Pecahan tubuh teroris.
JAKARTA, BANGSAONLINE.com - Pascaledakan di Pos Polisi Sarinah, darah dan tulang teroris bunuh diri berserakan di pos polisi. Warga pun berkerumun menyaksikan tulang dan potongan tubuh para teroris di sekitar lokasi. Bahkan, beberapa warga yang kesal mengencingi pecahan tubuh pelaku pengeboman.
Seperti diberitakan sebelumnya, lima pelaku pengeboman di pos polisi dan cafe Starbuck Sarinah Plaza telah tewas. Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes M Iqbal menjelaskan, dua pelaku tewas karena bunuh diri sedangkan tiga pelaku lainnya dilumpuhkan polisi hingga tewas.
Rupanya, banyak warga yang sebelumnya menyaksikan baku tembak kemudian mengerumuni lokasi setelah para pelaku tewas. Darah, tulang dan potongan tubuh teroris tidak membuat warga takut. Justru banyak warga yang berfoto selfie di lokasi tersebut.
Sebagian warga juga mencandai potongan tubuh teroris. “Bisa dibawa pulang tuh. Disop saja,” kata salah seorang warga.
Indra, seorang pria berusia 33 tahun, menceritakan tentang tulang dan kaos yang berserakan di dekatnya. Menurutnya, itu milik teroris yang meledakkan diri.
“Dia ini telanjang. Setelah pos pol meledak, dia kan lari ke arah pos pol. Niatnya mau ikut temannya yang kabur naik motor,” ujarnya seperti dikutip dari sindonews.
Namun polisi mengejar hingga sampai ke depan pos. Saat dikejar, teroris yang tidak mengenakan kaos itu mengancam untuk tidak mengejarnya atau ia akan meledakkan diri.
Polisi tidak takut dengan ucapan teroris tersebut. Akhirnya benar, teroris itu meledakkan diri.
Setelah itu terjadi ledakan susulan di depan Starbucks. Polisi kemudian terlibat baku tembak dengan teroris. Saat itulah, teman Indra yang bernama Yudi terkena peluru nyasar di bagian perutnya. Dia lalu meminta tolong warga untuk membawanya ke RSCM.
“Lukanya ga terlalu berat. Sekarang masih dirawat. Saya ke sini lagi mau lihat. Sudah selesai semua. Iya, lihat itu bekas tulangnya lalu saya kencingin saja karena kesal,” pungkas Indra.
Sementara selang beberapa jam setelah aksi teror di kawasan Jl MH Thamrin, Jakarta yang merengggut nyawa dan puluhan korban luka-luka, Datasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri bergerak ke sejumlah tempat yang didindikasi menjadi tempat persembunyian komplotan para pelaku.
Mereka (Densus) mengamankan dua orang dari sebuah rumah kontrakan di Jalan Topas Raya RT 3 RW 39, Kelurahan Bojong Rawalumbu, Kecamatan Rawalumbu, Kota Bekasi, Jumat (15/1).
Informasi yang berhasil dihimpun, dua orang tersebut merupakan pasangan suami istri berinisial EA (27) dan NM (26). Mereka diciduk Densus 88 di rumahnya sekitar pukul 13.30 WIB.
"Orangnya enggak pernah kelihatan," kata Sekretaris RW, Mafrudin. Pantauan di lapangan, lokasi penangkapan masih ramai aparat Polresta Bekasi Kota. Mereka tampak mengamankan lokasi, sementara aparat Densus sudah tak di lokasi. Belum diketahui penangkapan keduanya terkait terorisme atau tidak.
Selain di Bekasi, Densus 88 Mabes Polri bersama Satreskrim Polresta Depok dan Direktorat Kriminal Umum (Dirkrimum) Polda Metro Jaya, membekuk tiga orang terduga teroris di sebuah rumah kontrakan di Jalan H Dul, Kelurahan Bojong, Pondok Terong, Kecamatan Cipayung, Kota Depok, Jumat (15/1).
Ketiga orang yang dibekuk adalah Saiful (40), Isro (35), dan Sudirman (30). Dari tangan mereka diamankan satu buah laptop.
