MALANG, BANGSAONLINE.com - Sebanyak 22 Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) melakukan silaturahim dengan sesepuh NU KH Tolhah Hasan di kediamannya Singosari Malang Jawa Timur, Ahad (22/11/2015).
Tampak hadir KH Ir Sholahuddin Wahid (Gus Solah), KH Ahmad Subadar (Pasuruan), KH Hasib Hasbullah (Jombang), KH Afifuddin Muhajir (Situbondo), KH Sholeh Qosim (Sidoarjo), KH Syekh Ali Akbar Marbun (Medan), KH Mahfud (Pacet) dan para kiai lainnya.
Baca Juga: Mitos Khittah NU dan Logika Kekuasaan
"Kita silaturahim. Kebetulan para PWNU ini ada di Malang datang ke acara ICIS (International Conference of Islamic Scholars-Red)," kata Gus Solah kepada wartawan.
Ketika ditanya apakah ada upaya mediasi untuk menyelesaikan konflik NU pasca Muktamar NU ke-33 Gus Solah membenarkan. Hanya saja Gus Solah mengungkapkan bahwa materi pertemuan di ruang tamu Kiai Tolhah Hasan itu bukan untuk konsumsi publik. "Tadi Kiai Tolhah mengatakan bahwa materi pembicaraan ini tak boleh dipublikasikan (off the record)," katanya.
Informasi yang diterima bangsaonline.com menyebutkan bahwa kehadiran Gus Hasib (panggilan KH Hasib Wahab) dan Kiai Subadar merupakan utusan dari kubu KH Said Aqil Siraj. Gus Hasib yang merupakan cucu salah satu pendiri NU KH Wahab Hasbullah memang masuk dalam kepengurusan PBNU kepemimpinan Said Aqil yang kini lagi digugat oleh para pengurus PWNU karena PBNU kali ini dianggap produk Muktamar yang tak sah karena banyak pelanggaran. Begitu juga Kiai Mas Subadar merupakan salah satu pengurus Syuriah PBNU di bawah Said Aqil.
Baca Juga: Kembangkan Kewirausahaan di Lingkungan NU, Kementerian BUMN Teken MoU dengan PBNU
Sebelumnya, Kiai Afifuddin mengungkapkan bahwa proses pelaksanaan Muktamar PBNU ke-33 bermasalah. Menurut dia, ada dua masalah dalam Muktamar NU ke-33. Pertama, produknya baik tapi prosesnya tak benar. Inilah yang terjadi pada pemilihan Rais Am.
"Kiai Ma'ruf Amin itu baik. Kiai Ma'ruf Amin itu alim. Tapi proses pemilihannya tak benar," kata Kiai Afifuddin.
Pemilihan Rais Am dilakukan dengan sistem Ahlul Halli Wal Aqdi (AHWA). Tapi para anggota AHWA tidak dipilih oleh peserta Muktamar sehingga tidak benar, melainkan ditentukan oleh panitia dan tak mewakili aspirasi peserta Muktamar NU.
Baca Juga: Konflik Baru Cak Imin, Istri Said Aqil Mundur dari PKB, Akibat Khianat saat Muktamar NU?
Kedua, prosesnya tidak benar dan produknya juga tidak benar. Inilah yang terjadi dalam pemilihan Ketua Umum PBNU. Jadi, menurut dia, proses pemilihan ketua umum PBNU tidak benar. Begitu juga Said Aqil bermasalah karena pemikiran dan sepak terjangnya tak sesuai Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja).
Artinya, proses dan produknya tidak benar. Karena itu Kiai Afifuddin tidak mau mengakui produk Muktamar NU ke-33, terutama kepemimpinan Said Agil. "Pesantren Sukorejo melakukan mufaroqoh," kata Kiai Afifuddin yang merupakan salah satu pengasuh pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Situbondo.
Menurut dia, sikap mufaroqoh itu diambil sebagai bentuk protes untuk memperbaiki NU dari luar.
Baca Juga: Emil Dardak Dukung Muktamar NU ke-35 di Surabaya
Yang menarik dalam acara silaturahim para kiai dan PWNU itu, Gus Solah menyerahkan buku berjudul Buku Putih tentang Muktamar Hitam. Buku itu merupakan rekaman peristiwa pelanggaran dan penistaan terhadap para kiai peserta Muktamar NU ke-33.
"Buku ini berisi apa yang kami lihat, kami dengar dan kami alami," kata Dr Tarmidzi Tohor, Ketua PWNU Kepulauan Riau yang juga ketua Forum Lintas Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (FLPWNU). (ma)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News