Menu Ramah Anak Jadi Tantangan Baru Program MBG di TK PGRI Milangasri

Menu Ramah Anak Jadi Tantangan Baru Program MBG di TK PGRI Milangasri Anak-Anak TK PGRI Milangasri saat asyik menyantap menu makanan bergizi gratis (MBG). Foto: ANTON/ BANGSAONLINE

MAGETAN, BANGSAONLINE.com - Senyum lebar dan antusiasme yang membuncah kini menjadi pemandangan sehari-hari di Taman Kanak-Kanak PGRI Milangasri, Kecamatan Panekan, Kabupaten Magetan.

Bukan sekadar rutinitas bermain dan belajar, tapi momen makan siang bersama telah berubah total. Revolusi gizi yang bernama program makan bergizi gratis (MBG) telah hadir, membawa harapan baru bagi pertumbuhan optimal anak usia dini.

Dahulu, para murid di TK ini terbiasa dengan sistem yang bersifat swadaya, sebuah kombinasi antara iuran perkenalan makanan sebesar Rp3.000 per hari dan bekal yang disiapkan oleh orang tua pada hari-hari tertentu.

Namun, sejak kehadiran program monumental MBG, semua skema lama tersebut telah ditiadakan. Sekolah kini memegang peran penuh dalam menjamin asupan nutrisi harian anak-anak selama di lingkungan pendidikan.

Kepala TK PGRI Milangasri, Yeyen Sulistyowatiningsih, menjadi saksi mata utama perubahan ini. Ia menggambarkan suasana gembira 30 anak didiknya yang langsung menyelimuti sekolah.

"Respons anak-anak dengan adanya MBG ini? Ya, jelas seneng sekali," ujar Yeyen dengan nada ceria, Kamis (27/11/2025).

Antusiasme yang terpancar dari wajah polos para murid saat menyantap hidangan yang disajikan adalah bukti nyata keberhasilan program ini dalam menjangkau hati mereka.

Lebih dari sekadar keceriaan, dampak paling signifikan terasa dalam keringanan beban orang tua. Dulu, menyiapkan bekal harian seringkali menjadi tantangan, baik dari segi waktu maupun biaya. Dengan adanya MBG, kekhawatiran tersebut sirna.

"Paling tidak, orang tua tidak perlu lagi menyiapkan bekal seperti dulu. Ini sangat-sangat membantu dan kami selaku pihak sekolah sangat-sangat mendukung sekali program MBG ini," tegas Yeyen, menyoroti aspek kemudahan dan penghematan yang dirasakan oleh wali murid.

Tidak hanya itu, dengan adanya paket gizi yang baik dari program MBG, menurut Yeyen, anak didiknya sekarang menjadi lebih semangat saat mengikuti pelajaran sesuai dengan jadwal.

"Sejak adanya MBG ini, anak-anak menjadi lebih semangat, ceria, dan lebih aktif saat mengikuti kegiatan belajar. Kalau tidak habis, makanan juga bisa dibawa pulang karena anak-anak sudah bawa kotak kosong dari rumah," imbuhnya.

Meskipun disambut dengan tangan terbuka, implementasi MBG di jenjang TK tidak luput dari tantangan yang unik. Salah satu yang paling menonjol adalah isu keseragaman menu. Mengingat program MBG menyasar berbagai jenjang pendidikan, menu yang disajikan terkadang disamaratakan antara siswa TK, SD, hingga SMP.

"Cuma, memang ada kadang-kadang beberapa menu yang anak-anak kurang begitu suka," ungkap Yeyen jujur.

"Misalnya, sayur oseng buncis. Kalau buncisnya besar-besar, anak-anak kesulitan untuk mengunyahnya," katanya.

Keseragaman ukuran dan tekstur makanan menjadi pekerjaan rumah yang perlu diperhatikan. Menu untuk anak usia dini (TK) membutuhkan penyesuaian khusus agar mudah dikonsumsi, mengingat kemampuan mengunyah mereka yang masih berbeda dengan anak usia sekolah dasar atau menengah.

"Belum ada pemisahan antara menu anak TK dan menu anak SD atau SMP. Ini yang menjadi catatan kami, agar ke depan, menu yang disajikan bisa lebih ramah untuk lidah dan mulut anak-anak TK," harapnya. (ton/rev)