Petani Lamongan Keluhkan Anjloknya Harga Gabah

Petani Lamongan Keluhkan Anjloknya Harga Gabah GIGIT JARI: Petani sedang memanen padi. Mereka kecewa karena harga gabah anjlok lagi. foto: nurqomar/ BANGSAONLINE

LAMONGAN, BANGSAONLINE.com - Memasuki musim panen di sejumlah wilayah Lamongan Selatan, petani malah berkeluh kesah. Mereka tidak menyangka harga gabah (basah) anjlok dikisaran Rp 2.400- Rp 3000. Sementara gabah kering yang sebelumnya menembus Rp 5.300/Kg, kini berada pada posisi Rp 4.300/kg.

Anjloknya harga gabah sudah terjadi dua pekan terakhir ini. Padahal, petani sudah penuh harap memperoleh untung memasuki musim panen kali ini. Hal yang sama juga terjadi pada harga tebasan di sawah. Imbasnya, petani pun banyak yang gigit jari, sekalipun saat ini belum memasuki puncak musim panen padi.

Baca Juga: Pemkab Lamongan Bangun 35 Titik Sumur Bor untuk Petani Tembakau Melalui DBHCHT

Kondisi ini di antaranya dialami petani di Kecamatan Tikung dan Sarirejo, yang merupakan sentra pertanian padi.

Kondisi ini sangat terbalik dengan saat panen di musim kemarau lalu. Saat itu harga tebasan padi di sawah untuk satu patok ukuran 2.600 m2 bisa mencapai Rp 7,5-Rp 9 juta. Namun saat ini, harga tebasan paling banyak Rp 5 juta, itupun dengan kondisi tanaman padi yang terbaik.

“Harga tebasan sekarang jeblok, rata-rata hanya Rp 4 juta saja/patok,” keluh Saipul (45) petani penggarap di dusun Kacangan Desa Dukuh Agung Kecamatan Tikung Lamongan, Jumat (4/3).

Baca Juga: Lewat Metode Budi Daya Greenhouse, Produksi Melon di Lamongan Meningkat

Diakuinya, para petani saat ini lebih senang untuk menjual hasil panen secara tebasan langsung di sawah. Sistem jual tebasan ini mereka tak perlu repot mengolah gabah hasil panen dan langsung menerima uang. “Ya kalau dipanen sendiri, nanti masih harus membawa pulang. Terlalu banyak ongkos, ongkos merontokkan gabah maupun penggilingan. Itu belum termasuk harus mengeringkan gabah agar bisa digiling,”Jelasnya.

Terkait anjloknya harga tebasan padi ini, menurut Ansori (38) tengkulak asal Tikung Lamongan, dikarenakan kualitas padi saat ini kurang bagus. Hal ini dipengaruhi curah hujan yang tinggi. Terlalu banyaknya kandungan air menyebabkan bulir padi yang berisi berkurang.

“Paling bulir yang ada isinya hanya setengahnya saja. Otomatis harga tebasan juga ikut turun karena ongkos untuk mengolah padi menjadi siap giling juga tinggi. Apalagi saat musim hujan seperti ini pengeringan sangat tergantung panas matahari,” katanya. (qom/rev)

Baca Juga: Gelar Temu Wicara Kontak Tani, Bupati Lamongan Berharap Petani Pahami Teknologi dan Modernisasi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO