari jelang Pilwali Surabaya, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) terus memompa mesin partainya. Selasa malam (20/10), di acara pembekalan saksi yang kali keempat digelar di Gedung Wanita, Jalan Kalibokor, Ketua DPC PDIP Surabaya, Whisnu Sakti Buana membakar semangat para kadernya bak prajurit siap tempur di medan juang.
Dalam pidato sambutannya, di hadapan ratusan kader PDIP dari Pengurus Anak Cabang (PAC) Kecamatan Tegalsari dan Gubeng, Whisnu mengatakan, kalau saat ini, meski Pilkada serentak, 9 Desember 2015, masih tersisa 50 hari, aura kemenangan sudah dirasakannya.
Baca Juga: Untuk Cawali Surabaya, Risma Dikabarkan Punya Dua Jago: Ery Cahyadi dan Hendro Gunawan
“Suasana kemenangan di Pilkada ini sudah saya rasakan. Semangat kemenangan sudah kita rasa. Apalagi melihat semangat-semangat sampeyan-sampeyan ini, semangat saya makin terpompa. Bahkan saya hakkul yakin, kita akan menang besar,” terang Whisnu.
Meski merasakan aura kemenangan cukup kuat, politisi yang akrab disapa Mas Inu ini tetap mengingatkan para kadernya yang akan dijadikan saksi di TPS-TPS ini untuk tetap waspada. Sebab, bukan tidak mungkin ‘serangan fajar’ akan dilakukan pihak lawan. Saat ini, pihak PDIP sudah ‘mencium’ gelagat money politik.
''Ini infonya A1, kemarin Bu Risma (Tri Rismaharini) menerima informasi itu, dan itu A1. Mereka (lawan) sudah mengiming-imingi warga. Saat nyoblos kertas suara nanti, agar dipotret dan ditukar dengan uang. Tak hanya itu, masih ada banyak informasi serangan-serangan yang masih kita selidiki kebenarannya,” ungkap alumnus Institut Teknologi 10 November Surabaya (ITS) angkatan 1992 ini.
Baca Juga: PDIP Minta Mahar Hingga Rp 10 M, Cawawali Surabaya Punya Uang Berapa?
Dia melanjutkan, “Saudara-saudara adalah para saksi, yang menjadi ujung tombak kemenangan bagi kita. Sampeyan-sampeyan semua ini harus tetap waspada. Saksi di TPS adalah ujung tombak, kemenangan kita ujungnya ada di pundak panjenengan semua.”
Politisi yang didapuk kaum muda Surabaya sebagai “Bapak-e Arek Suroboyo” ini juga menyontohkan pengalaman pahit dari Pilkada ke Pilkada, dari Pemilu ke Pemilu yang dialami PDIP. “Di beberapa Pilkada, di beberapa Pemilu, kita sering kehilangan saksi kita. Alasannya macam-macam. Ada yang karena alasan teknis, ada yang karena struktur, macem-macem alasannya,” ceritanya.
Untuk itu, mantan Wakil Ketua DPRD Surabaya ini mengingatkan para kadernya untuk mengantongi dulu permasalahan internal. PDIP harus bekerjasama memenangkan Pilwali Surabaya. “ Surabaya harus tetap menjadi barometer politik PDIP secara nasional. Kita harus tetap menjaga tradisi kemenangan di Surabaya. Untuk itu, tinggalkan dulu konflik internal. Saat genderang perang ditabuh, urusan rumah tangga kita tinggalkan, kita bersama-sama maju di medan tempur. Setelah itu, kita selesaikan masalah internal kita,” tegasnya kembali mengingatkan.
Baca Juga: PKB Intruksikan Kader Sosialisasikan Fandi Utomo sebagai Cawali Surabaya
Kemenangan di Pemilu 2014 kemarin, masih menurut Whisnu, membuat dirinya makin sadar akan kebersamaan. Kemenangan itu, menjadi semangat kemenangan kita di Pilkada Surabaya. “Merebut kemenangan itu jauh lebih muda dari mempertahankan. Untuk itu, bagi yang ragu-ragu, pulang saja. Tidur di rumah daripada ngriwuk. Dan jangan dimusuhi. Kalau kita menang, mereka akan kita undang, karena kemenangan ini bukan milik saya dan Bu Risma, tapi milik kita bersama. Milik warga Surabaya, kita akan berikan kemenangan itu untuk warga Surabaya,” sambungnya.
Tak kalah seru, Calon Wali Kota Risma juga turut membakar semangat para kader PDIP ini. Dengan meneriakkan yel-yel khas PDIP, Risma membuka pidato sambutannya. “Merdeka, merdeka, merdeka, Mega, Mega, Mega, PDI Perjuangan, Risma-Whisnu,” teriak Risma disambut riuh sorai para kader PDIP yang hadir.
“Surabaya, saat ini sudah dikenal dunia. Surabaya sudah masuk dalam peta dunia. Untuk itu, kita harus menjaga kota kita ini dengan baik. Di sektor pendidikan juga kita jaga dengan baik. Bahkan, sekolah-sekolah di Surabaya kita gratiskan. Silakan cek, di kota lain tidak seperti di kota kita. Makanya, pendidikan di Kota Surabaya jangan sampai diambil alih provinsi. Lawan kita jelas siapa (Rasiyo-Lucy Kurniasari),” kata alumnus SMA Negeri 5 Surabaya ini.
Baca Juga: Di Depan 700 Kiai MWCNU-Ranting NU se-Surabaya, Kiai Asep: Wali Kota Surabaya Harus Kader NU
Nah, lanjut Risma, jangan sampai apa yang sudah kita perjuangkan ini kemudian rusak, hanya karena uang Rp 200.000, Rp 500.000 dan sebagainya. “Itu yang rugi nanti panjenengan semua. Yang rugi warga Surabaya sendiri. Hanya karena uang, lima tahun ke depan Surabaya akan rusak. Seprti lagu mars PDI Perjuangan, yang selalu kita nyanyikan. Kita sudah sepakat memberantas kemiskinan. Yang perlu kita lakukan adalah komitmen kita bersama untuk membangun Surabaya lebih baik ke depan,” ajak Risma.
Risma juga menceritakan, selama lima tahun memimpin Kota Surabaya, dia selalu tegas. Birokrat nakal dia sikat, pejabat membandel dia tendang, bahkan politisi tak berhatipun dia habisi. Maka tak heran jika ada anggapan, si Singa Betina ini dinilai kalangan pejabat buruk dalam hal komunikasi. Sebab, Risma tak kenal kompromi bagi siapapun yang ingin merusak masa depan Kota Surabaya.
Saking ‘kejam’nya Risma saat memimpin, Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri pun sempat menyebutnya preman. “Dulu waktu saya ketemu Bu Mega, Bu Mega bilang: Mbak, mbak, sampeyan itu perempuan kok seperti preman. Sambil tertawa saya bilang: Ya biar saja toh bu, asal demi warga Surabaya,” ucapnya. (lan/sta)
Baca Juga: Rekap Pilkada Surabaya Tingkat Kecamatan Selesai: Risma-Whisnu 86,35%, Rasiyo-Lucy 13,65%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News