
JAKARTA, BANGSAONLINE.com – Inilah sikap tegas Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi soal rencana Bank Central Asia (BCA) akan menarik biaya untuk cek saldo. Ia meminta BCA membatalkan rencana untuk mengenakan biaya cek saldo di ATM bank tersebut. Menurut Tulus, penarikan biaya pada pengecekan saldo sama saja dengan mengeksploitasi nasabah karena menjadikan biaya administrasi sebagai sumber pendapatan utama.
"Ini jelas merupakan kebijakan korporasi yang tidak fair bahkan eksploitatif," katanya dalam pernyataan tertulis, Ahad, 6 Maret 2016.
Tulus juga meminta Otoritas Jasa Keuangan untuk mengatur dan atau melarang hal tersebut. Sebab, jika hal itu dibiarkan, OJK bisa dianggap telah membiarkan tindakan semena-mena bank atas nasabahnya. Ia khawatir tindakan BCA ini bisa menular pada bank lainnya.
"Ini jelas merupakan tindakan arogansi pihak BCA," ucapnya seperti dikutip Tempo.co.
Menurut Tulus, tindakan BCA bisa menyurutkan semangat masyarakat untuk mengakses (literasi) bank. Karena itu YLKI mendesak agar rencana pengenaan biaya pada nasabah BCA saat cek saldo itu dibatalkan. Bila BCA tidak bersedia membatalkan rencana tersebut, Tulus menyerukan pada nasabah supaya berpindah ke bank lain.
"Bagi konsumen, tinggalkan saja bank yang eksploitatif terhadap nasabahnya," ujarnya. Ia pun menyarankan kepada konsumen untuk memilih bank yang lebih ramah terhadap nasabahnya.
Sementara Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengungkapkan, perusahaan akan menentukan jumlah frekuensi pengecekan saldo yang dibebaskan dari biaya. Jika melebihi jumlah yang telah ditetapkan dalam periode tertentu, maka nasabah akan dikenakan biaya.
"Itu (biaya cek saldo) baru wacana. Itu pun kalau melebihi suatu jumlah tertentu yang akan ditentukan kemudian. Misalnya (pengecekan saldo) sampai dengan 10 atau 20 kali gratis, selebihnya akan dikenakan biaya. Itu kalau di ATM," katanya dilansir Liputan6.com, Jakarta, Minggu (6/3/2016).
Seringnya nasabah mondar mandir mengecek saldo, mengakibatkan biaya operasional ATM membengkak. Namun Jahja mengaku, saat ini perusahaan sedang menghitung besaran biaya yang akan ditarik dari pengecekan saldo tersebut.
Solusinya jika ingin memperoleh layanan pengecekan saldo secara cuma-cuma, Jahja menyarankan nasabah memaksimalkan layanan SMS, internet dan mobile banking dari BCA. Layanan tersebut dapat digunakan di ponsel maupun komputer jinjing nasabah.
Dengan menggunakan layanan tersebut untuk mengecek saldo, sambungnya, nasabah dibebaskan dari biaya seperti di ATM. "Kalau cek saldo di internet banking, mobile banking free alias tidak kena biaya. Mari kita edukasi masyarakat supaya jangan gagap teknologi. Bagaimana Indonesia mau maju kalau kita tidak mendidik masyarakat untuk maju," tutur Jahja.
Sementara soal penarikan uang tunai di ATM, ditegakkannya, perusahaan belum berencana mengenakan biaya, seperti cek saldo. Hanya saja, lanjut Jahja, akan dibatasi jumlah minimal tarik tunai di ATM sehingga nasabah tidak keseringan mengambil uang tunai.
"Di ATM banyak yang ambil uang cuma Rp 50 ribu. Ini kan tidak efisien. Bank dituntut untuk efisien, tapi kan harus dibantu nasabahnya yang harus efisien juga," ucap Jahja.
Sebelumnya, Corporate Secretary Bank Central Asia (BCA) Inge Setyawati mengatakan pihaknya mempertimbangkan untuk mengenakan biaya pengecekan saldo melalui anjungan tunai mandiri (ATM) kepada nasabah. “Ada kemungkinan kami kenakan biaya cek saldo,” ujarnya dilansir Tempo.co, Jumat, 4 Maret 2016.
