Hindari Hepatitis A dengan Menjaga Kebersihan

Hindari Hepatitis A dengan Menjaga Kebersihan Prof Maria Inge Lusida MD, PhD, peneliti bidang hepatitis, sekaligus Direktur Institute of Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga Surabaya. foto: istimewa

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit Hepatitis A yang menimpa 28 mahasiswa di Bogor, minggu lalu, mengejutkan berbagai kalangan, terlebih satu orang di antaranya meninggal dunia. Pasalnya, kematian yang disebabkan oleh virus Hepatitis A (VHA) tergolong jarang terjadi.

Prof Maria Inge Lusida MD, PhD, peneliti bidang hepatitis, sekaligus Direktur Institute of Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga, turut memberikan tanggapan atas KLB di Bogor. Prof. Inge mengatakan bahwa VHA yang menyebabkan KLB di Bogor sebaiknya diidentifikasi secara molekuler.

Baca Juga: Rocky Gerung Ajak Pemuda di Surabaya Kritis Memilih Pemimpin

Dari penelitian molekuler itu, bisa diketahui jenis genotipe VHA. Menurut penelitian Prof. Inge bersama rekan peneliti UNAIR dan Universitas Kobe – Jepang pada tahun 2014 lalu, strain virus yang menyebar di Indonesia berasal dari VHA genotipe IA.

“Dari sini kita bisa tahu dan bisa melacak perjalanan virus tersebut. Indonesia kebanyakan genotipe IA. Dengan genotipe, kita bisa tahu asal virusnya dari mana. Selama ini yang sudah diteliti dan ditentukan di UNAIR adalah VHA genotipe IA. Makanya yang di Bogor harus diteliti secara molekuler. Kalau sampai yang di Bogor itu bukan dari IA, ada kemungkinan itu bawaan dari luar,” tutur Prof. Inge ketika ditemui, Senin (14/12).

VHA sendiri memiliki banyak variasi. Mengutip penelitian Guru Besar bidang Mikrobiologi Klinik Fakultas Kedokteran UNAIR yang berjudul ‘Acute Hepatitis due to Hepatitis A Virus Sub-genotype IA as an Imported Infectious Disease from Indonesia’, bahwa VHA sendiri memiliki genotipe IA, IB, IIA, IIB, IIIB, dan IIIA. VHA dengan genotipe IA banyak menyebar seperti di negara Indonesia, Jepang, Filiphina, Rusia, dan Amerika Serikat. VHA dengan genotipe IIIA banyak menyebar di negara Norwegia, Korea, Jepang, dan India.

Baca Juga: Pertama di Indonesia, Pentas Wayang Perjuangan Hadratussyaikh, Dalang Ki Cahyo Kuntadi Riset Dulu

Agar terhindar dari risiko tinggi VHA, setiap orang bisa melakukan pencegahan. Lingkungan yang tidak higienis mempermudah penularan VHA kepada setiap orang yang berasal dari sumber yang sama. Prof. Inge menyarankan setiap orang yang tinggal di daerah endemis seperti Indonesia melakukan vaksinasi.

“Penularannya terjadi karena lingkungan yang tidak higienis dan sanitasi yang kurang baik. Virusnya menyebar melalui makanan dan saluran cerna. Itu sering terjadi pada komunitas seperti sekolah, pesantren, atau asrama. Kali ini di kampus. Jadi, ya, surprise juga,” tutur peneliti yang telah mempublikasikan 43 judul penelitian tersebut.

“Itu besar kemungkinan berasal dari satu sumber, misalnya kantin. Untuk mengetahui itu, perlu diteliti sampai molekulernya. Sehingga yang perlu diperiksa adalah semua yang berkaitan atau yang memiliki kontak dengan makanan, misalnya kantin, pelayan, dan chef. Kita (peneliti UNAIR) mampu mendeteksi macam-macam genotipe VHA, untuk mencari dari mana sumber VHA itu berasal,” imbuh Prof. Inge.

Baca Juga: Didukung Penyintas Semeru, Rakka dan TPD Lumajang yakin Khofifah-Emil Menang

Prof. Inge juga turut menanggapi kasus kematian mahasiswi yang disebabkan VHA. “Memang jarang kasus seperti ini. Memang penderita hepatitis itu terlihat sekali karena kulitnya menguning, maag akut, dan sakit panas. Kasus meninggalnya penderita bisa terjadi karena memang parah, ditambah dengan kondisi tubuh yang kurang baik, kekebalan tubuh yang rendah, dan memiliki penyakit dasar lain. Itu bisa memperparah keadaan,” jelas Prof. Inge.

Sumber: Pusat Informasi dan Humas Universitas Airlangga

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO