Jelang HSN 2025, Gus Barra Ajak Santri untuk Terus Jadi Agen Perubahan dan Benteng Moral Bangsa

Jelang HSN 2025, Gus Barra Ajak Santri untuk Terus Jadi Agen Perubahan dan Benteng Moral Bangsa Bupati Mojokerto, Muhammad Al Barra (tiga dari kanan), bersama Ayahanda, Kiai Asep Saifuddin Chalim (dua dari kanan), dan Wabup Mojokerto Rizal Octavian. Foto: Bangsaonline.

MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com - Bupati Mojokerto, Muhammad Al Barraa, mengajak seluruh santri di Kabupaten Mojokerto untuk terus menjadi agen perubahan dan benteng moral bangsa.

Seruan itu ia sampaikan di acara sholawatan dan siraman rohani dalam rangka Peringatan Hari Santri Nasional (HSN) 2025, Sabtu (18/10/2025) di Mojokerto, dan merupakan bagian dari rangkaian menuju apel Puncak HSN pada 22 Oktober mendatang.

Rangkaian kegiatan tersebut diisi dengan pengajian oleh KH. Ali Zainal Abidin dari PP Al Jihad Surabaya, serta penampilan seni santri yang menonjolkan kearifan lokal dan semangat perjuangan para ulama.

Dalam sambutannya, Bupati yang akrab disapa Gus Barra itu menegaskan, HSN bukan sekadar agenda seremonial, melainkan momentum untuk meneguhkan kembali peran santri dalam pembangunan bangsa.

“Hari Santri harus menjadi pengingat bagi kita semua, bahwa santri dan kiai sejak dulu telah menjadi garda terdepan dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Kini saatnya santri menjadi agen perubahan dan benteng moral bangsa,” tegas Gus Barra.

Dia juga mengingatkan, HSN yang diperingati setiap tanggal 22 Oktober merupakan bentuk penghargaan atas kontribusi besar ulama dan santri dalam perjuangan kemerdekaan, terutama sejak dikeluarkannya Resolusi Jihad oleh KH. Hasyim Asy'ari pada 22 Oktober 1945. Resolusi tersebut menjadi pemicu perlawanan rakyat yang melahirkan peristiwa heroik 10 November di Surabaya.

Tak hanya itu, pesantren sebagai lembaga pendidikan juga berjasa besar dalam membentuk karakter dan akhlak bangsa. Gus Barra menekankan pentingnya nilai-nilai yang diajarkan di pesantren, seperti dalam kitab Ta’limul Muta’allim dan Adabul ‘Alim wal Muta’allim, sebagai fondasi karakter bangsa yang beradab.

“Pesantren adalah benteng moral bangsa ini. Santri dididik untuk berilmu, beradab, dan berakhlakul karimah. Mereka belajar menghormati guru, meneladani Nabi, dan berkhidmat untuk kemaslahatan umat,” pungkasnya. (ris/msn)