Menteri Arifah (nomor 3 dari kiri) dan rombongan bersama KH Anwar Manshur didampingi Mbak Wali dan Wawali Kota Kediri Gus Qowim. (Ist).
Untuk itu, lanjutnya, pemerintah terus mendorong terciptanya pesantren yang ramah anak, aman, serta mendukung tumbuh kembang santri, baik dari sisi keilmuan maupun karakter.
"Karena itu, kolaborasi dengan pesantren menjadi langkah penting untuk memastikan setiap anak terlindungi dan mendapatkan haknya atas pendidikan yang aman dan bermartabat,” ujar Menteri Arifah.
Lebih lanjut, Menteri Arifah menjelaskan bahwa kekerasan terhadap perempuan dan anak di Indonesia masih berada pada tingkat yang memprihatinkan.
Berdasarkan survei pengalaman hidup perempuan nasional, yang dilakukan Kementrian PPPA bersama UNFPA, BPS, dan Universitas Indonesia, tercatat 1 dari 4 perempuan Indonesia pernah mengalami kekerasan, dengan kasus terbanyak terjadi di lingkungan rumah tangga.
Sementara dari survei nasional pengalaman hidup anak dan remaja, ditemukan bahwa 1 dari 2 anak di Indonesia pernah mengalami kekerasan.
“Kami menganalisis sedikitnya ada lima faktor penyebab kekerasan, yaitu masalah ekonomi, pola asuh dalam keluarga, pengaruh gadget dan media sosial, lingkungan, serta pernikahan usia anak. Karena itu, penanganan kekerasan terhadap perempuan dan anak memerlukan kolaborasi lintas sektor, termasuk dengan pondok pesantren," jelasnya.
Di akhir sambutannya, Menteri PPPA RI Arifah Fauzi menegaskan bahwa penanganan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak tidak dapat dilakukan secara sendiri-sendiri, melainkan memerlukan kolaborasi dan kerja sama dari seluruh pihak.
Melalui kegiatan ini, ia mengajak semua elemen untuk bersinergi dalam upaya pencegahan agar kekerasan terhadap perempuan dan anak tidak terjadi di lingkungan pesantren maupun di tempat lainnya.
"Kekerasan tidak boleh terjadi kapan pun, di mana pun, dan oleh siapa pun,"tegasnya.
Di sela-sela acara seminar rombongan Menteri Arifah bersama Vinanda sowan ke kediaman KH Anwar Manshur untuk bersilaturahmi. (uji/van)