Inge menuturkan pihaknya perlu meninjau kembali fee based income (FBI) atau pendapatan operasional bunga secara konsolidasi untuk melakukan efisiensi biaya operasional perusahaan. Salah satunya efisiensi pada pengecekan saldo.
Menurut dia, pengecekan saldo yang dilakukan tiap hari oleh nasabah melalui ATM, khususnya, cukup merugikan. “Biaya untuk ATM itu lebih mahal dibanding biaya transaksi melalui e-channel,” ucapnya. Biaya besar operasional ATM itu di antaranya untuk transaksi nasabah, pemeliharaan mesin, kertas, AC, listrik, dan asuransi.
Hingga September 2015, BCA berhasil membukukan FBI sebesar Rp 13,79 triliun. Angka ini tercatat meningkat 53,62 persen dibanding pencapaian dalam periode yang sama pada 2014, yaitu Rp 8,98 triliun.
Selanjutnya, BCA juga berencana mengurangi ekspansi perusahaan dengan mengurangi kantor cabang dan ATM. Salah satu tujuan pengetatan ini adalah menjaga pertumbuhan laba perusahaan.
Kendati demikian, Inge mengatakan belum ada keputusan waktu pasti untuk menerapkan kebijakan biaya tambahan pengecekan saldo itu. “Kalau mau dikenai biaya itu pasti nanti disosialisasi. Kan harus dengar pendapat nasabah dulu, panjang prosesnya,” katanya.
Yang pasti, sejumlah nasabah BCA memprotes rencana manajemen perusahaan yang akan mengenakan potongan biaya bagi transaksi tarik uang tunai dari anjungan tunai mandiri (ATM) milik bank tersebut. Bahkan untuk sekadar mengecek saldo yang tersisa di rekening melalui ATM, BCA juga akan mengenakan biaya dalam waktu paling cepat tiga bulan lagi.
"Sangat keberatan. Tidak ada pemberitahuan terlebih dahulu kepada nasabah, sangat tidak berpihak kepada nasabah," kata Estu Suryowati (28), salah seorang nasabah BCA yang berprofesi sebagai karyawan swasta kepada CNNIndonesia.com, Jumat (4/3).
Hal senada juga diutarakan oleh nasabah BCA lainnya yaitu Desy Setyowati (26). Menurut Desy aktivitas tarik tunai dan mengecek saldo seharusnya tetap menjadi fasilitas cuma-cuma yang disediakan oleh bank. Fasilitas itu diberikan oleh BCA sebagai bentuk pelayanan kepada nasabah yang telah mempercayakan uangnya disimpan di BCA.
Bahkan jika benar nantinya BCA memberlakukan tarif tersebut, ia mengatakan tak segan-segan menarik tabungannya yang selama ini disimpan di bank swasta terbesar asal Indonesia tersebut.
"Itu kan fasilitas bank yang seharusnya diberikan secara cuma-cuma kepada nasabah. Nasabah bisa ancam tarik simpanan di BCA kalau benar begitu," kata Desy.
Nasabah BCA lainnya, Fitria Usman (25) juga menyatakan tidak setuju terhadap rencana itu. Meski manajemen BCA mengklaim rencana ini sebagai upaya untuk meningkatkan transaksi m-Banking, Fitri merasa rencana itu tetap tidak adil.
"Aneh sekali. Belum tentu semua orang pakai m-Banking, tidak peduli tarifnya berapa, karena memang seharusnya gratis. Ibarat kata ini di rumah sendiri, masa mau masuk pintu harus bayar," katanya.
Sebagai seorang pengusaha sektor UMKM, dirinya banyak melakukan aktivitas cek saldo dan tarik tunai lebih dari lima kali dalam sehari. Ia merasa rugi jika nantinya aktivitas tersebut dikenakan biaya.
"Merugikan UKM. Soalnya kalau orderan masuk, sudah transfer, kita harus ngecek. Margin UMKM makin kepotong, apalagi margin untung UMKM cuma 10-20 persen," katanya.
“Ke ATM saja sudah seperti main petak umpat dengan tukang parkir, karena kita malas harus keluar uang untuk membayar parkir. Eh ini malah kena biaya dari bank,” imbuh Adhy Arma (29), salah seorang nasabah BCA lainnya. (tim)