Diamankannya ketiga pria ini karena sebelumnya polisi menerima laporan bahwa ketiganya mengancam seorang perempuan untuk masuk ke dalam kelompoknya.
Hal itu dikatakan Kapolresta Depok Kombes Dwiyono, yang ikut serta mendampingi Tim Densus 88 membekuk ketiganya. Menurut Dwiyono, penggerebekan dipimpin langsung Ditreskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Khrisna Mukti.
"Mereka kita amankan karena sempat mengancam seorang perempuan warga Cimanggis untuk masuk dalam kelompok mereka. Mereka dianggap menebar teror," kata Dwiyono.
Menurut dia, ketiga pelaku sempat diinterogasi di Polsek Cimanggis lalu dibawa ke Polresta Depok.
"Masih kami dalami kronologis pengancaman dan keterkaitan aksi terorisme lainnya. Kita masih periksa semua data di dalam laptop mereka," kata Dwiyono.
Dwiyono mengakui ada kemungkinan ketiganya terlibat peledakan bom Sarinah, Jakarta. Namun, untuk sementara ini, pihaknya belum menemukan keterkaitan ketiganya dengan peledakan dan aksi teror di Sarinah tersebut.
Di Cirebon, sebuah rumah di Desa Orimalang, Kecamatan Jamblang, Kabupaten Cirebon, digeledah tim gabungan antiteror, Jumat (15/1). Tiga orang diamankan.
Penggeledahan dilakukan Densus 88 Anti-teror bersama Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) dan Polres Cirebon. Rumah yang digeledah diketahui milik orang tua salah satu terduga anggota kelompok Islam radikal, DS.
Selain DS, seorang terduga lainnya berinisial AA, di mana keduanya diketahui telah diamankan petugas, Kamis malam 14 Januari. Penggeledahan di Orimalang sendiri diikuti pengamanan seorang pria yang disebut-sebut saudara kandung DS berinisial JN.
Dalam penggeledahan itu, polisi memasang barikade di sekitar lokasi. Penggeladahan dimulai sejak sekitar pukul 09.00 WIB. Dari dalam rumah, petugas tampak membawa sejumlah barang yang diduga akan dijadikan barang bukti.
Kapolres Cirebon AKBP Sugeng Heriyanto menjelaskan, JN yang diamankan di tengah penggeledahan itu merupakan kakak DS. Meski tak menyebut kelompok Islam radikal yang dimaksud, dari barang-barang yang diamankan dalam penggeledahan itu di antaranya terdapat identitas ISIS.
"JN adalah kakak DS. Barang-barang yang diamankan banyak, ada topi, bendera ISIS, lembaran-lembaran semacam baiat," bebernya menyebutkan sejumlah barang yang disita petugas. Namun, dia belum dapat memastikan mereka yang diamankan terkait bom Thamrin, Jakarta.
Penangkapan juga dilakukan Densus 88 di Tegal. Di wilayah tersebut, Densus 88 Antiteror bersama Satuan Brimob mengamankan lima warga di Desa Langgen, Talang, Tegal, Jawa Tengah.
Mereka ditangkap di rumah yang juga dijadikan tempat pembuatan alat-alat kapal. Dua di antara mereka adalah pemilik rumah, Ali Mahmud (39) dan Hamka (27).
Menurut Mamik (28) salah seorang warga setempat, kelimanya ditangkap polisi bersenjata lengkap.
"Saya kaget juga, memang sih kalau kesehariannya orangnya tertutup, Ali Mahmud sudah sekitar 10 tahun tinggal disini," kata Mamik.
Sementara menurut ketua RW setempat, Sunandar, dirinya membenarkan sejumlah warganya diringkus polisi bersenjata lengkap.
Menurutnya, kediaman Ali Mahmud sudah diintai polisi sejak lama. "Ali itu pendatang dari Warung Pring, Kabupaten Pemalang," ujar Sunandar singkat.
Belum ada keterangan resmi dari kepolisian apakah yang ditangkap merupakan terduga teroris yang terkait dengan serangan bom di kawasan Sarinah. (mer/sin/tic/kcm)











